Part - 25

8.9K 353 18
                                    

Hari - hari tanpa salwa, itu sangat berat untuk kafka, tidak ada yang rawat, tidak ada yang perhatiaan tidak ada yang bawel tidak ada yang bikin jantung berdesir lagi

Kafka rindu semuanya tentang salwa, rindu bayangannya, hadirnya, suaranya, senyumnya, masakannya, perhatiannya, sentuhannya dll salwa sudah menjadi candu banginya semenjak salwa tingal bersama nya,

Sekarang baru terasa ego dan gengsi bisa menghancurkan semuanya,

Kafka menatap bingkai poto yang dimana ada dia dengan wajah datarnya, dan salwa dengan wajah cantik dan senyum manisnya

Kafka mengambil ponselnya dan kembali menelpon salwa untuk yang kesekian kalinya, tapi tetap saja tidak ada jawaban

Umi masuk kedalam kamar anaknya itu yang terlihat seperti tidak ada kehidupan di dalam kamar ini, dari pagi jendelanya selalu rapat, dan lampunya selalu padam "kafka ayo bangun lee" ujar umi sambil menghidupkan lampu kamarnya

Terlihat disana kafka sedang terbaring dengan selimut yang setia menutup tubuhnya "sudah sholat lee?" tanya umi dan kafka hanya bisa menganguk lemah

"umi.." lirihnya

Dan umi mendekat kearah anaknya itu "kamu deman lee?" tanya umi sambil memegang dahi anaknya itu yang ternyata memang panas

"astaghafirullah badan kamu panas lee" ujar umi khawatir

"kafka sakit umi, karna tidak ada yang merawat kafka" adunya dgn tatapan sendu

Umi ngerti apa maksud anaknya itu "apa perlu kita pangil dokter lee?" tanya umi

Kafka mengeleng "suruh salwa pulang saja umi,  kafka pasti akan sembuh" ujarnya dengan wajah pucatnya, dan mata yg berkaca - kaca

"kasihan anak umi" ujar umi sambil mencium dahi kafka singkat "yasudah umi coba telpon dulu ya" ujar umi lagi dan pergi

...

Sementara itu dikamar yang lain, terlihat dyan sedang menyisir rambut gus rey dengan telaten setelahnya dia tersenyum dan mencium tangan gus rey

"selamat istirahat gus, semoga koma ini cepat berlalu" ujarnya dan merebahkan tubuhnya di sofa

Brak....

Suara jenndela terbuka dengan kuat, sontak saja itu membuat dyan kaget dan ketakutan setengah mati, dengan cepat dia berlari dan guling di samping gus rey dengan memeluk tubuh gus rey sangat erat

"jangan takut dy, kamu punya allah" ujarnya menyemangati dirinya sendiri, setelahnya dia membacca ayah kursi dan dzikir beberapa kali

Krek....

Suara jendela itu tertutup lagi oleh angin "ya allah, ya allah. lindungi hamba ya allah, bundaaaaaa dyan takutt" ujarnya dengan mata terpejam dan tangan yang erat memeluk gus rey

Dyan ikut masuk kedalam selimut gus rey, dan memeluk nya dengan erat sampai tubuhnya menempel dengan tubuh gus rey dengan sempurna

Terdengar detak jantung gus rey yang berdetak perlahan membuat irama merdu, dyan membuka mata, dan matanya terpaku dengan sosok gus rey yang sangat tampan dan rupawan itu

"maaf gus, malam ini dyan tidur disamping gus, karna tadi pintu nya terbuka Dan tertutup sendiri, maaf bukan dyan sengaja, tapi beneran dyan orang nya penakut" ujarnya jujur dan kembali memeluk gus rey dengan hangat

...

Pukul sudah menunjukan 07.03

Krek...

Pintu kamar kafka dibuka, kafka yang semula tidur di buat nyaman sama aromah ini, aromah yang sudah lama kafka tidak mencium baunya, aromah yg candu baginya

My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang