"Hari ini pengobatan terakhir merah muda, 'kan?" tanya Raniero pada Julius.Mereka bertiga tengah berjalan menuju ke tengah taman untuk melihat keadaan Theana yang katanya tengah diobati oleh seorang penyihir kerajaan.
"Iya, kakak benar. Jadi, besok mungkin semuanya bisa dilakukan."
Jeremy yang berjalan paling belakang langsung bersuara. "Bukankah itu terlalu cepat?! Dia baru sembuh dan kalian sudah mau membuatnya kembali ke tempat itu?"
"Tidak usah berlebihan Jeremy, kita akan ada di sana. Dia tidak akan terluka." Julius dengan santai berujar. Mereka akan sampai di gazebo.
Sedikit lagi, sampai kemudian terlihat gazebo dengan bahan marmer putih yang indah. Ada seorang gadis kecil tengah berbincang.
Ketiganya terbelalak saat melihat siapa lawan bicara Theana.
"Hei!" teriak Jeremy yang awalnya berjalan santai di belakang langsung berlari mendekati gazebo. Menarik Theana dan menatap tajam pemuda pirang yang tinggi itu.
Julius dan Raniero juga buru-buru menyusul. "Kenapa Kakak di sini?"
"Apa? Memangnya kenapa?"
"Di mana penyihir yang mengobati Thea?" tanya Julius memicing tajam.
Theana yang di belakang hanya menyaksikan dengan wajah heran. Dia bingung tentang apa yang terjadi, kenapa mereka sangat waspada terhadap Ethan?
"Aku." Ethan menjawab santai sembari menyeruput tehnya.
"Siapa lagi penyihir hebat di kerajaan selain aku?" ucap Ethan sombong.
"Astaga, lihatlah dia ini." Raniero mengusap wajahnya. Tangannya menarik lengan Theana. "Lihatlah anak ini!"
Ethan melihat Theana. "Lalu?"
"Dia yang kurus ini, seperti kelinci jika bertemu dengan harimau atau bahkan monster seperti kakak! Dia bisa terluka kapan saja."
Ethan terdiam. Kemudian tawa kecil terdengar dari Ethan. "Kalian terlalu berlebihan. Aku tidak seperti itu padanya." Pemuda itu ingin mendekati Theana usai berkata. Tetapi, Jeremy menarik Theana menjauh.
"Tidak."
Netra biru Ethan menjadi sangat tajam. Tidak ada keceriaan lagi di mata itu seperti sebelumnya. Theana merasakan aura dingin. "Kalian mengharapkan apa dari anak itu? Dia mirip ibu tetapi dia bukan anak ibu. Dia bukan bagian kita."
Seketika Theana tersadar. Mata biru yang indah sebelumnya memancarkan kebencian. Pantas mereka menarik Theana begitu jauh dari Ethan. Pemuda itu menyibak rambutnya yang turun sebelum ini. Kemudian menyeringai menatap Theana.
"Dia yang seperti itu juga akan mati."
Usai mengatakan kalimat itu, Ethan menghilang dari hadapan mereka.
"Ah, si gila itu." Jeremy menghela napas lega. Dia memegang tangan Theana kian erat. Kemudian, berbalik menatap Theana yang ketakutan.
"Kau lihat? Dia tidak sebaik itu. Dia sama gilanya seperti ayahmu. Jadi, jangan mendekatinya atau bahkan ayahmu sendiri. Kau paham?"
"Jika kau sayang nyawa dan ingin hidup."
"Alasannya, apa karena kedua orang itu sangat mencintai permaisuri?"
"Yap! Segila-gilanya kami. Tapi mereka lebih gila. Bahkan sangat gila." Jeremy menyahut dengan ekspresi panik.
"Tidak segila itu." Julius menimpali.
"Mereka gila!" seru Raniero.
"Jika tidak gila. Mereka tidak akan membantai ratusan manusia karena ibu tiada."
Mendengar penuturan Raniero Theana seketika menggenggam erat liontinnya. Dia takut.
"Sudahlah, aku akan memeriksa apa si gila itu benar menyembuhkan Thea," ucap Raniero mulai mengeluarkan sihirnya.
***
Theana menatap langit-langit. Ingatannya melayang pada kejadian siang tadi. Wajar kaisar membenci Theana, dia bukan anak kandungnya. Tetapi, mereka yang membenci Theana selalu beranggapan Theana penyebab kematian sang permaisuri.
Ruang kamar Theana sunyi untuk hari ini. Tidak ada Melissa. Bahkan dua roh yang selalu ada di dekatnya menghilang tanpa jejak. Bahkan saat Theana memanggil mereka. Tidak ada sahutan.
"Ah, aku lelah." Theana menarik selimutnya dan memejamkan mata. Tanpa sadar, di balik kegelapan di sudut ruangan. Terlihat seseorang dengan mata biru gelap menatap Theana yang mulai terlelap.
"Sialan," ujarnya sembari mendecak sebal. Kemudian, sosok itu pergi dari ruang kamar Theana.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]
FantasyAnak dua belas tahun itu menatap pria dengan pakaian bagus yang terus menatapnya. Semua anak di panti asuhan menatap kagum. Bahkan mengerumuni orang itu seperti semut gila. Sedangkan gadis berambut pirang pucat bernetra merah muda di sudut ruangan h...