SEMBILAN

12.9K 1.2K 33
                                    

Kabar terpenggalnya tiga pelayan sudah tersebar di seluruh daerah. Bukti juga di berikan kepada publik. Dengan mengetahui kabar itu, semua orang yang sepele terhadap putri haram kini menjadi hormat. Tersebab kaisar dan para pangeran yang terkenal sangat menyayangi sang putri.

Padahal pada kenyataannya, Theana sendiri masih sangat sulit percaya salah satu diantara mereka. Terutama kakak pertamanya dan sang kaisar. Aneh, kaisar peduli padanya yang jelas tak memiliki hubungan apapun.

Theana yang tengah dihias rambutnya oleh pelayan pribadi—Erika—menatap ke arah cermin. Wajahnya yang cantik, mata merah muda yang terang dan indah, rambut pirang pucat yang mirip seperti ibunya.

"Apakah ini?" Theana memegangi wajahnya dan menatap ke cermin terus.

Erika yang sudah selesai mengepang rambut Theana tersenyum. "Sekarang Anda sangat cantik Putri," ucapnya.

Erika adalah pelayan pilihan kaisar. Dia anak dari kepala pelayan. Erika berusia lima belas tahun. Dia cantik dan ceria, selain sebagai pelayan Erika bekerja sebagai teman bermain dan orang yang mengawasi Theana dari hal berbahaya. Theana mendapatkan pengajaran tentang etiket, bahasa, sejarah, dan teologi.

Semenjak kejadian itu semuanya berubah. Kecuali Theana yang masih tidak pernah menunjukkan senyuman.

"Tuan putri, apakah Anda ingin berjalan-jalan?" tanya Erika.

Theana menoleh ke arah jendela yang besar. Cuaca begitu cerah dan hangat.

"Anda juga hari ini tidak memiliki jadwal dengan guru atau siapapun. Sesekali, Tuan Putri juga harus berkeliling dan meliha sesuatu yang baru."

"Baiklah."

Erika terlihat sangat senang. Dia berteriak tanpa suara. Lantas mengambil payung dan keranjang. "Anda mau piknik sekalian di bawah pohon apel?"

Gadis berambut pirang yang sudah berdiri di dekat pintu menoleh. "Ya, tolong siapkan makanan dan buahnya. Aku akan menuju pohon apel sendirian. Susul aku segera."

"Baik, Tuan Putri!"

***

Angin yang bertiup lembut, menerbangkan aroma bunga. Seperti Dejavu. Theana Merakan tubuhnya gemetar, cuaca begitu hangat tetapi tubuh Theana menggigil. Masih tak habis pikir Theana bisa berpikir jika Ethan adalah pemuda baik hanya dengan melihat paras pemuda itu untuk pertama kali.

Theana menghentikan langkahnya. Dia memejamkan mata. Menghirup udara segar yang ada. Tetapi, ingata justru membawanya pada saat Ethan memenggal kepala tiga pelayan di hadapan Theana. Serta sang kaisar yang menghancurkan kepala pelayan itu dengan palu besar.

"Kau sedang memikirkan apa?" Suara berat itu membuat Theana seketika membuka mata.

Dilihatnya pria dengan mata biru yang gelap dan rambut hitam pekat. Pria dengan tubuh tegap itu menatap Theana. Reflek gadis bertubuh kurus tersebut mundur. Hingga tanpa sengaja dia kehilangan keseimbangan dan jatuh.

Ragnar mengulurkan tangannya, tetapi Theana yang melihat tangan tegap Ragnar semakin gematar dan justru menghalangi tangan Ragnar. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan karena takut.

"Salam Baginda." Suara Erika terdengar. Degup jantung Theana mereda sedikit. Tetapi, mendadak gadis itu tertegun saat merasakan tubuhnya terangkat. Dekap hangat dan dada yang kokoh menjadi sandaran Theana yang sekarang ini digendong oleh Ragnar.

"Dia ingin ke mana?" tanya Ragnar.

"Pohon apel, Baginda."  Erika menjawab dengan cepat. Galahan dengan sigap mengambil alih keranjang berisikan makanan yang semula dipegang oleh Erika.

Ragnar langsung melangkah menuju pohon apel. Hal ini seketika membuat Theana yang ada digendong Ragnar terkesiap dan menoleh ke arah Erika yang melambai dan tersenyum bahagia.

"Bersenang-senanglah Tuan Putri, Baginda, dan Tuan Galahan!" teriaknya.

'bahagia apanya! Dasar kau bodoh!' maki Theana dalam hati.

Erika tidak tahu saja selama ini Theana lebih sering di kamar karena siapa. Tentu saja karena si pria dengan rambut hitam yang agak berantakan ini. Theana yang ada di gendongan Ragnar hanya bisa diam kaku menatap ke depan. Galahan yang terlihat ceria memimpin jalan. Pria itu tak seperti di awal bertemu Theana. Dia kini terlihat sangat bahagia.

"Sunggu saya berterimakasih kepada Tuan Putri, karena Anda saya bisa merasakan piknik singkat ditengah pekerjaan yang menumpuk." Galahan yang tiba di bawah pohon apel lebih dulu membentang kain sebagai alas duduk. Dia juga membuka isi keranjang.

Begitu semua selesai. Ragnar tak menurunkan Theana. Pria itu memangku Theana.

"Ah, Baginda." Theana memberanikan diri untuk bersuara. "Biasakan saya turun dari pangkuan Anda? Saya sudah bukan anak kecil lagi," cicit Theana.

Ragnar menatap netra Theana yang ketakutan. Pria itu lantas bergumam setuju. Theana cepat-cepat beranjak dan duduk di sebelah Galahan. "Wah, Tuan Putri. Anda mau apel juga?" Galahan yang tenga mengupas apel menawarkan.

"Eum."

"Thea!" teriak seseorang dari kejauhan. Terlihat Jeremy yang berkeringat membawa pedang berlari ke arah mereka.

Galahan memetik jari. Dia seketika lenyap dari sisi Theana dan mendadak muncul di hadapan Jeremy. "Jika ingin bergabung pastikan Anda bersih."

"Saya sudah bersih, Galahan. Saya boleh bergabung?" Raniero yang tiba-tiba muncul duduk di sisi Theana yang masih linglung.

"Saya juga boleh bergabung? Sudah lama tidak bertemu Theana," keluh Julius yang baru tiba.

Ragnar yang melihat anak-anaknya datang seketika menghela napas.

"Kalian ini sebenarnya sedang apa?" tanya Ragnar menahan marah.

"Piknik."

"Ini acara kami bukan kalian." Ragnar berujar.

Theana yang mendengar pertengkaran itu hanya menghela kasar.

"Wah semuanya di sini?" Suara Ethan menginterupsi semua orang. Jeremy yang ribut dengan Galahan langsung terpecah fokusnya.

"Apa aku boleh bergabung?"

Gadis berambut pirang itu semakin tertekan sekarang. Dia menuang air teh ke dalam gelas. Meminumnya cepat. Sekarang Theana membutuhkan asupan kesegaran karena sekitarnya sedang tidak baik-baik saja.

Akan tetapi, keadaan berubah menjadi sangat tidak baik-baik saja. Tenggorokan Theana terasa sakit dan panas. Perutnya seperti ditusuk oleh pisau panas. Sakit yang luar biasa itu membeludak hingga akhirnya Theana mengeluarkan cairan merah anyir yang begitu kental.

"Uhuk!" Sekali lagi cairan itu keluar. Semua orang, Theana sudah tidak bisa lagi melihat dengan jelas ekspresi mereka. Bahkan suaranya sudah samar terdengar. Theana tidak hisa fokus ke yang lain sebab sakit yang sangat menyiksa tubuhnya.

TBC

Sekedar info, Ryry bakal ikut event menulis. Kemungkinan cerita ini bakal slow up. Tapi tetap up. Ryry usahakan. Nanti cerita satunya juga sedu ges tunggu sja yaaa

LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang