~~~
Rasa sakit yang begitu terasa kental menjalar keseluruh tubuh Nadya yang tergeletak di atas aspal dingin.
Matanya memberat setiap detiknya sampai Nadya sadar dengan apa yang terjadi padanya.
"E-Erza.... " gumam Nadya lirih dengan suara yang begitu serak akibat acara teriak teriakannya tadi.
Manik matanya terus mencari keberadaan pria yang menyandang sebagai sepupunya itu meski rasa sakit ditubuhnya begitu terasa amat perih akibat tergores oleh aspal jalanan ia tetap harus memastikan kondisi Erza sekarang.
Nadya ingat sesaat sebelum mobil itu menabrak Erza sempat mendorongnya dari atas motor dan....
"Nggak, Erza lo dimana?! Jawab gue please, Za! "Teriak Nadya saat sadar dengan apa yang telah menimpa dirinya dan Erza.
"J-jangan gini, g-gue takut Za, please jangan gini dong "Gumam Nadya, bibirnya bergetar saat ia mengucapkan kalimatnya.
"ERZA!! "teriak Nadya putus asa, pikirannya terus saja mengarah ke pikiran negatif meski dirinya sendiri terus mencoba menyangkal apa yang terjadi pada Erza tetap saja.
"Lari! "Teriak Erza dengan sisa tenagannya dan setelahnya barulh ia kehilangan kesadarannya.
Yah Nadya menemukan Erza yang tergeletak di atas aspal dengan kepala yang penuh akan darah segar yang mengalir disekitaran tubuhnya.
Dan seseorang yang menggenggam balok besi tepat berdiri disamping Erza sambil menyeringai disana.
Nadya menghampiri pria itu lalu memukul pria itu dengan emosi yang meluap-luap, apa maksudnya dia melakukan hal seperti ini pada Erza? Apa tujuannya?
Erza sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun, Nadya yakin jika Erza itu orang yang baik meski tampannya tidak mengatakan itu tapi hatinya sangatlah tulus.
"Mati apanya bego? Elu yang harus mati asu! "Kesal Nadya menonjok pria itu habis-habisan.
Pria itu mengangkat balok besinya dan mengarahkannya ke kepala Nadya untung saja Nadya menyadarinya dan menangkisnya hingga balok besi itu hanya mengenai lengannya meski begitu tetap saja rasanya luar biasa menyakitkan.
"Beraninya lo nyakitin Erza! "Kesal Nadya merebut balok besi itu lalu memukul kepala pria itu keras hingga tak sadarkan diri.
Dengan cepat Nadya menghampiri Erza tidak peduli dengan rasa sakit ditubuhnya, bagi Nadya lukanya tidak ada apa-apanya dibanding luka yang Erza terima, pria itu sekarang membutuhkan pertolonganya.
Terkadang Nadya meringis menatap wajah Erza yang dipenuhi bercak darah, suaranya yang sempat menghilang tadi ia paksakan keluar.
"Za, buka mata lo! Jangan kayak gini yah, kita baru ketemuan loh masa udah kek gini, lo mau bikin gue susah nanti? Gimana caranya gue jelasin ke om tante hah?! "Ujar Nadya dengan suara paraunya, tangannya tak henti-henti menepuk wajah Erza yang tengah tak sadarkan diri.
Nadya membaringkan kepala Erza ke atas pahanya sambil membalut kepala Erza dengan kain kaos yang ia gunakan.
"Please deh, jan bikin gue panik gini dong Za, Ini hape gue kemana lagi sih? "Kesal Nadya saat menyadari benda pipihnya itu malah menghilang disaat-saat genting.
Air matanya terjatuh mengenai wajah Erza yang menampilkan wajah damainya seolah-olah dia hanya sedang tertidur, mungkinkah itu kenyataan yang harus Nadya terima?
"Lari" lirih Erza dengan mata yang masih tertutup.
Alisnya berkedut menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya, ini sungguh menyiksa Erza.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A MEMORY
Teen FictionAku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal seorang diri di sebuah apartement, berbeda dengan gadis lainnya yang terlihat begitu bahagia dan bersikap layaknya seorang gadis periang aku lebih memilih menjadi sosok yang menghindarinya dan menjadi so...