EMPAT BELAS

9.6K 1K 30
                                    


Ruang makan sangat berbeda hari itu. Sebab yang ada di meja makan tidak hanya keluarga kekaisaran saja. Ada seorang gadis dengan surai merah muda yang cantik duduk di dekat Ethan, gadis yang terlihat anggun dan sangat cantik. Sungguh, sebagai seorang perempuan Theana memuji kecantikannya.

Dia seperti sosok tunangan yang Theana lihat di dalam mimpinya. Perempuan baik hati yang dibunuh oleh Theana ketika di dalam mimpi.

Mimpi masa depan, tetapi Theana bisa menghindari hal itu jika dia melakukan hal yang tidak seharusnya. Ya, Theana yakin, sebab beberapa mimpi buruk sering dia hindari di kehidupan nyata.

"Theana, apa makanannya tidak sesuai seleramu hari ini?" tanya Ragnar.

Theana menggeleng. Dia mulai melahap sedikit makanan yang tersaji. Dia yang masih penasaran tanpa sadar melirik ke arah perempuan yang duduk di sebelah Ethan. Ketika itu, Theana terkejut karena netra magenta gadis itu berubah menjadi warna merah darah dalam beberapa detik.

"Uhuk!" Theana tersedak karena terkejut. Julius yang duduk di sebelahnya cepat mengambilkan air minum, ternyata Ragnar dan Raniero juga cepat menyerahkan air minum.

Jeremy yang masih mau memberikan minimnya kalah cepat. Ethan yang baru ingin bergerak juga kalah cepat.

Suasana menjadi canggung. Ada tiga gelas yang sudah sangat jelas tersodor.

"Uhuk!" Theana terbatuk lagi. Tangannya bergerak ingin mengambil gelas. Tetapi, yang diambil adalah gelasnya sendiri. "Terima kasih," ucapnya sebelum meminum air yang ada di gelas miliknya.

Ragnar, Raniero, dan Julius menghela napas. Mereka meletakkan kembali gelas mereka. Beberapa hari ini Theana menerima keberadaan mereka. Dia tertawa tetapi tidak ada cahaya kebahagian di netra gadis itu. Siapapun menyadari itu. Terutama Ragnar.

***

"Erika, aku ingin berjalan-jalan keluar. Apakah boleh?" tanya Theana ketika sudah berada di dalam kamarnya.

"Anda ingin ke taman, Tuan Putri?"

"Tidak. Aku ingin keluar dari istana."

"Ah, Anda bisa pergi jika mendapatkan izin dari Baginda."

Theana berbalik menatap Erika. "Meskipun aku anak haram?"

Erika yang sedang menjahit pita tertusuk jarum karena terkejut akan pertanyaan Theana. "Ah, Anda 'kan keluarga Kekaisaran juga."

"Ah, begitu. Baiklah." Theana berdiri dari duduknya. Dia merapikan dandanan dan berjalan keluar kamar. "Aku akan mendapatkan izin itu."

***

Theana sangat percaya diri datang ke ruangan kerja Ragnar. Dia yakin akan diberi izin dengan mudah karena sekali lagi. Dia hanyalah anak yang bukan anak kaisar. Dia ini bukan keluarga kekaisaran. Dia sama sekali tidak berharga dibanding empat pangeran.

Namun, langkahnya terhenti kala di depan pintu besar yang mana jika pintu itu terbuka terlihatlah ruang kerja Ragnar.

"Apa benar aku tidak berharga?"

Pertanyaan yang jelas salah. Jika diputar ulang waktu, dibagian mana Ragnar tidak menunjukkan kasih sayang terhadap Theana barang hal kecil sekalipun?

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dia mengetuk pintu ruang kerja dengan ragu.

"Siapa?" Itu suara Count Claire. Sebenarnya beliau adalah ajudan Kaisar yang sebenarnya. Galahan? Pria itu hanya pengganti sementara. Claire mengambil cuti sesaat karena masa-masa persiapan kelahiran anaknya. Begitu yang Theana tahu.

Meskipun begitu, Count mengambil cuti cukup lama. Yaitu tiga tahun. Galahan itu sebenarnya adik Count Claire. Dia setia. Sebelumnya dia adalah seorang ksatria penjaga Ragnar semasa menjadi putra mahkota.

Kesetiaan itu terbangun sejak lama. Dan, mendarah daging hingga membutakan Galahan. Pertanyaannya, apakah Count Claire dendam? Itulah yang Theana takutkan. Sejauh ini tidak ada tanda khusus.

Claire selalu menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi yang membuat Theana susah membaca isi pikirannya.

"Ada perlu apa?" Suara Ragnar membuat Theana sadar. Dia sudah memasuki ruangan kerja itu.

Pikirannya melayang untuk sesaat karena kasus Galahan.

Entah kenapa tatap Theana tertuju pada Claire yang diam di kursi kerjanya. Dia sedang menyusun dokumen dengan tenang. Seolah kehadiran Theana bukan gangguan.

"Saya izin keluar bersama Erika. Saya ingin berbelanja."

"Kau ingin gaun? Perhiasan? Tak perlu keluar. Aku akan panggilkan pemilik toko dan butik yang terbaik."

"Tapi saya ingin melihat pasar dan katanya ada festival mu—" Theana tidak melanjutkan kalimatnya. Dia mendadak diam. Ragnar yang sempat mendengar tertegun. "Ah, tidak. Maafkan saya. Akan saya katakan jika saya membutuhkan gaun baru."

Theana membungkuk hormat sebelum pergi. Dia tidak bisa merengek. Dia hanya akan dibenci jika mengatakan keberatan seperti itu. Theana juga harus sadar posisi, 'kan? Dia hanya anak haram permaisuri.

"Thea," panggil seseorang. Theana kenal suara ini. Gadis itu berbalik dan melihat sosok Ragnar dengan pakaian biasa dan jubah hitam. "Ayo, melihat festival musim semi bersama," tambah Ragnar sembari memakaikan jubah hitam kepada Theana juga.

TBC

Lama tak bersua
Apa kabar semua?

Yang muslim lancar puasanya? Yang nonis? Masih ikut war takjil ga? Haha.

Up lama, sekali up sedikit:v
Ya gapapa lah, yaa guys.
Soalnya kalau up siang, laper jadi gabisa mikir. Kalau up malem, tarawih balek tarawih ketiduran hehe.

Ryry:)

LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang