Chapter 4 : Opera Sabun?

7.1K 667 2
                                    

Happy Reading!!

.

.

Sekolahnya berjalan dengan lancar sejauh ini, walau dia tidak memiliki satu orang pun teman namun tidak masalah. Lita memang sengaja tidak mencoba berteman, karena menurutnya berteman itu hanya membuang waktunya. Jadi dia terkadang menghabiskan waktunya di perpustakaan dan membaca buku-buku di sana. Atau dia akan mendekam di ruang seni, tempat ekskulnya tapi itu tidak sering. Karena dia lebih sering duduk ditempat-tempat random dan mengabadikan pemandangan di depannya dalam sketchbooknya.

Tapi hari ini berbeda, dia tidak sempat menyiapkan bekal karena bangun kesiangan. Salahkan dia yang terlalu sibuk mempelajari hal baru yang dia temukan dibuku. Sehingga dia tidur kemalaman. Hari ini adalah hari pertama Lita menjejakkan kakinya di kantin dengan tujuan untuk makan.

Lita memilih menu nasi goreng dengan telur ceplok dan juga segelas air es. Dan syukurnya itu tidak terlalu mahal. Walau begitu, Lita tidak berniat untuk selalu makan di kantin. Karena kata kak maya sih, kantin itu kalau didunia novel tempatnya drama. Lita memilih duduk di pojokan kantin, jauh dari siswa-siswa lain yang sibuk bergosip.

Kyaaaa... Brian keren bangett..

Astagaa.. Arvin imut banget ya tuhan.. pengen nikahinn..

Damian ganteng bangettt...

Kyaa.. nikahin aku mas..

Kok bisa cogan-cogan kek mereka ngumpull..

Gue rela mati abis liat merekaa..

Kak Brian senyum dongg..

...

Kantin heboh dengan teriakan-teriakan para siswi saat para most wanted sekolah memasuki kantin. Mereka berjalan menuju meja yang memang diklaim milik mereka. Dan syukurnya meja itu bukan meja yang sekarang Lita duduki. Lita hanya menatap mereka dengan tatapan kagum. Dia kagum dengan ciptaan Tuhan yang sangat sempurna. Wait.. kalau ini dunia novel jadinya ciptaan Tuhan atau ciptaan Author? batin Lita bingung.

Lita menyuap nasi gorengnya ke mulut sambil berpikir. Jika ini memang dunia novel apakah itu artinya dia bukan manusia? Dan lain sebagainya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa opera sabun sedang terjadi di depannya.

.

"Lo! Ngapain lo deket-deket cowok gue!" suara itu bergema di kantin. Seorang gadis bersurai gelap sepunggung menunjuk seorang gadis berambut pendek dengan surai berwarna pirang agak coklat itu.

"a-aku-"

"siapa cowok lo? Perasaan diantara kita nggak ada tuh yang berhubungan sama lo!" potong pemuda bersurai platinum yang duduk di sebelah kiri gadis berambut pendek itu.

Gadis berambut panjang itu menggeram marah. "Brian itu cowok gue! Punya gue!" ucapnya dengan tegas.

"gak. Gue bukan punya lo!" pemuda yang dipanggil Brian itu langsung menyahut. Dia menolak diklaim oleh gadis itu.

"kok kamu gitu sih yang.. aku kan pacar kamu.." ujar gadis itu lagi dengan wajah memelas.

"ck. Jijik." Kali ini yang menyahut adalah Arvin, teman sekelas Lita sekaligus adik dari gadis itu.

"diem deh lo. Gue nggak ada urusan sama lo!" sungut gadis itu pada saudaranya.

Arvin hanya menatap kakaknya itu dengan datar. "mending lo pergi deh, bikin malu keluarga Bagaskara aja tau gak! Berhenti ngejar-ngejar bang rian kek jalang kurang belaian!" ucap Arvin tajam.

Figuran: Meaning Of Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang