[31] Quality time

8 5 0
                                    


kedua bocah itu tengah menghadap kedua orangtuanya, Donghae melipat kedua tangannya didepan dada sembari menatap kedua putranya dengan serius.

"Kalian tau, sebab apa kalian Ayah panggil kesini?" Tanya Donghae. Namun, mereka terlihat hening dan terus menunduk.

"Maaf Ayah." Lirih Jeno mengangkat wajahnya, anak itu seperti sudah pasrah dengan hukuman yang akan didapat nanti. "Maaf Ayah, karena disini yang lebih parah itu aku." Timpal Jaemin, mengalihkan tatapan Donghae pada putra bungsunya.

"Padahal Ayah sudah berulang-ulang kali ngasih tau kalian, untuk tidak ugal-ugalan mebawa motor. lihat Jaemin, dia mobil diem aja ditabrak. Entah Ayah sudah tidak habis pikir."

Mereka senyap kembali mendengarkan ucapan Ayahnya, "Jeno sayang Ayah Bunda." Sepontan anak yang selama ini tetap diam dan tak pernah mengatakan hal itu, kini memberanikan diri untuk mengungkapakan perasaannya pada orangtuanya.

Yoona yang berada disamping Donghae terkejut, karena seingatnya terakhir kali Jeno mengatakan itu saat dirinya masih kelas 2 SMP.

"Kami tau kalian sayang sama kami, dan kami juga sayang sama kalian." Balas Donghae dia menurunkan tangannya.

"Tapi disini ayah mau ngebahas masalah kalian, dengar Ini bukan soal ganti rugi yang harus ayah tanggung bukan, ini tentang cara kalian untuk bersikap dewasa."

"Ayah bosen, ngelihat bunda kalian terus-terusan bohong sama Ayah, cuma buat nutupin kesalahan kalian, karena selalu mendapat panggilan dari sekolah---" Donghae menjeda kalimatnya dan kembali menatap mereka serius.

"kalian sebentar lagi akan naik kelas, terus lulus, apa kalian akan terus-terusan seperti ini hum?" Jeno serta Jaemin menggeleng, saat Ayahnya mulai bertanya pada mereka.

"Ayah tidak mau tau, pokoknya kalian harus rubah sikap kekanak-kanakan kalian didepan Ayah, paham?"

"Paham Ayah." Jawab mereka serentak, "ekhm, sekarang giliran bunda, permintaan ku tidak banyak, bunda cuma mau kalian itu saling terbuka lagi."

"Ceritain jika kalian merasa kesulitan, coba tukar cerita satu sama lain, bahkan bunda sama ayah juga siap denger cerita kalian kok. jadi kalian harus dengerin Ayah sama bunda."

"Kalian itu mau naik kelas tiga terus lulus, mulai sekarang dengerin Ayah, bunda patuhi Ayah, bunda paham?" Jeno mengangguk lalu disusul Jaemin.

Donghae menghela nafas. "temenin Ayah main catur." Ajak Donghae membuat kedua anaknya itu sumringah, "Ayo." Ucap Jeno semangat, "lihat bintang?" Tanya Jaemin yang maksudnya main caturnya dihalaman luar.

"eoh bunda, siapin minuman untuk para kesayanganmu ini." Ucap Donghae dan berhasil mendapatkan cubitan dari istrinya itu.

Merekapun bermain catur dihalaman samping rumah dengan menikmati
gemerlap bintang, ditemani secangkir kopi serta susu hangat untuk kedua putranya.

sengaja Yoona membuatkannya susu coklat, karena jika dia memberikannya kopi maka kedua anak itu tidak akan bisa tidur dan itu akan menjadi kebiasaan nantinya.

_____

Hari ini aku begitu sibuk dengan pekerjaan ku, bahkan aku tak pernah sempat pulang kerumah dan melihat keadaan Jaehyun yang selalu sendirian dirumah.

mungkin karena ini juga Jaemin sangat tidak menyukaiku, aku yang tak pernah kenal waktu dan hanya akan menghabiskan waktunya digedung ini, dengan terus terusan menatap laptop dan berkas berkas.

Hari ini aku merindukan putraku, aku merindukan Jaemin. Yoona benar-benar telah menjauhkan ku dengannya. Ku tutup laptop itu dan beralih mengambil ponsel yang tak terlalu jauh dari tempatku.

Balance | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang