Part - 17

9.7K 420 9
                                    

"keterlaluan kamu ustadzah" ucap mbak tyas emosi

"istighfar kamu ustadzah, sikap dan sifat kamu ini tidak mencerminkan seorang ustadzah sama sekali, bahkan gelar seorang ustadzah tidak pantas untuk perempuan seperti kamu ini" ucap teh sella tak kala emosinya

"Astaghafirullah, saya tidak menyangkah jika perkataan seperti itu keluar dari mulut seorang ustadzah farah" ucap ustadzah syarifah

"tega sekali kamu ustadzah, bilang seperti itu kepada menantu saya, dimana hati nurani mu sebagai seorang perempuan" ucap umi bersedekap dada

Kafka baru ingin bersuara tapi lebih dulu di tahan salwa, karna salwa tau kalo kafka sudah marah dan tempramental nya kambuh, maka akan sulit untuk di tenangkan

Kafka dengan sorot mata yang tajam serta perasaan yang marah menatap bingung istrinya ini, sementara yang di tatap hanya tersenyum lembut, yang mampu membuat amarahnya meredah

"tidak ada yg boleh menghina dan merendahkan menantu saya, termasuk kamu ustadzah, saya kecewa, dan detik ini juga saya henti kan kamu mengajar di pesantren ini dengan cara tidak terhormat!" ucap abi tak kala emosinya

"tidak masalah kiai, kalo saya diberhentikan untuk mengajar di pesantren ini, asal saya bisa menjadi istrinya gus kafka" ucapnya santai

"astaghafirullah" istighfar yang lainya

"apa salah jika saya mencintai gus kafka?" ucap nya sambil menangis

"cinta itu tidak salah, cinta itu fitrah ustadzah, hanya saja waktunya yang tidak tepat dan disalahgunakan oleh org - org yang tidak bertanggung jawab, ia membenarkan sesuatu yang salah, dan menyalahkan sesuatu yg benar" ucap salwa

"kamu sangat baik salwa, jadi tolong bilang sama gus kafka supaya mau menjadikan saya istrinya" ucapnya lagi kepada salwa

"anda ini perempuan seperti apa hah?" ucap kafka berapi - api

"sudah mas, biar bagaimana pun ustadzah farah adalah seorang perempuan" inggat salwa sambil mengelus pelan dada kafka yang sedang bergemuruh itu

"saya tidak bisa jika perempuan nya seperti dia!" ucap kafka tegas

Sementara yang berada di sana hanya mengelengkan kepala nya karna tidak habis pikir dan tidak tau lagi harus berkata apa kepada ustadzah farah ini

"tolong gus terimah saya, saya sangat mencintai gus kafka" ujar ustadzah farah lagi

"ustadzah ini tidak paham atau bagaimana? Adik syaa tidak mau, keluarga saya juga melarang jika ada yang berpoligami, tolong jadilah perempuan yang punya sedikit saja rasa malu" tegas mbak tyas lancang

"kalo keluarga kalian melarang ada nya berpoligami, tolong ceraikan saja salwa, karna saya yakin saya jauh lebih baik darinya, saya seorang ustadzah, hafizah, ilmu agama saya juga jauh lebih baik dari salwa, jadi saya rasa, saya yang lebih pantas untuk menjadi istrinya gus kafka" ucap ustadzah farah tidak tau malu

"astaghafirullah" untuk yang kesekian kalinya mereka beristighfar

kepala umi tbtb pusing dan dada nya sedikit nyeri, abi yang melihatnya pun segera mengajak umi menjauh dari sana dan membawa umi pergi kendalem untuk istirahat

"anda ini siapa? ratu? atau penguasa neraka? berani sekali anda bilang seperti itu" ujar kafka terkekeh kecut "anda bilang ceraikan istri saya lalu menerimah anda" ucap kafka lagi dan ustadzah farah mengangukkan kepalanya

"anda siapa? yakin sekali kalo saya mau menjadikan anda istri, saya tidak sudi, bahkan jijik melihat perempuan tidak tau malu dan tidak punya harga diri seperti anda ini" ucap kafka dengan sengit

My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang