DUA

18.5K 1.5K 60
                                    


Bagi semua orang, ini adalah hal tergila yang dilakukan kaisar mereka. Sebab pria itu membiarkan bahkan memerintahkan untuk anak haram seperti Theana datang ke pemakaman permaisuri.

Theana yang dituding sebagai anak haram kaisar dan salah seorang ksatria perempuan ketika perang dua belas tahun lalu.

Anak yang datang dengan gaun hitam sederhana dan topi hitam yang menutupi wajah dan rambutnya.

Theana datang membawa Krisan putih. Meletakkan bunga itu di peti mati sang permaisuri.

"Siapapun akan berpikir aku mirip dia bukan? Apa ibuku itu memang semirip ini dengan mendiang permaisuri?"

"Menyingkir!" Suara kasar dan dorongan keras membuat Theana tersingkir. Gadis itu bisa menangkap air muka tak senang pelaku yang mendorongnya.

Dia terlihat mirip dengan sang kaisar.

Theana berjalan meninggalkan rumah berkabung. Netra merah mudanya menangkap sosok yang tak asing. Gadis itu berhenti, menoleh ke arah peti mati. Kemudian, kembali ke arah perempuan dengan gaun putih. Dia terlihat kurus dan pucat. Perempuan tersebut terus menangis di sudut ruangan. Menatap sang kaisar yang duduk di baris terdepan bersama empat putranya.

"Kenapa Anda menangis?"

Suara Theana mengalihkan pandangan perempuan itu. Sosok tersebut yang transparan.

"Ha-argh!" Dia semakin menangis histeris. Bahkan berteriak. Theana melihat sekitar. Semua orang diam seolah tak mendengar perempuan itu.

Yah, Theana tahu dia bukan manusia. Dia adalah jiwa permaisuri yang masih di sini. Kemampuan Theana, selain melihat dua makhluk yang selalu menjaganya. Terkadang, dia bisa melihat roh seperti ini.

Gadis itu tidak mau terlibat jauh dengan hal ini. Dia sering terlibat dan itu merepotkan. Theana hanya perlu fokus menjadi anak baik agar tidak menciptakan keributan. Theana juga tidak bisa mengajak bicara perempuan itu. Sebab Theana sadar, dia penyebab luka yang membuat permaisuri begitu sedih.

Ya, istri mana yang tidak sedih tahu suaminya punya anak dengan perempuan lain.

Theana meninggalkan roh permaisuri yang masih menangis. Meninggalkan bunga Krisan yang dia pegang sedari tadi. Kemudian, beranjak.

"Tunggu, Nak."

Thea berbalik.

"Kau bisa melihatku, hem?" Suara parau itu jelas. Dia terdengar sedih. Theana hanya diam, membiarkan sosok itu mendekat dan mengusap pipinya lembut.

Permaisuri kembali menangis. Dia memeluk Theana. Meskipun semu. Tetapi Theana membiarkannya.

"Kenapa?"

Permaisuri melepaskan pelukan.

"Bolehkah aku selalu ada di sisimu mulai sekarang?"

Theana diam karena bingung. "Kenapa?" Kembali gadis itu bertanya dengan kata yang sama.

"Hanya ingin kau aman di dunia yang kejam ini."

***

Roh Melissa sudah mengikuti Theana selama dua bulan ini.

"Ini tidak adil, Nak. Kau tidak bisa hanya diam seperti ini!"

Theana diam tak menanggapi. Dia mengganti pakaiannya sendiri usai mandi. Pakaian putih tanpa hiasan. Layak untuk dipakai, tetapi tidak mewah. Kemudian, roti keras dan sup dingin. Setidaknya ini tidak busuk seperti kemarin.

"Theana! Kau harus tegas! Mereka adalah orangmu!"

"Yang Mulia, saya cukup dengan ini."

"Tapi mereka mengambil hakmu! Di sana mereka tidur di kamar yang seharusnya milikmu. Kau juga memakan makanan yang tak layak, sedang mereka memakan makanan enak."

Theana berhenti. Dia menatap sosok permaisuri dengan seksama. "Maksud Anda?"

"Mereka mengambil hakmu. Ragnar bulan pria kejam yang akan membiarkanmu seperti ini."

Seolah tahu isi pikiran Theana yang menjalani hidup dengan perasaan kesal terhadap sang kaisar. Melissa seketika membuat Theana mendapatkan jawaban.

"Tapi, Casia mengatakan—"

**

"Beruntung jika Baginda mau membawa Anda yang kotor ke dalam lingkungan istana. Saya masih tidak menyangka Anda dibiarkan datang ke pemakaman permaisuri."

Theana hanya diam mendengar segala gerutu Casia. Pelayan yang bertanggung jawab atas Theana. Sedangkan Melissa, dia sibuk memaki tanpa suara. Semenjak memutuskan untuk pergi mengikuti Theana, perempuan itu kehilangan suaranya. Mereka tidak bisa berkomunikasi seperti beberapa waktu lalu.

"Tinggallah di kamar ini. Pakaian dan segalanya ada di sana."

"Bersyukurlah Anda bisa tinggal dengan baik!"

**

"Jadi, kamar sebenarnya yang diperuntukkan padaku bukan ini?"

"Kamar itu indah, Nak. Berhias permata. Pakaianmu juga bagus. Tidak seperti sekarang."

Theana selama ini tidak pernah keluar. Dia hanya diam di kamar. Dia tidak mau bertemu orang yang membencinya. Theana takut dia sakit hati. Theana ingin menghindari luka.

Akan tetapi, tindakan pasif itu justru menguntungkan orang jahat di sekitarnya. Theana mungkin takut ramalan mimpi di mana dia menjadi putri jahat tak tahu diuntung itu jadi nyata. Tetapi, Theana juga tidak bisa diam saja seperti ini.

Theana menjadi jahat dalam mimpinya juga karena rumor yang menyakiti hati. Jadi—

"Kau harus menghentikan mereka. Mereka semakin gila selama kau diam saja, Thea."

Permaisuri yang bisa berbicara lagi setelah sekian lama. Mengungkap sesuatu yang tidak Theana ketahui. Dan membangkitkan semangat Theana untuk hidup. Setelah selama ini, redup karena berpikir sempit.

"Diam tidak akan membuat semuanya damai. Kuncinya adalah aku, bukankah begitu maksud Anda?"

"Kau harus memperjuangkan hak yang diberikan padamu, Theana," tutur Melissa.

TBC



LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang