Perempuan yang terlihat kurus dan pucat. Dituntun oleh perempuan muda dengan pakaian pelayan. Perempuan dengan netra merah muda yang jernih. Rambut pirang yang tersanggul. Perempuan datang memasuki sebuah ruangan.Ruang kerja sang kaisar. Tangannya menggenggam sebuah surat.
"Baginda." Suara paraunya mengalihkan perhatian sang suami.
Pria yang masih terlihat sehat dan berwajah muda itu menoleh. Dia mendekati sang istri.
Mengambil kursi untuk duduk. Tetapi, pendampingnya itu menolak. Dia terduduk di lantai yang dingin sembari memegangi kaki sang kaisar.
"Yang Mulia!"
"Melissa!"
Baik kaisar atau dayang yang menemani perempuan bernama Melissa Francis itu terkejut.
Perempuan itu menangis. "Maafkan saya Baginda. Maafkan saya."
"Pergi Chaith!" titah sang kaisar. Menyuruh dayang berambut cokelat itu pergi meninggalkan ruangan.
"Kau bisa mengatakannya perlahan permaisuri."
Tangan Melissa yang gemetar memberikan selembar kertas yang dilipat rapi kepada Ragnar De Charlotte.
Pria dengan netra biru bagai laut dalam yang indah. Tetapi menakutkan. Legenda mengatakan, mata yang semakin biru menandakan betapa kuatnya orang itu. Dan kaisar saat ini adalah keturunan kaisar yang memiliki mata paling biru dalam sejarah.
Ragnar mulai membuka lipatan kertas usang itu. Membaca apa yang terdapat di sana hingga sang permaisuri begitu takut.
"Nils, kami tidak bermaksud. Aku tidak bermaksud. Baginda."
Isi kertas itu adalah hasil tes kehamilan Melissa dua belas tahun yang lalu. Ini jelas bukan anaknya. Masa-masa itu adalah masa peperangan wilayah dengan negara tetangga. Dan permaisurinya hamil. Peperangan yang memakan waktu empat tahun itu.
"Saya berani bersumpah jika kami tidak bermaksud. Saat itu, aku dijebak." Tangan Melissa gemetar memberikan hasil tes lain. Kertas yang menyatakan jika ada kandungan obat bius di dalam tubuh Melissa. Di kertas lain juga ada hasil tes dari Nils.
Nils, adalah seorang keturunan Siren dan peri. Dia bukan sosok biasa. Nils teman Ragnar yang dipercaya untuk menjaga keluarganya selama perang. Dia juga membantu perang kala itu.
Ketika perang usai. Kemenangan menjadi milik mereka. Perayaan dilangsungkan. Dan Nils tidak ada. Pria itu pergi entah ke mana.
"Baginda, saya akan mati. Saya tidak tahu kapan. Tetapi, saya mohon. Anak saya, beri anak saya tempat tinggal yang hangat. Tidak perlu jabatan. Tidak perlu kemewahan yang penting dia bisa tumbuh dengan baik di sini bersama yang lainnya."
Melissa adalah perempuan yang dicintainya. Dan Nils adalah sahabatnya. Menyakitkan mengetahui keduanya terlibat hal semacam ini.
"Baginda-"
Pria itu menatap istrinya yang terduduk di sofa saat ini. "Istirahatlah."
"Tapi anak itu-"
"Aku akan membawanya padamu."
"Baginda. Dia memiliki rambut yang sama seperti saya. Netranya juga mirip seperti saya. Dia, dia tinggal di panti asuhan di batas Utara yang dingin. Saya harap Anda membawanya segera, maafkan saya kalau saya banyak meminta tapi saya mohon Baginda."
Ragnar mencium pipi sang istri yang saat ini dia gendong menuju kamar yang ada di ruang kerja itu. "Istirahatlah dulu, Hem. Aku akan membawa anakmu dan menjaganya."
"Benarkah?"
"Aku bersumpah padamu Melissa."
***
Rumor menyebar tentang anak haram kaisar. Di hari kematian sang permaisuri. Anak itu ditemukan.
Galahan, ajudan kaisar menatap anak bertubuh kurus di hadapannya. Rambut pirang pucat seperti permaisuri. Netra merah muda yang seperti permaisuri. Dia anak haram kaisar, tetapi mirip sekali dengan permaisuri. Bahkan garis wajah dan perilakunya.
Galahan memperhatikan gadis kecil yang larut dalam mimpinya itu. Pria tiga puluh tahun itu terkejut saat si anak bangun, keringat dingin mengucur di dahinya yang sempit. Tak lama, gadis itu merosot duduk di bawah.
"Tuan putri!"
Anak itu mendongak. "Biarkan saya duduk di sini, Tuan. Saya takut, saya tidak ingin dibenci."
Anak itu berkata dengan tubuhnya yang gemetar kedinginan.
"Anda tidak akan dibenci hanya dengan duduk di sini." Galahan menggendong anak itu untuk duduk bersamanya.
"Tetapi-"
"Cuaca sedang dingin, Yang Mulia. Anda harus tetap hangat agar kita bisa tiba di istana dengan selamat. Baginda sangat menantikan Anda."
Setelahnya, Thea diam menunduk. Dia menjadi patuh.
Galahan kembali ingat saat dia mengatakan jika Thea adalah seorang putri. Gadis itu menatapnya mantap. Menanyakan bukti.
"Apa yang membuat Anda yakin tentang saya?"
Sesaat setelah itu Galahan mengeluarkan batu deteksi untuk membuktikan. Dan hasilnya, batu itu bersinar. Dengan artian, Thea memang anak sang Kaisar.
Thea, nama yang sangat sederhana.
"Yang Mulia, apakah Thea adalah nama Anda yang sesungguhnya?"
Gadis itu mengangkat liontin yang dipakainya. "Theana."
Gadis kecil tersebut menjawab singkat. Theana adalah namanya. Para pengurus memanggilnya demikian. Thea hidup nyaman di sana, pengurus baik. Hanya mereka kekurangan makanan sehingga banyak anak panti yang kurus. Bahkan pengurus juga makan sedikit demi mereka.
Thea baik-baik saja dengan pengurus. Hanya teman sekamar dan sebayanya yang selalu mengatakan Thea gila. Mengutuk dan mengatakan hal buruk.
Padahal, yang Thea katakan dengan peri kecil dan ikan kecil bertubuh manusia yang dia katakan adalah kebenaran. Dan setiap kata-kata yang diceritakan adalah apa yang dilihat Thea dalam mimpi. Tentang, masa depan buruk seseorang.
Thea mengingatkan agar tidak terjadi hal buruk seperti mimpi itu. tetapi, mereka hanya menganggap Theana adalah gadis kecil gila. Semua orang menjauhinya dan tidak mau berteman. Merebut jatah makan Thea hingga gadis itu kelaparan.
Theana semakin dikucilkan saat perkataannya tentang kematian teman sebayanya yang meninggal di keluarga angkatnya usai diadopsi. Mereka menggunakan itu karena kutukan Thea yang iri dengan keberuntungan anak itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]
FantasyAnak dua belas tahun itu menatap pria dengan pakaian bagus yang terus menatapnya. Semua anak di panti asuhan menatap kagum. Bahkan mengerumuni orang itu seperti semut gila. Sedangkan gadis berambut pirang pucat bernetra merah muda di sudut ruangan h...