Keluarga Besar

9.9K 432 2
                                    

"Ren, kamu gak bales chat ayah kamu ya? Dia nanyain kamu terus ke aku," tanya Naya kepada Reno yang sedang membuatkan sarapan, katanya spesial untuk sang istri.

"Hmm—" Pandangannya masih terfokus pada masakan yang sedang dibuat.

Naya menghampiri, lalu memeluk Reno dari belakang. "Kita ke sana ya," bujuk Naya.

Reno tidak mau ke acara keluarganya, padahal semenjak mereka menikah dan dengan adanya kehadiran Rolan, keluarga ayahnya itu perlahan menerima Reno.

Namun, tetap saja memori kelam tidak akan pernah lepas dari ingatan Reno.

"Gak ah," tolak Reno secara halus.

Naya menghela napas panjang. "Nanti aku kasih bonus 'ronde' deh," tawarnya dan mengecup pundak telanjang Reno.

Reno mematikan kompor, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Naya. "Aku gak mau," ucapnya pelan yang mendapat pelukan Naya.

"Kali ini aja. Emangnya kamu gak mau liat adek kamu dilamar?" Acara itu adalah acara lamaran Raina.

Bagaimana reaksi Naya jika tahu kalau Raina itu mantan Reno?

Mereka saling bertatapan, perlahan bibir mereka bersentuhan.

"'Kan ada aku yang nemenin kamu," bujuk Naya lagi sambil menangkup kedua pipi Reno, kemudian memeluk suaminya itu.

Di sisi lain, seorang bayi berumur lima bulan sedang mencoba bergerak dan menggulingkan badan di dalam box bayi, lalu dia menangis karena lapar.

Orang tua si bayi itu tersenyum diiringi tawa kecil. Rolan selalu mengganggu kebersamaan orang tuanya.

Selagi Naya menyusui Rolan, Reno menyiapkan makanan yang tadi dia masak dan juga mencuci alat masak dan alat makan yang kotor.

Diam-diam satu tangan Naya memotret momen Reno di dapur. Beruntungnya dia mendapatkan pasangan yang peka dan tidak gengsi membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.

.

Berkat bujukan Naya, yang tentu saja tidak mudah. Akhirnya Reno mau ke acara lamaran adiknya itu.

Sore harinya, mereka berangkat dengan memesan taksi online untuk kenyamanan istri dan anaknya. Saat ini uangnya belum cukup untuk membelikan kebutuhan tersier, seperti mobil ataupun rumah.

Di dalam mobil, Reno menyempitkan jarak untuk tidak berjauhan dengan istrinya. Lucunya Rolan yang sedang berada di gendongan Naya menatap intens ayahnya, sambil menghisap dot bayi.

"Tenang, ada aku." Naya menggenggam tangan Reno yang gelisah. Mencoba menenangkan, seperti yang dilakukan oleh Reno saat mereka pulang ke rumah orang tua Naya.

Sebenarnya yang Reno khawatirkan adalah keluarga besar dari ayahnya dan keluarga Ratna. Selama tinggal di sana, Reno diperlakukan secara buruk dan keberadaannya tidak diterima oleh dua keluarga besar tersebut.

Mereka memasuki pekarangan rumah mewah itu. Disambut baik oleh para pekerjaan di sana, termasuk bu Yanti.

Acara berlangsung dengan lancar hingga malam hari. Naya juga tidak merasa canggung berbicara dengan keluarga pelamar, sedangkan keluarga wanita yang dilamar, Naya hanya mendekati Sisi yang merupakan istri Dika. Reno menyarankan untuk tidak berbicara dengan keluarganya yang lain.

"Masih berani kamu ke sini?" cecar wanita tua yang secara darah merupakan nenek kandungnya.

"Saya diundang ke sini," sinis Reno. Sekarang dia sudah tidak takut lagi dengan tua bangka itu.

"Ingat ya, kamu itu bukan bagian dari keluarga ini. Jangan berharap apa-apa. Untunglah wanita murahan itu sudah mati, dia tidak akan pernah pantas di keluarga ini," cibir wanita itu dengan tatapan bengis.

Air di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang