Happy Reading!!
.
.
Arvin akhirnya bisa beristirahat. Acara keluarganya ada di luar negeri. Mereka semua sangat menyebalkan. Jadwal padat, dia bahkan tak sempat mengecek ponselnya. Dan akhirnya setelah sekian lama, akhirnya dia bisa beristirahat. Dia merebahkan dirinya sembari membuka aplikasi chatnya. Banyak sekali pesan yang dia terima mulai dari pesan pribadi hingga grup chat.
Arvin membaca pesan yang dikirim oleh teman-temannya. Semakin kebawah ekspresinya semakin menggelap. Tangannya mengepal kuat. Brian dan David menjelaskan kronologinya. Rupanya Naura mulai bertingkah kurang ajar, belum lagi Zhafira tampaknya malah berpihak pada temannya itu. Brian tampak sangat kesal karena hal itu. Yah siapa juga yang tidak kesal saat kekasihnya yang dia bela-bela malah menuduh adiknya. Bukannya apa. Brian merupakan orang yang menjunjung tinggi keluarga dan darahnya. Bahkan jika Lita hanyalah seorang anak diluar nikah, dia berhasil mendapatkan respect darinya.
Arvin mendapatkan informasi keadaan sekolahnya. Dan juga keadaan gadis yang dia sukai. Arvin benar-benar geram, bisa-bisanya mereka membuat gadisnya seperti itu. Tunggu sampai dia mengirimkan apa yang di temukan pada kakaknya.
.
"Kenapa kamu nggak percaya sama aku?! Aku yang pacar kamu bukan dia!" Ujar Zhafira dengan marah.
Brian menatap datar kekasihnya itu. Dia sungguh tidak ingin berdebat. Apalagi dengan kepala panas seperti ini. "menurut lo gue bodoh gitu? Gue bisa bedain mana yang salah mana yang bener." Balasnya.
Manik Zhafira berkaca-kaca. "kamu berubah. Sejak kamu deket sama dia kamu berubah!"
Brian menghela napas. Memangnya dia berubah? Dia tidak merasakan perubahan apapun. Atau karena dia lebih perhatian pada adiknya itu? Apakah itu perubahan yang kekasihnya maksud? Jadi semua ini karena dia cemburu?
"Lo yang berubah. Sejak kapan lo tega ngelukain orang lain cuma karena lo cemburu."
Manik Zhafira melebar. Apa niatnya ketahuan? Batinnya.
Brian menatap gadis itu dengan tatapan tajam. "bilang ke gue sekarang. Siapa. Dalang dari semua ini!" titahnya. Walau dia sudah bisa menebaknya. Tetap saja dia ingin memastikannya.
Zhafira tergagap. "m-maksud kamu apa? Aku nggak ngerti!" ujarnya.
Brian tersenyum miring. "gue bukan orang bodoh. Kalau lo nggak mau ngasih tau ya udah. Kita udahan aja." Ucapnya santai.
Zhafira tampak panik. Bukan ini yang dia mau. Dia hanya mengikuti apa yang temannya itu instruksikan. Dia hanya tidak suka gadis itu terlihat sangat dekat dengan kekasihnya. Dia tidak mau berpisah dari Brian. Lagian kan mereka sudah tunangan demi Tuhan. Dia tidak mau putus.
Memikirkan Brian bertingkah dingin dan mengabaikannya saja membuatnya menangis. Apalagi kalau dia benar-benar berpisah. Air matanya berlomba-lomba jatuh membasahi pipinya.
"huwaaa! Aku nggak mau putus!" ujarnya nangis kejer.
Brian hanya bersweetdrop ria. Yah, salahnya sih membuat kekasihnya seperti itu. Tapi dia menikmatinya, kekasihnya itu imut kalau lagi nangis. Jarang-jarang kan dia bikin kekasihnya itu nangis. Jadi dia hanya diam mengamati kekasihnya yang menangis.
.
"oh, iya.." Brian teringat sesuatu.
Ia beranjak ke dalam kamar apartementnya dan mengambil sesuatu yang tak sengaja dia pungut. Brian membawanya ke tempat kakaknya berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran: Meaning Of Life (END)
Teen FictionNabil si gadis desa yang putus sekolah dan bekerja membantu kakek neneknya. Akibat suatu kejadian dia harus meregang nyawa dan terbangun di ruangan asing yang menurutnya sangat mewah. Lita, figuran yang hanya pernah disebutkan namanya dan namanya m...