Theana dengan gaun putih yang dikenakan saat bertemu Julius. Rencananya, Theana akan kembali ke paviliun sendirian. Dengan tubuh berbalut perban. Meskipun lukanya sudah tidak ada sama sekali.
Gadis itu mulai memasuki pekarangan. Kedatangannya disambut oleh Casia.
Melihat entitas Theana. Casia langsung menarik lengan gadis itu kasar. Membawanya masuk ke paviliun.
Jeremy yang mengentip dari balik pohon tak tahan ingin keluar dari persembunyiannya karena emosi. Tetapi, Raniero menahan.
"Jika kau keluar semua akan gagal."
"Tapi, dia kasar pada Thea!"
Raniero hanya diam tak menanggapi setelah itu. Mereka mengendap-endap menuju lokasi berikutnya. Mengikuti ke ruang mana Theana di bawa.
"Kalian di sini. Aku akan masuk dengan sihir." Raniero mulai bersiap dengan lingkaran sihirnya.
Si kembar mengangguk. Mereka kembali fokus kala Raniero hilang dari hadapan.
Raniero memasuki paviliun. Dengan sihir tak terlihat. Dia mengikuti Casia membawa Theana masuk ke dalam kamar pelayan yang menjadi tempat tinggal Theana sebelumnya. Dengan kasar perempuan itu mendorong Theana hingga membentur tembok.
Candice dan Keena yang sibuk sebelumnya datang karena suara teriakan dan memohon Theana.
"Anak ini kembali?" Keena mendekat dengan wajah serius. Tangannya meraih rahang Theana dengan keras. "Kemana saja kau?! Apakah kau pikir berada di luar sana bisa menjamin kau hidup tenang? Akhirnya kau kembali, 'kan?"
"Sadarlah putri, kau itu hanya anak tak diinhin yang dibenci. Siapa yang akan menolongmu?"
"Tunggu," ucap Casia. Dia mendekati Theana. Meraba kain perban yang menutupi bagian luka yang mereka buat sebulan lalu. "Apa kau mencuri?"
"Tidak." Theana menjawab dengan tegas.
"Wah! Kau pasti mencuri. Siapa yang mau memberikan kain kasa kepadamu?!" Keena ikut menyahut dan menendang Theana kasar.
Dia menarik rambut pirang pucat Theana. "Sebagai anak yang tak diinginkan. Lebih baik kau diam di sini. Janga mencari masalah dan tetap seperti sebelumnya."
Candice menampar Theana dua kali. Kemudian, berkata; "Putri, sadarlah akan posisi Anda."
Wush!
"Argh!" teriak Candice begitu sadar anak panah hampir mengenai kepalanya. Jeremy, melompat dari dahan pohon. Masuk melalui jendela yang terbuka. Dia memasuki kamar pelayan itu dengan wajah marah. Disusul oleh Julius yang mencoba menahan.
Tetapi, Jeremy menepis tangan itu. "Kau yang harus sadar posisi!" teriak Jeremy.
***
Netra biru Jeremy terlihat sangat marah. Theana ingat kapan terakhir kali netra biru itu terlihat demikian.
Itu saat pertama Jeremy bertemu Theana. Sekarang, seperti Dejavu. Netra itu kembali terlihat. Aura membunuh yang kuat dari ahli pedang yang hebat.
"Kau yang harus sadar posisi!" teriak Jeremy. Teriakan yang Theana tahu itu mengandung sejuta amarah tertahan sejak tadi.
Jeremy yang awal bertemu teriak-teriak dan menegaskan kalau membenci Theana. Dia adalah Jeremy yang sama yang sekarang marah melihat Theana terluka.
Raniero yang sejak tadi memakai sihir, melepas sihirnya dan mulai mendekati Theana. Menarik gadis itu lembut dan membawanya ke sisi Raniero, Jeremy, dan Julius.
Ketiga pangeran menatap tiga pelayan itu tajam. Para dengan satu hentikan jari. Belenggu sihir langsung mengikat mereka. Tetap, di sini dan lihat prosesnya. Raniero memberikan sebuah batu perekam yang akan memperlihatkan apapun yang ingin diperlihatkan Raniero. Proses yang dimaksud itu mungkin yang akan diperlihatkan lewat batu sihir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE AS THE EMPEROR'S DAUGHTER [SELESAI]
FantasyAnak dua belas tahun itu menatap pria dengan pakaian bagus yang terus menatapnya. Semua anak di panti asuhan menatap kagum. Bahkan mengerumuni orang itu seperti semut gila. Sedangkan gadis berambut pirang pucat bernetra merah muda di sudut ruangan h...