~~~
Kabar yang terjadu pada Nadya kini sampai di telinga Lucia yang baru tahu setelah Candy terlihat terburu-buru keluar dari markas.
Anak markas di perintahkan untuk 'membersihkan' sisanya dibanti oleh ledua pilar Black Vaver yaitu Aryan dan David.
Di sisi lain Han harus kembali menggunakan karti indentitasnya sebagai dokter lulusan terbaik untuk mendapatkan fasilitas pengobatan disalah satu rumah sakit yang akan mereka gunakan untuk merawat Lucia, Farel, Erza dan Nadya.
Han lebih dahulu mengabari pemilik rumah sakit, awalnya menolak tapi kemudian setelahnya menerima keinginan Han itupun karena ancaman yang dimana jika pemilik rumah sakit itu tidak menurutinya Han berjanji akan menghancurkan rumah sakitnya dan membunuh mereka satu keluarga.
Nadya dan Han berad di dalam ambulance bersama dengan Weisha dan Erza sedangkan Farel menggunakan motor dan mengikuti dari belakang karena ambulancenya tidak lagi muat terpaksalah Farel harus mengendarai motor.
Situasi begitu tegang, Nadya terus saja mengucapkan ucapan yang sama agar Weisha tetap sadar dan terus membuka matanya.
Terasa sesak melihat kondisi Weisha yang semakin lama semakun memburuk.
"Han, shasa nggak bakal kenapa-napakan? "Tanya Nadya yang mulai cemas secara berlebihan.
"Dia bakal sehat" ujar Han dengan kepala yang tundukkan ke bawah, ia sendiri kurang yakin akan ucapannya barusan.
"Sha? "Ujar Nadya lirih saat pandangannya kembali menatap wajah lemah nan pucat sahabatnya.
"Ada yang pengen banget gue bocorin ke lo tentang diri gue tapi tunggu lo sembuh dulu baru gue kasih tau" ujar Nadya tersenyum kecut.
"Rahasia terbesar yang selalu gue sembunyiin dari orang lain lo mau dengerkan? Makannya sembuhnya yang cepat yah? "Ujar Nadya mengenggam tangan Weisha yang tentunya Weisha balas denga menampilkan senyuman di bibirnya yang kian memucat.
"Happy Birthday" lirih Weisha.
"Lo i-ingat? "Kaget Nadya disaat yang sama dia merasa terharu juga sedih mengingat dalam kondisi seperti ini Weisha mengingat hari kelahirannya.
Weisha membalas dengan anggukan pelan, "harapan? "
Nadya tersenyum tipis, "sembuhin Shasanya Nadya, tuhan jangan lagi kau rebut dan tolong angkat rasa sakit yang diderita Shas, jika memang kesendirian adalah kehendakmu maka akan ku jalani asalkan kau melindungi orang-orang yang kucintai" batin Nadya sendu.
Nadya menatap Weisha yang memasang wajah penasarannya, sejenak Nadya terkekeh.
"Mau denger permintaan gue nggak? "Tanya Nadya yang langsun Weisha angguki.
"Gue minta agar lo bisa sehat seperti sedia kala dan kita bisa ngumpul bareng lagi bertiga sama Candy" ujar Nadya.
Sontak Weish meneteskan air matanya begitu juga dengan Nadya yang tidak tahan dengan kondisi yang menimpa dirinya dan Weisha.
Sakit rasanya melihat sahabat yang telah kita anggap saudara sendiri menangis dalam kondisi yang di alami Weisha.
"Hadiah" Weisha menjulurkan ponselnya pada Nadya yang menerimanya dengan tangan yang bergetar.
"Buat lo" Weisha kembali menjulurkan sebuah buku harian pada Nadya yang lagi menerimanya kali ini ia menggigit bibir bawahnya.
"Candy" Nadya mengangguk paham.
Tidak lama setelahnya Nadya kembali menangis lagi, ia tidak tahan dengan hatinya yang terasa sesak.
Dengan tangisan ia membiarkan semua rasa sakitnya meluap hingga ia merasa lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A MEMORY
Teen FictionAku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal seorang diri di sebuah apartement, berbeda dengan gadis lainnya yang terlihat begitu bahagia dan bersikap layaknya seorang gadis periang aku lebih memilih menjadi sosok yang menghindarinya dan menjadi so...