~~~
Di sebuah rumah yang terlihat begitu sederhana dan terawat serta seorang wanita tua yang duduk santai di pekarangan rumahnya bersama dengan para wanita yang terlihat seumuran dengannya.
Awalnya mereka dipenuhi dengan canda tawa hingga pada akhirnya tawa itu luntur tergantikan dengan raut wajah terkejut juga takut kala melihat segerombolan anak motor berhenti tepat di depan rumahnya.
Mereka dengan cepat berlari masuk ke dalam rumah saat dilihatnya para pengendara motor itu satu persatu turun lalu berbaris menghadap ke rumah wanita paruh baya itu.
Wanita itu masih bertahan dan duduk santai di depan rumahnya sembari menatap tajam ketiga orang yang berani memasuki pekarangan rumahnya.
"Siapa kalian? "Ujarnya dengan nada tegas saat ketiga orang itu berhadapan dengannya.
Nadya, Danis dan Lucia maju lalu menunduk memberi salam di ikuti anggota lainnya yang membuat wanita itu heran, entah apa tujuan mereka datang menemuinya.
"Ada apa ini? Kenapa kalian berada disini dengan teman kalian? "Tanyanya melirik anggota geng Black Vaver dan geng NDB.
Tidak ada jawaban, hanya ada isak tangis yang tiba-tiba saja terdengar di depannya, ia langsung saja mengenggam pundak seorang gadis yang dari tadi menunduk padanya.
"Maaf" ujar Nadya menggigit bibir bawahnya dengan kepala yang ia tundukkan, cukup sampai disini saja Nadya ingin berhenti terpaku pada masa lalunya.
Saat ia melihat wajah wanita paruh baya di depannya semua rencana dan pertahanan Nadya langsung luluh, memorinya terputar begitu saja seolah mengatakan tindakan yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan besar.
"Ada apa sampai kau meminta maaf padaku? "Ujarnya sembari mengelus pipi Nadya yang berhasil mengingatkannya pada anak perempuannya.
Nadya semakin menjadi, rasa bersalahnya kembali menyerang meski sudah jelas ini bukan salahnya tetap saja masa lalu yang dialami Nadya membuatnya sulit untuk merubah diri dari kebiasaannya yang selalu merasa jika ia selalu membawa sial pada orang terdekatnya.
"Nadya? "Panggilnya, ia mendekatkan wajahnya pada Nadya lalu melirik Erza, Alex dan Aldo yang berada di barisan dengan lara anggota inti.
"Keluarga Agglia rupanya, aku banyak mendengar tentang dirimu dari Weix, hal yang menimpa putriku bukanlah kesalahanmu justru akulah yang harus meminta maaf atas kesulitan yang menimpamu dan keluargamu" ujarnya terdengar penuh akan penyesalan.
"Hah? "Beo Nadya bingung.
"Kalian masuklah dulu, tapi mereka...." Ibu Weisha menatap para anggota geng Lucia dan Danis dengan pandangan tidak enak karena tidak mungkin mereka semua masuk ke dalam rumahnya yang tidak luas.
"Mereka bakal ikut gue jadi tante nggak usah khawatir" ujar Danis.
"Ya sudah ayo kita masuk anggap saja rumah sendiri" ajaknya ramah.
Nadya dan Lucia mengikuti Laydia ibunya Weisha masuk, Nadya memperhatikan Laydia yang mengobrol sejenak dengan temannya hingga semua temannya pulang setelah memastikan bahwa Laydia baik-baik saja.
Rumah yang begitu sederhana dan memenangkan jiwa bagi siapapun yang melihat desainnya, setiap ruangan terbilang begitu luas untuk ditinggali satu orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A MEMORY
Teen FictionAku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal seorang diri di sebuah apartement, berbeda dengan gadis lainnya yang terlihat begitu bahagia dan bersikap layaknya seorang gadis periang aku lebih memilih menjadi sosok yang menghindarinya dan menjadi so...