Happy Reading!!
.
.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian siswa telah tiba. Pagi-pagi sekali mereka berkumpul disekolah, dan berangkat ke lokasi kamping dengan menggunakan bus. Lita memilih duduk ditengah disamping jendela. Dan siapa sangka Arvin malah duduk disampingnya. Biasanya pemuda itu akan duduk bersama teman akrabnya David. Namun kali ini dia duduk bersamanya. Sementara David duduk didepannya.
Lita mengerjab menatap pemuda itu bingung. "kamu nggak duduk bareng David?" tanyanya.
"lo ngusir?" tanya Arvin. Lita menggeleng. "bisanya kan kamu sama David terus," balasnya.
Arvin mengangkat sebelah alisnya. "ya udah kalo lo nggak mau gue duduk disini. gue pindah." Arvin beranjak untuk berpindah tempat sebelum Lita menarik lengan bajunya.
Gadis itu tampak menunduk. "b-bukan gitu maksudnya.. aku cuma heran aja.." ucapnya setengah gumaman. Lita sendiri tidak tau mengapa dia menghentikan pemuda itu agar tidak berpindah. Padahal kemarin-kemarin dia sempat gugup dan berharap dia duduk sendirian di bus. Sekarang malah..
"jadi gue boleh kan duduk disini?" tanya Arvin yang hanya dibalas anggukan oleh gadis itu.
.
Mereka akhirnya sampai di lokasi perkemahan. Satu hal yang Lita syukuri karena ikut adalah udara disini sangat sejuk dan nyaman. Mungkin karena banyak pepohonan? Para guru mengintruksikan murid-muridnya untuk mulai membangun tenda.
Butuh beberapa waktu sebelum akhirnya tenda-tenda mulai berdiri berdampingan. Lita menghela napas, dia merasa tidak tenang dengan banyaknya orang disekelilingnya. Mereka dibiarkan beristirahat atau melakukan sesuatu yang mereka inginkan sampai sore. Dan saat malam baru diadakan kegiatan untuk perkemahan. Malam ini rencananya akan diadakan jurit malam yang dilakukan berkelompok.
Lita sebenarnya tidak takut hantu. Dan dia juga terbiasa dengan hutan. Toh waktu dia menjadi Nabil dulu dia sering masuk hutan yang tak jauh dari pemukiman untuk mencari tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sayur, atau hanya untuk mencari jamur. Tapi ini sedikit berbeda karena ini dilakukan dimalam hari. Pasti hutan akan menjadi gelap.
Lita duduk disalah satu batang pohon tua yang sudah tumbang, cukup jauh dari perhatian yang lain. Dia bersyukur membawa skechbooknya. Jadi yang dia lakukan adalah menggambar. Maniknya menjelajahi pemandangan didepannya sebelum tangannya bergerak membuat coretan-coretan dikertas itu. Bahkan suara keramaian yang ada seakan-akan mulai menghilang. Lagi-lagi dia tenggelam dalam pekerjaannya sendiri.
Ia mengerjab saat sketsanya selesai. Ia menghela napas dan kemudian melihat kesekelilingnya sebelum melonjak kaget saat menyadari Arvin duduk disebelahnya.
"maaf. Gue nggak ngira lo bakal sekaget itu." ucapnya.
Lita menggeleng. Itu bukan salah Arvin. Salah dirinya yang tidak waspada pada lingkungan. "boleh gue liat gambaranmu?" tanya Arvin.
Dengan ragu Lita memberikan skechbooknya membiarkan teman sekelasnya itu mulai melihat-lihat karyanya. Lita menatap lekat Arvin mencoba mempelajari raut wajahnya.
"ah. Kapan lo nggambar ini?" tanya Arvin membuatnya mengerjab bingung.
Matanya terbelalak saat sadar ada yang tidak boleh dilihat oleh pemuda itu. Dengan cepat ia merebut skechbooknya dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya. Arvin tampak terkekeh. "santai aja kali lit. gue nggak marah kok dijadiin model tanpa izin." katanya.
Ugh. Lita merasa bersalah. Dia tidak seharusnya menjadikan orang sebagai gambarnya. Ia menunduk, pipinya merona malu. "maaf. Aku harusnya minta izin dulu buat jadiin kamu modelnya.." ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran: Meaning Of Life (END)
Teen FictionNabil si gadis desa yang putus sekolah dan bekerja membantu kakek neneknya. Akibat suatu kejadian dia harus meregang nyawa dan terbangun di ruangan asing yang menurutnya sangat mewah. Lita, figuran yang hanya pernah disebutkan namanya dan namanya m...