SEPULUH

12.7K 1.2K 30
                                    


Pintu kamar dibuka dengan kasar. Semua orang yang sedang membereskan kamar Theana terkejut dengan kedatangan sang kaisar dan empat pangeran yang tergesa-gesa. Seorang dokter mengikuti kedatangan Julius, seorang Penyihir mengikuti kedatangan Raniero, dan pendeta agung mengikuti langkah Ethan. Mereka semua terlihat sangat panik.

Terlihat, sang putri yang ada di gendongan Ragnar sang kaisar yang sudah berlumuran darah. Anak yang tengah tak sadarkan diri itu, kembali memuntahkan darah saat Ragnar meletakkannya di atas ranjang.

"Apa Ayah ingin membunuhnya, hah! Pelan-pelan!" teriak Ethan.

"Aku sudah perlahan meletakkannya!" balas Ragnar.

"Bisakah kalian berhenti sekarang?! Mereka butuh tempat dan waktu untuk menyelamatkan Thea!" Raniero berteriak, menarik sang kakak dan membuat Ragnar sadar.

Mereka keluar dari kamar tersebut. Membiarkan Dokter memulai pemeriksaan dan pendeta memulihkan Theana.

"Galahan, coba selidiki kasus ini."

Galahan yang ada di sisi Ragnar mengangguk dan pergi saat perintah sudah diberikan.

***

Aroma yang begitu menyegarkan memasuki Indra penciuman Theana. Sebuah usapan lembut di rambutnya terasa begitu hangat. Gumam yang menciptakan melodi indah membuat kelopak mata Theana berat untuk terbuka.

"Thea?" Suara lembut yang Theana rindukan terdengar. Gadis itu langsung membuka mata, melihat sosok cantik permaisuri ada di hadapannya.

Theana sadar seketika dia sedang tidur dipangkuan Melissa. "Permaisuri?"

"A,a,a," ucap Melissa sembari menggerakkannya jari telunjuknya dan bergeleng. "Ibu," ralat Melissa.

Theana tersenyum. "Ya, Ibu." Gadis itu hendak berdiri tetapi sakit di dada dan perutnya kembali membuat Theana terbaring. "Kenapa Ibu di sini? Bukankah Ibu sudah menghilang?"

Melissa tersenyum. "Cobalah kau lihat sekitarmu, Nak. Apakah ini tempatmu?"

Gadis dengan gaun putih yang mirip seperti Melissa itu mengedarkan pandangan. Menatap sekitar yang sangat asing. Padang rumput hijau, dan langit tanpa batas. Tak ada awan atau apapun. Cahayanya bukan berasal dari matahari. Ini di mana? Wajah bingung Theana menggambarkan pertanyaan itu.

"Seharusnya kau tidak di sini. Kembalilah, Nak."

"Tapi bagaimana caranya?"

"Jika waktunya tiba, sebuah lubang cahaya akan muncul. Kau harus menerjang cahaya itu, mengerti?"

"Dia muncul di mana?" Theana mencari keberadaan yang mungkin cahaya itu muncul.

"Di mana saja. Cepatlah kembali, sebelum waktunya habis. Kau mengerti?"

"Iya." Theana mengangguk. Gadis itu masih terbaring.

Lama keduanya larut dalam hening. "Thea, maafkan Ibu."

"Kenapa?" tanya Theana dengan menatap netra Melissa yang menyorotkan berjuta rasa bersalah.

Melissa menunduk. Mengecup kening Theana. Rasanya hangat. "Ibu tidak seharusnya menempatkanmu dalam keadaan ini. Jika saja Ibu tidak melakukan kesalahan itu, mungkin kau tidak akan seperti ini."

"Mungkin aku tidak akan ada di dunia ini. Dan merasakan penderitaan," balas Theana.

Tangan Theana meraih pipi Melissa. Mengusap air mata yang luruh. "Penyesalan tidak akan merubah apa yang sudah terjadi, Bu."

LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang