Epilog

21.2K 626 3
                                    

Empat tahun berlalu
.
.
.

"Ayah! Bangun!! Ayah-" Seorang anak kecil melompat-lompat di atas kasur membangunkan sang ayah yang masih berada di alam mimpi.

Mata Reno mendadak terbuka ketika tubuh Rolan mendarat pada punggungnya.

"Aduh-kakak kenapa sih?" dumel Reno yang masih ingin tertidur.
"Aku mau es krim. Ayah beliin es krim," desak Rolan.

"Iya, nanti aja."

Mendengar itu Rolan cemberut dan berteriak memanggil ibunya yang sedang memasak.

"Loh, sayang. Kok kamu yang masak? Kamu 'Kan harus istirahat. Aku aja yang masak." Dipeluknya tubuh Naya yang tengah mengandung bayi keduanya dan telah memasuki bulan ke tujuh.

"Kelamaan nunggu kamu, dibangunin gak bangun-bangun."

Reno tertawa kecil memamerkan senyumnya dengan pelukan yang semakin erat dengan sedikit menggoda Naya.

"Ayah jangan gangguin ibu!!" teriak Rolan dan berusaha memisahkan pelukan ayahnya dari sang Ibu.

Hal yang biasa terjadi pada keluarga kecil ini, sang anak yang selalu tak terima jika orang tuanya bermesraan, lebih tepatnya tidak terima dengan ayahnya.

"Ih, kakak, nanti ayah gak beliin es krim nih," ancam Reno yang membuat Rolan merajuk sambil memeluk kaki ibunya.

"Ibu-mau eskrim," rengek anak kecil itu .
"Iya, tapi makan dulu ya. Nanti beli sama ayah." Naya menuntun anaknya itu untuk duduk dan memberikan makanan buatannya.

Dengan semangat, Rolan melahap sarapannya. Tidak sabar ingin membeli es krim kesukaannya. Mulutnya penuh dengan nasi, juga terdapat sisa makanan di sekitaran bibirnya.

"Kakak makannya pelan-pelan dong. Nanti keselek lagi." Reno malah mendapatkan tatapan sinis dari Rolan.

Reno merasa tersinggung, melalui matanya dia seakan mengadu kepada istrinya yang juga menyaksikan dan hanya bisa menertawakan interaksi antara ayah dan anak itu.

Beberapa menit berlalu, Rolan berhasil menghabiskan sarapannya, dengan senyuman dia memamerkan piringnya yang kosong kepada ibunya.

Naya mengacungkan jempolnya, lalu mengelus halus rambut anaknya.

"Es krim, es krim, es krim-" ujar Rolan sambil melompat-lompat kegirangan. "Aku mau es krim-"

"Persis kayak ibunya," gumam Reno menggelengkan kepalanya, kemudian mendapatkan jitakan cinta dari istrinya.

"Sebelum beli es krim, bantuin ibu cuci piring dulu. Ayo, beresin punya kakak." Tanpa protes, Rolan melakukan tugasnya yang memang sudah dibiasakan untuk membantu ibunya.

Selesai membersihkan piringnya, Rolan dengan antusias berjalan bersama ayahnya menuju minimarket dekat apartemen melewati sebuah taman bermain.

"Kakak mau yang mana?" tanya Reno sambil mengangkat tubuh Rolan agar lebih jelas melihat berbagai macam bungkus es krim.

"Aku mau yang itu, ayah." Rolan menunjuk es krim rasa stroberi. "Sama ini," kemudian menunjuk es krim buah mangga.

"Kita beli juga ya buat ibu, kira-kira yang mana?"

Rolan juga memilih es krim kesukaan ibunya yang dia ketahui, lalu memasukkan es krim tersebut ke dalam keranjang belanja.

"Kakak juga mau ini?" Reno menawarkan permen coklat kepada anak laki-laki mungilnya.

Anak itu mengangguk cepat sambil memegang boneka dinosaurus kecil kesayangannya.

Setelah membayar belanjaan, Rolan berlari keluar minimarket, ingin cepat-cepat balik ke rumah untuk makan eskrim bersama ibunya.

"Kakak jangan lari-larian!" teriak Reno memperingati.

Rolan yang tidak mendengarkan terus berlari hingga tak sadar dirinya tersandung sebuah batu dan membuatnya tersungkur, kemudian dia menangis kencang.

Reno yang melihat itu pun langsung berlari menghampiri dan mendekap anaknya.

Di dalam gendongan ayahnya, Rolan menangis sesenggukan, selama menuju kamar apartemen mereka.

"Apa ayah bilang, jangan lari-larian." Rolan masih sesenggukan.

Anak itu terlalu senang sehingga tidak melihat hal kecil yang akan menghanguskan kesenangannya.

"Astaga, sayang." Naya terkejut melihat kedatangan suami dan anaknya dengan lutut yang lecet dan berdarah.

"Tolong bantuin obatin, bu."

Dengan sigap Naya segera membersihkan bagian yang luka tersebut dengan membasahi sebuah kain dengan air, lalu menepuk pelan bagian lutut anaknya yang lecet dengan kain tersebut, agar bersih dari kotoran.

Reno menenangkan Rolan yang menangis semakin keras karena semprotan cairan antiseptik yang menimbulkan rasa perih dari lukanya.

"Kakak, hey, kakak, liat ayah." Diciumnya kening malaikat kecilnya yang terus menangis. "Tuh dino sedih karena kakak nangis." Pelukan Rolan kepada ayah dan bonekanya semakin erat.

Langkah terakhir, menutup luka dengan plester yang bergambar dinosaurus.

"Udah selesai." Naya mengelus dan mencium lutut anaknya, sedangkan Rolan masih sesegukan.

"Sekarang, ayo kita makan es krimnya, biar sakitnya hilang." Mendengar kata eskrim, Rolan refleks menghapus air matanya.

Meskipun masih sesegukan dengan sisa tangisannya, Rolan tetap menikmati eskrimnya, "Ibu juga makan es krimnya," ujar Rolan.

"Iya, iya, ibu makan es krimnya."
Keluarga kecil itu pun menyantap es krim bersama-sama.

"Kakak, tadi waktu kakak nangis, ada anak cewek yang ngeliatin kakak tau." Reno mencoba menggoda anaknya.

"Ayah-" tegur Naya, menyuruh Reno untuk berhenti menggoda anaknya.

"Lain kali kalo kakak seneng gak perlu berlebihan ya," lembut Naya sambil merapikan rambut anaknya yang basah karena keringat.

Rolan mengangguk menerima nasihat dari sang Ibu.

.

Air di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang