TIGA

16.5K 1.3K 10
                                    

Theana keluar dari kamarnya. Berjalan menyusuri lorong. Paviliun Utara ini miliknya. Begitu kata Melissa. Roh permaisuri terus mengikutinya. Menuntun Theana untuk menuju kamar utama.

Di sana Theana melihat tiga pelayannya.

"Yah, dia memang bodoh."

"Haruskah kita berterimakasih padanya? Hahaha!"

"Kenapa? Dia anak haram yang tidak punya hak atas kemewahan ini. Karenanya permaisuri tiada!"

Melissa maju. Dia menggelengkan kepala di depan Theana yang masih mendengarkan perbincangan. "Kau tahu, Nak. Aku meninggal karena sakit. Bukan kau penyebab kematian ku."

Theana hanya diam. Dia masih melihat. "Hah, dia selalu terlihat bodoh. Tinggal di kamar pelayan. Menurut saja atas apa yang kita lakukan."

Gadis itu menggenggam jemarinya erat. Dia tidak tahan lagi. Memang dia anak haram. Theana memang anak dari panti asuhan miskin. Tapi, enak sekali mereka menipu Theana.

"Apakah makanan itu enak?"

Semua pelayan terkejut. Theana masuk dengan wajah marah. Melihat itu, bukannya takut, para pelayan tersebut justru tertawa.

"Lihatlah anak ini."

Casia mendorong Theana hingga terjatuh. Gadis kecil itu seketika mau bangkit. Menatap tajam tiga manusia di hadapannya.

"Anak kotor sepertimu tidak pantas menikmati semua ini."

"Lalu? Kalian?" Theana mengedarkan pandangannya. "Pelayan yang ditugaskan untuk melayaniku. Apa pantas mendapatkan semua ini?!" balas Theana.

Keena, pelayan dengan rambut merah menyala mulai menarik rambut Theana kasar. Gadis kecil itu mendongak dan menahan sakit. Satu tamparan mendarat di pipinya.

"Padahal lebih baik jika kau tetap diam di kamar itu."

"Hei! Kalian! Dasar orang gila! Lepaskan dia!" teriakan Melissa yang tak terima sama sekali tidak bisa didengar oleh orang-orang itu.

Theana melirik. Kemarahannya semakin menyala.

"Kalian—"

Plak!
Belum mengucapkan kalimat lanjutan, Candice pelayan dengan mata hitam dan rambut cokelat terang langsung menendang Theana.

Gadis itu terlempar jauh. Theana langsung merasakan sesak luar biasa. Dia terbatuk.

"Dasar gila! Aku tidak akan membiarkan hal ini. Kejahatan kalian harus diketahui."

"Apa ada yang akan mendengar anak haram sepertimu? Aib kekaisaran!"

"Seseorang pernah berkata, Baginda Kaisar tidak sekejam itu padaku."

Meskipun tubuhnya sakit. Theana masih bangkit. Dia masih terus berusaha melawan. Gadis itu seketika keluar dari kamar. Berlari, tujuannya adalah kaisar. Dia harus mengadukan semua ini. Tetapi, saat ingin menuruni tangga lengan kecil Theana ditarik kasar. Bisa Theana rasakan sakit yang luar biasa dari genggaman itu.

"Kau kira itu sulit? Mengejar anak kecil yang sudah pincang itu mudah," ujar Casia.

Dengan kasar Casia menarik Theana. Gadis kecil itu masih terus meronta. Berusaha lepas dari genggaman si pelayan. Tetapi, dari belakang. Setiap Theana meronta. Candice akan menendangnya dengan kasar.

"Meronta, kabur, dan kamu akan dengan muda menemukanmu." Candice, pelayan yang paling kejam.

Theana didorong masuk ke ruang kamarnya. Diikat tangan dan kaki. Keena, datang dengan sekotak alat-alat siksa yang membuat Theana merinding dan takut.

Dia bisa mati kalau begini. Theana harus memikirkan cara lain untuk mengungkapkan kejahatan mereka. Theana tidak bisa mati begini.

"Maafkan saya. Maafkan, saya, saya tidak akan melakukan hal seperti ini lagi. Mohon ampuni saya."

Dengan suara parau menahan sakit, Theana dengan kewarasannya memilih meminta maaf.

Tetapi, cemeti langsung menjawab pertanyaan itu. Satu cambukan melayang di punggung Theana. Sakit luar biasa bisa dia rasakan. Gadis itu menggenggam erat jemarinya.

Melissa masih berusaha berteriak. Percuma. Tidak akan didengar. Permaisuri itu juga sudah menangis melihat Theana disiksa. Kemudian, seolah menemukan ide. Dia pergi. Setelah mengecup kening Theana.

***

Tubuh Theana sudah penuh dengan luka. Gaun putihnya penuh noda merah. Gaun itu lebih tepatnya kini sudah menjadi gaun berwarna merah. Dia melemas. Theana yang ada di kamar pelayan melongok ke luar melalui jendela.

Penyiksaan itu sudah berakhir. Entah dia bisa hidup atau tidak dengan kaki yang telah mati rasa ini. Theana dengan bantuan kedua tangannya. Dan satu kali yang masih bisa berpijak. Mendekati jendela.

Kalimat pelayan yang menyakitinya itu bergema. Thenana menghela napas. Dia kemudian duduk ditepian jendela. Dan, menjatuhkan diri dari jendela. Keena yang datang membawa makanan dingin terkejut melihat hal itu. Piring yang dibawa jatuh. Pelayan tersebut langsung berlari menuju jendela. Anak kecil yang menjatuhkan diri dari lantai 3 dalam keadaan seperti itu pasti mati.

"Dasar gila!"

***

Bruk!

Seorang remaja dengan rambut pirang emas dan mata biru yang indah. Menatap gadis yang baru ia tangkap.

Netra birunya menatap asap putih di sebelahnya yang menuntun untuk datang ke sini.

"Jadi, apa yang membuatmu menuntunku ke anak sampah ini?"

Hujan lebat turun sejak tadi. Petir bergemuruh. Theana dengan sisa kesadaran mengangkat tangannya yang penuh darah.

"Ah, dewa penyelamat." Dia memeluk remaja itu. Menyisakan noda merah pada kemeja putih yang dikenakan penyelamatnya.

"Cih, merepotkan."

Tangan Theana melemah. Dia pingsan. Pelukan itu, terlepas. Tetapi, wajahnya tersenyum karena lega.

TBC

LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang