Chapter 7 : Female Antagonist

7.9K 794 22
                                    

Happy Reading!!

.

.

Setelah kejadian menghebohkan sekolah kemarin. Lita seperti biasa duduk merenung menatap keluar jendela kelasnya. Mencoba mengabaikan desas-desus tentang gadis yang dibawa oleh arvin kemarin. Lita merasa ingin kembali kekontrakan dan mengurung dirinya. Dia tidak menyukai situasi ini. Bahkan teman sekelasnya yang mengetahui identitas gadis yang menjadi rumor itu membuatnya benar-benar tidak betah disekolah.

Mereka mengerumbunginya, terutama para siswi. Mengintrogasinya mengapa dia bisa digendong oleh pangeran sekolah itu. Lita jadi berpikir ulang, bukannya kelasnya merupakan kelas unggulan dengan nilai akademik siswanya yang diatas dari siswa rata-rata? Kenapa mereka bisa menjadi bodoh sekali? Apakah menyukai seseorang itu bisa menyebabkan orang jadi bodoh? Itu patut dipertanyakan.

Sedangkan pelaku yang membuatnya berada dalam situasi ini hanya duduk diam sesekali dia akan terlihat mengawasinya. Mungkin dia khawatir dirinya akan tumbang lagi? yah dia hanya kasihan padanya. Tapi Lita merasa ia tidak butuh dikasihani oleh siapapun. Dia bisa mengurus dirinya sendiri. Walau dia kadang kewalahan dengan dirinya sendiri.

Sebagian ingatan 'Lita' sudah mengisi kepalanya. Tapi yang paling dia sesali karena ingatan itu adalah... ingatannya tentang kehidupannya yang dulu perlahan terkikis. Yang dia ingat adalah orang tuanya sudah tiada, dia tinggal bersama kakek neneknya dan tentang kematiannya, serta ini bukan dunianya hanya sekedar dunia novel.

.

Lita duduk diruang seni sendirian. Ruangan itu adalah ruangan paling aman sejauh ini. Ia sedang mensketsa patung yang terpajang dipinggir kelas. Ia sedang mencoba menyempurnakan komposisinya. Dia belum ahli dalam membuat proporsi tubuh, jadi sementara dia akan belajar mensketsa patung-patung yang ada.

Brak!

Suara pintu dibuka dengan keras mengejutkannya. Lita menatap pelaku yang membuka pintu itu. Itu tokoh antagonis wanita. Sekarang dia berjalan mendekatinya. Tiap langkah yang diambil oleh sosok itu terasa mengurangi nyawanya. Pikiran-pikiran irasional memenuhi benaknya. Demi apa dia tidak pernah berurusan dengan orang itu. Kenapa dia malah mendatanginya?

"oy! Lo Lita kan?!" ucap gadis itu dengan kasar yang hanya dibalas anggukan pelan oleh lita.

Gadis dihadapannya itu tampak menghela napas. "gue mau bicara sama lo! Ikuti gue!" tukasnya lagi dengan nada memerintah yang amat ketara.

Lita dengan berat-berat hati membereskan alat tulisnya dan membawanya bersamanya. Dia berjalan mengekori kemana gadis itu pergi. Dia bertanya-tanya apa kesalahannya jadi sosok antagonis ini ingin bicara padanya? apa dia akan dibully seperti yang gadis itu lakukan pada sang protagonis?

Calista membawanya ketaman belakang sekolah yang sepi. Disepanjang perjalanan, jika mereka bertemu dengan siswa siswi lainnya. Mereka akan menatap gadis didepannya itu dengan takut. Dan mereka menatapnya dengan tatapan kasihan. Apa dia terlihat semenyedihkan itu?

Gadis itu memerintahkannya untuk duduk disampingnya. Lita menurut.

"...."

Hening. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Lita pun tidak mau membuka pembicaraannya. Karena itu bukan keahliannya. Setelah keheningan cukup lama hadir diantara mereka, akhirnya sang antagonis itu buka suara.

"gimana caranya deket sama adek gue?" tanyanya tiba-tiba.

Lita mengerjab bingung. Jujur dia tidak mengerti makna dari pertanyaan gadis itu. Ia menatap gadis itu dan segera mengagumi penampilannya yang bak dewi-dewi dalam lukisan. Pesonanya benar-benar luar biasa.

Figuran: Meaning Of Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang