^°^
Setibanya di kediaman Alvaro semuanya pun turun dan langsung masuk tanpa melihat ke sekeliling mereka.
Hanya Candy dan Reza yang tampak curiga dan begitu waspada di setiap sudut perumahan, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang janggal.
"Lo rasain sesuatu nggak, Za? "Bisik Candy mengamati sekitarnya tapi ia masih berjalan memasuki perumahan dengan santai agar tidak terlihat mencurigakan.
"Hm, sepertinya kita harus tinggal di sini tepatnya di balik tembok sana" ujar Erza sambil menunjuk apa yang ia maksud.
"Okey, biarin mereka masuk kita berdua jaga dari sini kalau aja ada yang tiba tiba masuk langsung serang saja" ujar Candy melemparkan senjata ke arah Erza.
Erza mengangguk, mereka berdua pergi ke tempat yang dimaksud Erza sedangkan untuk Farel, Rafa, Alan dan Elia masuk ke dalam rumah.
Alan dan Elia bergegas ke kamar dimana Safira berada sedangkan Farel ia mengecek seluruh rumah bersama dengan Rafa.
Saat tiba di taman belakang tiba tiba suara tembakan memekikan telinga Farel dan Rafa yang refleks merunduk.
"Ada apa ini? "Ujar Rafa memegangi dadanya yang terasa bergemuruh.
"Ck, udah gue bilang ke lo buat nggak kesinikan? Lo nggak dengerin gue, hah? Sekarang penyakit lo bakal makin parah bego! "Ujar Farel kesal, ia membantu Rafa yang tengah mencengkram dadanya tampak begitu kesakitan.
Ia tidak tahu kenapa Rafa begitu ingin ikut kemari padahal dia sendiri tahu akan kondisinya melebihi apa yang Farel ketahui.
"Kondisi gue emang lemah Rel, tapi bukan berarti gue harua tinggal diam liat keluarga kita hancur, hasilnya bakal tetap sama kalau gue menurutin apa yang lo mau" balas Rafa melirik mata Farel yang menatap tajam ke arahnya.
"Keras kepala banget tau nggak? lo benar benar pinter bikin gue emosi" ujar Farel masih dengan tatapan tajam.
"Terserah kau saja" ujar Rafa membungkuk untuk mengambil kerikil lalu melempar kerikil itu ke arah pohon jambu yang tidak jauh dari posisi mereka berada.
Tepat sasaran seseorang keluar dengan smirik di wajahnya, ia mengangkat senjatanya dengan tatapan angkuh.
"Wow, si kembar udah balik rupanya" ujarnya berjalan mendekat.
Farel berdiri di hadapan Rafa yang mulai bergetar ketakutan melihat siapa yang datang.
"Kauuu.... "
"Masih inget nggak ame gue? Jangan Jang lo udah pikun? kalau nggak inget gue bisa memperkenalkan diri biar lo...... "
"BACOT LO SETAN! "Farel melayangkan tinjunya dengan penuh emosi, bagaimana ia tidak emosi melihat kakaknya begitu ketakutan?
Pria itu tertawa renyah melihat wajah Farel yang begitu emosi sedangkan Rafa ketakutan dengan tubuhnya yang tidak dapat ia kontrol lagi.
"MENJAUH DARI HADAPAN KAKAK GUE BANGSAT! "Teriak Farel murka.
"Hah? Ada hak ape lo perintahin gue? Bukannya Rafa sendiri yang minta, iyakan Rafa? "Heran pria itu dengan kepala yang ia miringkan ke samping.
"Apa lo bilang? Gue nggak mungkin nyari masalah ame keluarga bajingan kek kelurga lo! Justru elu yang makin memperburuk kondisinya! "Marah Rafa yang akhirnya angkat bicara, ia tidak habis pikir dengan pria di depannya.
Farel mengernyit heran, apakah Rafa kakaknya ada sangkut pautnya dengan pria di depannya?
"Haish, Glasya itu sukanya ke gue bukan cowok lemah yang bahkan nggak bisa lindungin diri dia sendiri" sindir pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A MEMORY
Teen FictionAku hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal seorang diri di sebuah apartement, berbeda dengan gadis lainnya yang terlihat begitu bahagia dan bersikap layaknya seorang gadis periang aku lebih memilih menjadi sosok yang menghindarinya dan menjadi so...