Chapter 2 : Figuran dan Hadiah

8.6K 702 14
                                    

Happy Reading!!

.

.

Nabil menghabiskan waktunya untuk mempelajari kehidupan barunya. Syukurnya tadi malam dia bermimpi dan begitu bangun beberapa ingatan tubuh ini dapat dia miliki. Namanya sekarang adalah Thalita Pratista dan seingatnya. Thalita atau panggilannya Lita itu adalah tokoh figuran yang muncul dua kali. Itu pun cuma nama. Kak Maya menceritakannya dengan marah, katanya kasihan tokoh Lita ini. Hanya muncul sekali pas seleksi olimpiade sebagai saingannya protagonis. Waktu muncul lagi dia udah meninggal karena tabrak lari.

"miris kali hidupku ini.. kayak ndak di bolehin bahagia.." ucapnya.

Berkat kepingan ingatan dari tubuh ini Nabil bisa sedikit beradaptasi. Dia sekarang Lita, bukan Nabil lagi. Seperti di kehidupannya dulu, orang tua Lita lebih tepatnya ibunya telah meninggal saat usianya baru enam tahun. Kemudian ia tinggal bersama bibi dan pamannya dari pihak ibu. Ayahnya? Hmm.. tidak ada satupun ingatan tentang sosok itu.

Lita baru saja pindah ke kota ini sekitar seminggu yang lalu, dia akan mulai bersekolah dua hari lagi. Dan dia juga menemukan tempat part-time di sebuah toko buku tak jauh dari kontrakannya ini. Lita atau lebih tepatnya Nabil tidak percaya rumah semewah ini adalah kontrakan. Biaya sewanya lumayan mahal sih, tapi ini adalah kontrakan yang dekat dengan sekolah dan juga tempat kerjanya. Lagi pula fasilitasnya juga bukan main.

Kepingan-kepingan ingatan tubuh ini hanya memberinya sedikit informasi tentang kehidupan Lita. Dia belum tahu apa yang dialami Lita, tapi berdasarkan ingatannya. Lita itu mengindap kecemasan dan insomnia. Lita tidak suka berkumpul dengan orang banyak karena itu dapat membuatnya panik. Lita juga tidak suka orang asing, bukan hanya orang asing. Lita juga takut bertemu dengan pamannya. Jadi Nabil pikir Lita mungkin punya pengalaman tidak menyenangkan yang berhubungan dengan pamannya itu.

.

Lita kini bersiap untuk berangkat kerja. Berbekal ingatan, Lita berjalan menuju toko buku. Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit ia pun sampai ke toko yang dia ingat. Pekerjaan Lita terbilang cukup ringan, dia hanya perlu merapikan buku-buku sesuai kategorinya, kemudian mengarahkan pembeli ke kategori-kategori yang dicari.

Dan yang paling menyenangkan adalah, kadang dia diperbolehkan membaca buku yang sudah dibuka segelnya. Sejauh ini Lita menikmati pekerjaannya. Seniornya juga sangat baik.

"lita!"

Mendengar namanya dipanggil, gadis itu langsung melangkah kearah orang yang memanggilnya. "kenapa kak?" tanyanya.

"ahh.. ini.. tolong isi ulang rak yang sebelah sana ya, bukunya ada di kotak itu. bisa angkat sendiri nggak?" ucap seniornya kak Terre yang merupakan keponakan dari pemilik toko buku ini.

Lita mengangguk, "bisa kok kak." Jawabnya. Lita mengangkat kotak berisi buku-buku itu. Lumayan berat ternyata. Namun ini nggak sebanding dengan berat anaknya bu Sri yang harus dia gendong dulu untuk menidurkannya.

Lita melakukan pekerjaannya hingga sekitar pukul setengah sepuluh malam. "Lita duluan ya kak." Ucapnya pada kak Terre.

"iya. Hati-hati di jalan loh.. nanti kalau ditawarin permen sama orang jangan mau!" ucap kak Terre. "iya kak.. kakak juga hati-hati nanti kalau pulang. Udah malam.." ujarnya yang hanya dibalas dengan anggukan dan lambaian tangan oleh seniornya itu.

.

Lita memasuki kontrakannya itu dan mengunci pintunya dari dalam. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah selesai mandi, dia membuka lemari kabinet dapur untuk mengambil mie instan. Dia bersyukur 'lita' mengisi penuh persediaan makanan di lemari. Bahkan kulkasnya pun penuh. Mungkin karena dia baru pindah kemari?

Figuran: Meaning Of Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang