[16] No Rules

15 7 0
                                    


Malam pun datang dan aku masih bersama kawan-kawan ku disini. aku hanya melihati mereka yang tengah asik merokok dan minum. tidak-tidak yang minum hanyalah Jeongwoo saja. sementara Junkyu dan jihoon mereka berdua merokok.

"Jauhkanlah asap rokok itu dari sini." Usir ku karena bajuku sekarang sudah bau rokok akibat kepulan asap yang menyerang ku. mungkin jika pulang nanti aku akan bernasib sama seperti jeno waktu itu. Aku lebih memilih menjauh dari mereka.

Karena aku tidak mau senasib sama dengan Jeno, harus kalian ketahui jika kedua Ayah ku memang keras. mereka akan sangat marah saat mengetahui anaknya melanggar aturannya. meskipun mereka selalu lembut, tapi jika marah mereka akan berubah menjadi monster.

"Lo kenapa Jaemin?" Tanya Junkyu membuang puntung rokok yang sudah sedikit itu. Junkyu mendekati ku dan ikut duduk bersama ku matanya menatap hamparan langit malam.

"Gue lagi mikirin gimana caranya gue pulang, mungkin orangtua gue bakal marah besar karena gue nggak ada disekolah." Aku tersenyum miris sesekali melempar kerikil. memang sangat mudah bagiku untuk membolos. tapi dengan seharian pergi seperti ini aku begitu khawatir dengan apa yang akan terjadi.

"Lo kan masih punya om gongmin?"

Yang dia katakan benar sekali aku masih punya rumah satu lagi, tapi apakah dia tidak akan marah jika tau anaknya yang babak belur seperti ini datang kerumah malam-malam. apalagi masih mengenakan baju sekolah. saat tau Bang Jaehyun terlibat balap liar saja Ayah memarahinya habis-habisan.

Lantas bagaimana dengan aku nanti? Mungkin aku akan dijadikan chiken smackdown.

Bang Jaehyun itu sebenarnya nakal hanya karena Ayah mengerasinya jadi Bang Jaehyun sedikit takut padanya dan sekarang ia menerapkan aturan yang Ayah berikan.

Memang pada dasarnya aturan dibuat untuk dilanggar bukan.

"Entahlah mungkin gue bakal jadi gelandangan dijalan." Junkyu menepuk bahu ku, "hei kawan, nggak mungkin anak dari seorang CEO tidur dijalan. kau mau ada wartawan mendatangi rumah Ayah mu nanti?"

Benar juga Yang junkyu katakan dan tumben sekali otaknya encer. ucapannya aku acungi jempol karena memang benar Ayahku adalah pebisnis besar. Dia sangat berpengaruh dikota ini.

sungguh aku bukan bermaksud untuk menyombongkan.

Aku lebih memilih berhadapan dengan singa, dari pada harus berhadapan dengan wartawan yang akan membuatku tercoret dari daftar kartu keluarga, ke-mu-ng-ki-nan.

Entah kenapa akhir-akhir ini aku seperti orang bodoh yang tidak bisa berpikir apapun hanya untuk masalah kecil saja.

"Woy, kayaknya kita harus pulang deh sekarang udah mau jam setengah satu. dan lihat anak ini dia sudah tepar." Teriak Jihoon dari belakang, kami melihat kearah Jeongwoo yang sepertinya sudah sangat mabuk.

"Baiklah mari kita pulang." Ajak ku bangkit dari tempat ku. "tapi Jaemin gimana dengan lo nanti?" Aku terkekeh lalu menepuk pundak Junkyu. "lo nggak usah khawatirin gue, gue pinter kok masih punya otak."

Aku berjalan kearah Jihoon diikuti dengan Junkyu, kami berempat berjalan kaki dengan memapah Jeongwoo.

"Biar kita yang anterin nih bocah, lo balik aja. gue takut lo kena masalah sama orangtua lo." Pinta anak bertubuh kekar itu, masih pelajar saja ototnya sudah kelimpahan.

Bagaimana lagi yang dikatakan jihoon juga benar, meskipun orangtua ku penyayang mereka tidak akan segan-segan memarahi anaknya jika pulang larut malam. terlebih lagi sekarang sudah jam setengah satu.

Aku tau sampai batas jam berapa seorang remaja diperbolehkan keluar sementara aku melewati batasnya.

_Balance_

Balance | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang