Part - 21

9.5K 361 18
                                    

"teteh tolong el" ujar gus el memohon kepada tetehnya

Teh tyas terkesima melihatnya, baru kali ini dia melihat wajah memelas dan gelisa dari adiknya itu "maaf el, teteh ndak bisa bantu, teteh cuma bisa berdoa semoga abuya berubah pikiran" ujar teh tyass

"kenapa harus el, kan ada mas rey, kenapa abuya ga nikahin mas rey duluan, el juga masih kuliah" ujar el panjang lebar sekaligus kesel

"ndak ada yang bisa membantah perkataan abuya, el harus sabar, terimah takdirr" ujar teh sella

"ndak bisa teh, ini menyangkut hidup el" ujarnya prustasi, kini atensinya beralih kepada kafka yang sedari tadi duduk diam saja

"mass tolong el" ucap nya memelas

Gus kafka menghela nafasnya "terimah saja el, mungkin ini yang terbaik" ujar gus kafka datar

"ndak el, ndak bisa terimah" ujarnya dan segera pergi dari sana dengan emosi berapi - api

Brak...

Suara pintu kamar di banting kuat

Umi yang baru keluar dari dapur kaget mendengarnya "ada opo iki?" tanya nya kepada anak - anaknya

"el ndak terimah mau dinikahkan abuya, dia marah mih" ujar teh tyas

"astaghafirullah, ini lah yang umi takutkan" ujar umi bersedekap dada

Tak lama setelahnya pintu kamar terbuka menampilkan sosok yang berada di balik pintu itu

"mau kemana el?" tanya teh tyas

"balik ke jogja" ujarnya singkat sambil melanjutkan langkah nya

"berhenti el, umi mohon, nanti kalo abuya sama abi tau mereka pasti marah" ujar umi sambil berjalan mengejar el

El menghentikan langkahnya sebntar tanpa membalikan badanya "kalo tau jadi seperti ini saya ndak akan pulang, memang ndak ada yang peduli sama hidup saya dirumah ini, saya ini memang anak yang terbuang dan tak diangap" ujar gus el menekankan setiap kalimatnya dengan tegas dan setelahnya melanjutkan langkahnya

"berhenti el" ujar umi dengan terisak serta dengan suara sendu

Gus el tak memperdulikannya dia tetap melanjutkan langkahnya "elemran!" bentak kafka tegas nan keras sehinga suara nya bergemah di ruang itu

Sontak el menghentikan langkahnya tapi tetap pada posisinya diam ditempat tanpa membalikan badannya "jangan berani - rani membuat umi menangiss seperti ini lagi, kalo tidak kamu akan tau sendiri akibatnya" ujar kafka sambil meluk uminya

"iya mas umi memang uminya mas kafka, wajar kalo umi sayang sama kalian semua, semtar el? El hanya anak yang tidak perna diharapkan kehadiranya" ujar gus el membalikan badannya

"kowe jadi anak jangan egois el" ucap gus rey yang baru datang

Gus el tersenyum tipis "egois? ya saya memang egois, karna wajar saya tidak punya orang tua.." ucapnya emosi

Plak

"kafka!" teriak umi

Satu tamparan mendarat sempura di pipi mulus gus el "mas kafka nampar el?" ujar el sambil memegangi pipi nya karna tidak percaya apa yang barusan ia dapat dari masnya

El tersenyum kecut "sekarang el semakin yakin kalo kehadiran el dirumah ini memang tidak perna diharapkan" ujarnya dan pergi dengan emosi

"berhenti el!" bentak kafka, tapi el sama sekali tidak mengindahkan titah masnya itu sampai akhirnya

"umi, umi, umi" teriak yang lain nya dan berhamburan mendekat kearah uminya

Dan benar saja uminya sudah tergeletak tak berdaya di lantai

My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang