Ingatan apa yang masuk ke dalam pikiran Theana terakhir kali menghilang. Sekarang dia tidak mengingat apapun. Meski sudah berusaha untuk ingat. Perasaannya terus berkata jika dia harus ingat.Mimpi di mana Theana membunuh keluarga dan juga Teressa terus muncul. Itu jarang terjadi. Theana sering memimpikan ramalan masa depan tapi tidak pernah seperti ini.
***
Tahun berganti, sekarang usia Theana akan berusia tujuh belas tahun. Dia akan melakukan debutan tepat saat usianya genap tujuh belas tahun. Semua orang membicarakan bagaimana dia akan menjadi seseorang yang paling beruntung. Namun, di detik ini di saat dia bangun dari tidur sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya.
Sebuah kaca biru muncul, dengan ukiran tulisan yang memerintahkan Theana untuk melakukan hal yang tidak biasa.
"Hari ini makanannya tidak enak. Buang makanan dan tampar pelayan."
Theana melihat itu dengan wajah heran. Dia menduga ini kejahilan Raniero yang belakangan sering menipunya untuk membuat Theana kesal.
Dia mengabaikan hal tersebut. Kemudian, dia melakukan aktivitas seperti biasa.
"Erika, tolong siapkan pakaian untukku keluar."
***
Kemarin, janji untuk berjalan-jalan dengan Jeremy. Pemuda itu ingin menghabiskan waktu dengan Theana sebelum ditugaskan ke kota lain.
"Thea, kita akan ke mana?"
"Saya dengar ada makanan manis populer belakangan. Anda mau mencobanya?"
Semuanya berubah. Theana semakin dekat, tetapi ada jarak di hatinya yang membuat gadis itu hingga kini enggan memanggil empat saudaranya dengan sebutan 'kakak' dan ayahnya dengan panggilan seharusnya. Tidak, Theana sudah berusaha untuk terbiasa. Tetapi, ada sesuatu yang terasa mengganjal saat dia hendak memanggil mereka seperti seharusnya.
"Baik kita akan ke sana."
***
Keduanya duduk di kursi dekat jendela. Memesan dua kue cokelat dan minuman segar.
"Wah, ini kelihatan sangat enak."
Jeremy menatap Theana yang hendak memakan makanan itu. Di detik Theana menyendok kue. Papan kaca kembali muncul.
"Peringatan! Anda akan mendapatkan hukuman berat karena sudah mengabaikan misi selama dua bulan terakhir."
Theana mengernyit heran. "Mengabaikan misi?"
Herannya kenapa dua bulan terakhir? Sementara dia baru saja melihat itu tadi pagi. Apakah ini termasuk tipuan Raniero yang biasanya.
Pasti seperti itu. Ya, Theana meyakinkan jika semuanya tidak nyata. Lagipula siapapun yang melihat akan berpikir itu adalah sihir. Dia juga sudah lelah setiap hari diganggu Raniero yang jahil.
Theana menyendok kue dan memakannya. Saat memakan kue. Papan kaca kembali muncul.
"Terdeteksi racun ada dalam makanan Anda."
Setelah membaca itu ada rasa sakit yang seolah tenggorokan Theana terbakar dalam api panas yang membara. Sesuatu yang bergejolak dan anyir keluar dari mulutnya.
Lantas, dia tidak ingat apapun lagi.
***
"Apa kalian gila? Dia hampir mati!"
Dalam kegelapan Theana bisa mendengar suara perempuan yang marah dan panik.
"Jika dia mati sebelum waktunya, semua akan sia-sia. Kita akan kehilangan semuanya kau tahu itu Ragnar!"
"Kaisar?" Theana bergumam. Dia seolah berpijak pada lantai hitam, semuanya hitam. Theana meraba sekitar. Dia tidak bisa melihat dengan jelas. Sampai kemudian, langkahnya membawa Theana menuju cahaya. Dia berjalan mendekat.
Di dekat cahaya itu, dapat dilihat sebuah ruangan yang terlihat seperti kamarnya. Ada Ragnar, yang sedang berdiri dengan wajah gusar. Teressa yang terlihat marah. Ethan,Jeremy, dan Raniero yang berdiri di pojok ruangan. Sedang Julius duduk di tepian ranjang.
"Jika masih ingin berada di sini lakukan dengan baik. Saat waktunya tiba. Saat bunga sudah mekar. Kita bisa membunuhnya dan mendapatkan hidup abadi." Suara Teressa menggema dan membuat Theana tertegun. Maksudnya siapa?
"Julius? Jangan melemah? Kau sudah mendapatkan ingatanmu. Kau sudah punya tujuan. Dia hanyalah jiwa yang akan menjamin kehidupan kita nantinya."
Julius yang duduk di tepian ranjang menatap Theana dengan wajah yang semula datar berubah menjadi tatap dingin penuh ambisi kotor.
"Tapi, sebelum jiwa itu diserahkan. Bisakah kita menikmati tubuhnya?" Suara hanya Ethan membuat Theana yang menyaksikan bergidik.
"Apapun asal jangan gegabah seperti Jeremy."
Setelah melihat semua itu, Theana merasa tubuhnya ditarik keras hingga ke dasar. Kemudian, kesadarannya pulih. Theana bisa melihat sekitar dengan jelas. Sama seperti sebelumnya. Theana melihat orang-orang itu ada di kamarnya, posisi, dan jumlah yang sama.
Itu bukan mimpi masa depan, tetapi kenyataan.
Julius memegang tangan Theana. "Kau sudah sadar, Theana? Syukurlah penawar itu cepat ditemukan."
Julius masih memasang wajah khawatir. Yang lainnya mendekati Theana dengan raut yang sama. Tetapi, perkataan mereka tadi, semua rencana gila dan maksud dari 'jiwa yang akan dikorbankan' membuat Theana bingung, sedih, marah.
Dia menepis tangan Julius. "Keluarlah."
"Ap-apa?"
"Keluar!" teriak Theana.
"Tapi, Nak."
Theana menatap Ragnar. Wajah yang biasanya Theana lihat penuh cinta itu berubah menjijikan. "Pergi kalian semua!"
Theana menutup seluruh tubuhnya dalam selimut. Suara kepergian semuanya terdengar. Sunyi beberapa saat saat pintu tertutup.
Kemudian, suara seorang laki-laki membuat Theana kesal.
"Kau sudah tahu tujuan mereka?"Theana yang kesal menyingkap selimut dan siap berteriak untuk mengusir siapapun itu. Namun, tindakannya terhenti kala melihat sosok yang ada di sebelahnya bukan siapapun yang dikenal. Sosok pria dengan mata kelabu, rambut hitam, pakaian serba hitam, kulitnya yang putih pucat, wajah yang tersenyum tetapi sorot matanya kosong. Seperti Theana pernah melihatnya.
"Sekarang, apa yang akan kau lakukan, Tuan Putriku."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]
FantasiaAnak dua belas tahun itu menatap pria dengan pakaian bagus yang terus menatapnya. Semua anak di panti asuhan menatap kagum. Bahkan mengerumuni orang itu seperti semut gila. Sedangkan gadis berambut pirang pucat bernetra merah muda di sudut ruangan h...