Menuju bulan kelahiran putranya, Naya semakin sering mengecek kandungannya ditemani oleh Elena, sesekali Aryo ikut melihat, sedangkan Reno yang berjarak berpuluh-puluh kilometer, hanya dapat menyaksikan via panggilan video.
"Hai!" sapa Reno begitu wajah Naya muncul di layar ponselnya.
"Halo, Ayah," ceria Naya menyapa Reno."Jangan panggil gitu dong, aku malu." Reno menyembunyikan wajahnya di antara bantal dan guling yang dipeluknya.
"Kenapa malu? Sebentar lagi anak kita lahir loh." Naya mengerutkan keningnya.
"Nggak bukan gitu, aku belum terbiasa aja," tenang Reno."Yaudah biasain, kamu panggil aku Ibu."
"Iya, Ibu." Senyum sumringah tercetak pada bibir Naya. Mereka berdua sepakat menggunakan nama panggilan, Ayah dan Ibu. Terdengar sederhana, tapi penuh dengan makna."Nay."
"Ibu!" sewot Naya."Iya, iya. Ibu, Ayah kangen." Reno menjadi salah tingkah sendiri, sambil tertawa kecil.
"Ibu juga kangen sama Ayah." Naya memajukan bibirnya seperti ingin mencium Reno.Mereka terkikik bersama menertawakan ketidakbiasaan tersebut. Nantinya perlahan-lahan mereka akan terbiasa.
"Kamu baru pulang?" tanya Naya memastikan.
"Iya.""Gimana kerjanya?" Pertanyaan yang selalu Naya lontarkan ketika sedang menghubungi Reno.
"Pusing." Reno mendecak. "Aku pengen cepet-cepet ketemu kamu," lanjutnya, kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Besok kamu ke sini gak?" tanya Naya.
"Kayaknya minggu ini, aku gak bisa. kerjaan aku lagi banyak," jelas Reno."Hmm—Kamu kok gak bisa terus." Naya memanyunkan bibirnya. "Tapi, beberapa hari sebelum jadwal lahiran aku, kamu udah di sini. Kalo bisa sama orang tua kamu."
Ekspresi wajah Reno seketika berubah, sudut bibirnya menjadi datar.
"Nan—nanti aku usahain," ucap Reno sedikit ragu.
Naya masih memalingkan wajahnya dari layar ponsel.
"Udah jangan cemberut gitu dong. Liat aku," bujuk Reno.
"Yaudah, aku mau tidur. Bye—" ujar Naya."I love you."
"I love you more," balas Naya.×_+
Reno terbangun mendengar gedoran pada pintu kamar kosnya. Bangkit dari tidur sambil mengumpulkan nyawanya.
Saat membuka pintu kamar, dia mendapati Alvin di depan pintu kamarnya.
"Ngapain sih? Masih pagi," kesal Reno.
Bukannya menjawab Alvin malah mendorong Reno agar ke ruang tamu. Di sana para penghuni kos berkumpul, termasuk Melani dan Rian juga ada di sana.
"Ada apaan sih?" Reno yang masih mengantuk, samar-samar melihat beberapa goodie bag dan kotak lumayan besar yang dilapisi kertas kado.
"Anak lu 'kan mau lahir. Nah, ini hadiah dari kita." Alvin dengan semangat menunjukkan hadiah-hadiah tersebut, yang kebanyakan peralatan kebutuhan bayi.
"Perasaan gua gak pernah bilang kapan Naya lahiran."
"Lu pikir temen kita lu doang. Ya, Naya lah yang ngasih tau. Tuh ada temennya." Alvin menunjuk Melani sebagai sumber informasi.Reno diberikan waktu cuti selama tiga hari dengan alasan kelahiran anaknya, itu pun dia harus bekerja setiap hari untuk beberapa akhir pekan.
"Nih dari gua." Alvin tersenyum jahil memberikan bungkusan berisi dua benda berbentuk kotak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air di Atas Awan
ChickLitMengandung anak dari lelaki yang dia sukai, akibat dari kesalahannya sendiri. Merelakan kehidupannya demi merawat dan menghidupkan sang buah hati. Belum lagi buah hatinya mendapatkan penolakan dari sang ayah kandung, membuat dirinya semakin bersung...