'Kau bisa berbohong tapi tidak dengan hatimu'
By: Rafael Alvaro
•~•~•
Hari ini Nadya sengaja tidak masuk kampus, ia masih ingin mejernihkan pikirannya yang sempat kacau beberapa hari terakhir ini, apalagi setelah tahu kondisinya.
Lucia bermain game di ruang santai dengan seorang teman sekaligus kaki tangan terpercayanya.
"Kak, mau jalan-jalan apa main? "Ujar Lucia bertanya.
Nadya mengeleng sebagai jawaban, Lucia mengerucutkan bibirnya cemberut.
"Ih, nggak asik ah!!! "Teriak Lucia sambil mengembulkan pipinya marah.
Nadya menghela nafas lelah, apa benar dia pemimpin dari gengster terkuat yang di rumorkan itu?
"Males, muka lo kagak ada lucu-lucunya" ujar Nadya datar.
Bagaikan tersayat pisau, sakit dan perih itulah yang Lucia Rasakan saat ini.
Hiro menatap ke arah Lucia yang tersenyum kecut, menurutnya Lucia cukup imut.
"Gue ke dapur mau buang sampah" ujar Nadya melenggang pergi.
"Eh? Bukannya tadi lo udah buang sampah yang ada di dapur yah, Ro? "Tanya Lucia sambil mengernyit.
Hiro membalas dengan anggukan, matanya masih berfokus dengan ponselnya.
"Aish, punya temen gini amat" gerutu Lucia mulai kesal dengan Hiro yang sifatnya menyerupai Nadya.
"Dahlah, kuy main. Bantu naikin rank ya? Awas ajah kalau turun, gue bogem lu" ujar Lucia mulai login dalam sebuah game.
Hiro lagi-lagi menghela nafas gusar, bukankah dialah yang menurunkan ranknya mulai dari mytic glory ke Legendary?
Hiro hanya pasrah, ia lebih memilih melakukannya jika ia menolak ia pasti akan di tugaskan lagi ke markas Barat.
Sedangkan untuk di dapur Nadya sibuk mencari sampah apa saja yang ada di ruangan itu, padahal sudah begitu bersih.
"Astaga, giliran rajin malah kagak ada kerjaan giliran mager malah numpuk kerjaannya, maunya apa sih?! "Kesal Nadya yang terus mengoceh sambil sibuk mencari sampah.
Ia memutuskan untuk membuang bahan makanan yang menurutnya basi atau tidak dapat di gunakan.
~•~
Di ruang makan di kediaman Alvaro, Elia tengah sibuk melahap sarapannya dan berusaha menenangkan diri untuk tidak emosi.
Bagaimana tidak emosi saat ketiga kakak laki lakinya begitu akur satu sama lain dan yang lebih parahnya Elia malah terabaikan.
"Bangke nih kumpulan abang terkutuk! Gue adeknya malah di lupain gitu aja? Emang mereka ngira gue ini pajangan napa?! "Batin Elia kesal.
Bagaimana bisa ia memiliki seorang kakak seperti mereka?
"Bang Rafa!!! "Teriak Elia yang akhirnya tidak tahan.
"Apa? "Ujar Rafa yang tengah memakan rotinya.
Farel dan Alan ikut menoleh dan menatap ke arah Elia yang tengah cemberut.
"Kok adek di cuekin sih? "Ujar Elia menatap tajam ke arah Rafa yang mengangkat alisnya tanpak berfikir.
Padahal tadi Elia memaksakan diri untuk ikut bergabung dalam acara sarapan agar Rafa menanyakan kabarnya atau apalah itu, tapi apa yang Elia dapatkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A MEMORY
Teen FictionAku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal seorang diri di sebuah apartement, berbeda dengan gadis lainnya yang terlihat begitu bahagia dan bersikap layaknya seorang gadis periang aku lebih memilih menjadi sosok yang menghindarinya dan menjadi so...