Happy Reading!!
.
.
Lita duduk diruang salah satu bangku paling pojok diaula. Hari ini hari seleksi. Seperti yang sudah diceritakan dia ada disana sebagai salah satu peserta seleksi. Selain dia ada lumayan banyak siswa lainnya termasuk Arvin dan juga sang protagonis utama Zhafira.
Ia mendengarkan pengarahan dari guru didepan tentang mekanisme pengerjaannya. Setelah selesai pengarahan kertas soal dan jawaban mulai dibagikan. Dan akhirnya proses seleksi pun dimulai. Arvin duduk disebelahnya, dia hanya perlu beberapa waktu sebelum dengan lancar menuliskan jawabannya. Yah. Orang jenius mah beda.
Lita mengerjakan soalnya dengan santai dan tidak terburu-buru. Dia hanya mampu mengerjakannya dengan segenap kemampuannya. Sebenarnya ini tidak terlalu sulit, tapi dia tidak mau menyombongkan diri terlebih dahulu. Lita ingat waktu dia masih menjadi Nabil waktu sd dia pernah sombong bahwa dia bisa mengerjakan tugasnya. Ehh malah dapat telur ceplok. Itu benar-benar memalukan.
Ia membalik lembar soal selanjutnya dan hanya mendapati meja dan lembar jawabannnya. Ah. Sudah selesai ternyata. Lita bahkan tidak menyadarinya. Semoga hasilnya yang terbaik.
Lita menyangga dagunya dengan tangannya dan mengamati kesekeliling ruangan. Ia mendapati Zhafira dan yang lainnya tampak mengerjakan soal dengan sangat serius. Hmm.. apa soalnya sesulit itu? perasaan dia mengerjakannya hanya seperti biasa.
Seingatnya Zhafira gagal dalam seleksi ini, dia hanya dijadikan cadangan. Tapi kemudian Lita mengalami kecelakaan sehingga Zhafira lah yang maju. Hmm... apa dirinya sebentar lagi akan mati? Wow.. menyedihkan sekali. Dia baru saja hidup selama beberapa bulan hanya untuk mati lagi. Menyedihkan.
"..ta.."
"Lita!"
Lita mengerjab dan mendapati wajah Arvin berhadapan pas didepan wajahnya. Refleks dia memundurkan wajahnya dengan raut wajah bingung.
"udah selesai? kita boleh keluar." ujar pemuda itu kemudian memberikan penjelasan.
Lita kemudian mengangguk dan mengikuti pemuda itu keluar ruangan tanpa suara. Lita mengerjab saat menyadari baru dirinya dan Arvin yang keluar yang lain belum.
"mm.. cuma kita yang keluar?" tanya Lita bingung.
Arvin menaikan alisnya. "yang lain belum selesai paling."
"hmm..."
Sekarang dia harus apa? Kembali ke kelas? Pulang? Atau apa?
"habis ini ngapain?" tanya Lita. Lebih baik bertanya dari pada bingung.
Arvin terkekeh. "lo ngelamunin apa sih sampe kata-kata pengawas nggak didengerin?" Lita mengalihkan pandangannya. Hell. Dia sendiri tidak tau kalau dirinya setenggelam itu.
"kita boleh pulang duluan. Hasilnya bakal diumumin habis camping." Balas Arvin lagi.
Arvin kemudian menatapnya, seakan-akan ingin menanyakan sesuatu namun tampak ragu. "tanyain aja." Ujar Lita.
"i-itu.. lo bakal ikut camping kan?" tanya Arvin sembari mengalihkan pandangannya sementara sebelah tangannya mengusap tengkuknya.
Lita mengangguk. "um."
"lo udah beli peralatannya?" tanya Arvin lagi.
"peralatan apa? Emangnya kamping harus bawa apa?" tanya Lita bingung, karena jujur dia tidak pernah kamping sebelumnya.
.
Disinilah dia. Arvin menyeretnya dan membawanya kesalah satu pusat perbelanjaan dan membantunya memilah peralatan-peralatan yang harus dibawanya. Sebenarnya Lita sempat menolak karena melihat harganya yang sangat tidak ramah, apalagi untuk dompetnya. Tapi Arvin bersikeras untuk membelikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran: Meaning Of Life (END)
Teen FictionNabil si gadis desa yang putus sekolah dan bekerja membantu kakek neneknya. Akibat suatu kejadian dia harus meregang nyawa dan terbangun di ruangan asing yang menurutnya sangat mewah. Lita, figuran yang hanya pernah disebutkan namanya dan namanya m...