Chapter 1. Nabilla Indira

11.2K 725 13
                                    

Happy Reading!!

.

.

Gadis itu menguap lebar, namun kakinya tetap melangkah di jalanan yang masih sepi. Dinginnya angin tak menganggunya sama sekali. Dia sudah terbiasa dengan dinginnya angin di pagi hari. Kedua tangannya membawa Keranjang berisi kue-kue yang akan dia bawa ke pasar. Bukan dia yang berjualan, tapi sang nenek. Sang nenek sudah pergi terlebih dahulu bersama sang kakek. Jadi dia berjalan sendirian.

Jarak pasar dari rumahnya lumayan dekat hanya 45 menit dari rumahnya. Dia sampai di pasar tempat sang nenek berjualan. Ia dapat melihat senyum bahagia sang nenek saat menerima uang dari pembelinya. Baginya bahagia itu sederhana. Melihat senyum cerah di wajah berkerut nenek dan kakeknya saja sudah cukup untuknya.

"nenek, ini sisa kuenya.." ucapnya.

"sini.. letakan disini." ucap sang nenek pada sang cucu.

Gadis itu meletakkan keranjang itu di tempat yang di tunjukan sang nenek. Sementara sang nenek masih melayani pembelinya. Dia hanya menatap para pembeli neneknya itu dengan senyum di wajahnya. Dia berterima kasih karena mereka mau membeli dagangan neneknya.

"Nabil udah makan?" tanya sang nenek saat para pembeli sudah pergi.

Gadis yang dipanggil Nabil itu menggeleng, "belum nek." Jawabnya jujur. Sang nenek tampak menghela napas ia mengambil uang yang baru dia dapat tadi dan memberikannya ke sang cucu, "ini. ambil untuk beli makan." Ujarnya.

Gadis itu menggeleng dan mengembalikan uang sang nenek. "nggak usah nek. Nabil bentar lagi pulang kok trus makan.. lagian nabil juga masih punya uang kok, dari jual kerajinan kemarin." ucapnya.

Sang nenek akhirnya mengangguk membuat gadis itu lega. Dia tidak ingin membebani sang nenek, uang hasil berjualan itu untuk kebutuhan sehari-hari mereka juga modal untuk menyambung jualannya. Jika uang itu kurang maka akan berpengaruh pada perputarannya.

.

Nabila Indira namanya, gadis yatim piatu berusia 17 tahun yang diasuh kakek dan neneknya sejak usianya tiga belas tahun. Nabil panggilannya. Gadis itu cerdas, namun sayang dia harus putus sekolah karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Ia hanya berhasil sekolah sampai tingkat menengah pertama saja. Itu pun sudah syukur baginya.

Nabil kehilangan kedua orang tuanya saat dia masih dibangku kelas 2 SMP karena kecelakaan pesawat. Harta warisan kedua orang tuanya bukannya digunakan untuk merawatnya malah diambil oleh saudara-saudara orang tuanya tanpa menyisakan sedikit pun untuknya. Karena itulah sekarang Nabil tinggal bersama sang kakek dan nenek di desa.

Nabil menatap iri pada anak-anak lain yang bisa bersekolah dengan leluasa. Sedangkan dirinya, mau bekerja pun sulit karena hanya lulusan SMP. Ia hanya bisa kerja serabutan dengan gajih yang tidak seberapa. Kadang dia membuat kerajinan tangan namun itu pun tak selalu laku. Kadang dia menjadi pengasuh anak-anak tetangganya, kadang pula dia jadi asisten rumah tangga dadakan. Dia iri dengan mereka yang hidup bahagia tanpa perlu bersusah payah untuk makan. Tapi, dia menepis rasa itu. Tak ada gunanya melakukan itu. Hidup akan terus berjalan bahkan jika kau tidak mau itu terjadi. Dunia terus berputar dan jika kau tak mau ikut bergerak. Dunia tidak akan pernah mengasihanimu. Jadi percuma, yang perlu dia lakukan hanyalah tetap bertahan hidup di dunia yang keras ini.

.

Nabil suka belajar. Walau kadang dia tidak suka tapi dia menikmati waktunya belajar. Dia hanya bisa belajar dari buku-buku bekas yang diberikan tetangganya. Dia bersyukur tetangganya berbaik hati memberinya buku-buku tak terpakai mereka. Dan yang paling dia suka adalah Kak Maya. Anak kuliahan yang hanya pulang setengah tahun sekali. Kak Maya adalah seorang mahasiswa yang berkuliah di perkotaan. Terkadang saat kak Maya pulang, dia akan bercerita bagaimana kehidupan di kota. Dia juga menceritakan bagaimana gambaran kuliah dan lain sebagainya.

Figuran: Meaning Of Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang