[34] small Mission

8 5 0
                                    


Aku menunggu didepan ruang pemeriksaan, setelah Dokter membawa Chenle keruang UGD. ku lihat Tuan Suho serta istrinya dan Airi datang tunggang-langgang dengan raut khawatir, Ya aku memberitahukan mereka jika anaknya mengalami kecelakaan.

"Putra, Pak Dong. eh Pak Donghae maksudnya?" Tanyanya saat sampai dihadapan ku, aku mengangguk, "bagaimana keadaan putraku?" Tanya istri tuan suho yang terlihat begitu pucat, "sedang dalam pemeriksaan dokter." Jawab ku.

"Terimakasih Jaemin sudah menyelamatkan putra kami." Ucap tuan suho, aku bagaikan seorang yang telah menyelamatkan nyawa orang saja sampai-sampai pria itu berterimakasih.

"Aniya." Jawab ku sedikit canggung, ku lirik Airi yang sedari tadi memperhatikan ku, "saya permisi sebentar." Pamit ku dan diangguki oleh mereka.

Aku melangkah pergi keluar dan duduk ditaman, "Jaemin." Aku hanya tersenyum tanpa menoleh, saat gadis itu memanggil ku, dia melangkah dan duduk didekat ku, "lo kemana aja? Kenapa lo bisa sama adek gue?" Tanyanya.

Aku menoleh menyunggingkan senyum membuatnya mengeryit tidak mengerti, "aku udah bilang sama Haechan, kalo aku ada urusan keluarga dan aku ketemu sama adek kamu, saat aku tengah kumpul sama temen-temen dilapangan. saat tau itu adek kamu yang kecelakaan jadi aku bawa dia kerumah sakit." Jawab ku dia nampak menghela nafas gusar.

"aku mau udahan aja." Pintanya membuatku menoleh kembali, "udahan? kamu nggak tahan sama sikap aku? Tapi terserah sih, jika kamu mau udahan juga nggak masalah jika itu ngebuat kamu nggak nyaman."

"Tapi gue udah mulai suka sama lo?" Kesalnya aku sedikit terkekeh dengan sikapnya.

"terkadang rasa suka itu seperti rasa sakit gigi, bila dikasih obat mudah sekali meresap meskipun baru sekali minum, dan begitu juga cinta padahal aku hanya menganggumu, berdebat dengan mu dan itu sudah membuatmu jatuh cinta." Airi nampak kesal dengan ucapan ku.

"Semua pilihan ada padamu, itu terserah kamu." Aku membiarkannya untuk memilih, karena aku tidak mau jika suatu hubungan terjadi karena ketidak nyamanan. "aku mau bertahan." Jawabnya menunduk.

"kamu yakin mau bertahan, mungkin kamu akan terkejut dengan kehidupanku nanti." Airi mengangkat wajahnya dan menatap ku penuh harap.

"Aku akan menerima apapun kekurangan mu, kita sama sama bahagia dan saling menghibur, aku siap menjadi sandaran untuk mu." Aku hanya tersenyum tipis.

ucapannya seakan akan mebuatku merasa lega, karena sekarang aku tengah membutuhkan seseorang untuk menjadi sandaran dan tempat bercerita.

"Gomawo." Jawabku membuatnya mengulas senyum. Ponsel milik Airi bergetar gadis itu lantas mengangkatnya.

[Oh papa wae?]

[Kemarilah adikmu mencari]

[Baiklah, aku sebentar lagi kesana]

Dia mematikan sambungannya lalau menatapku, "Papa meminta kita untuk kesana." Aku bangkit dan mempersilahkannya.

"nuna?" Isak Chenle saat Airi sudah masuk kedalam diikuti aku, kakinya terlihat menggunakan gips entah kenapa, "Gwenchana, kau akan baik-baik saja chenle-ya." Ucapnya duduk disamping adiknya lalu memeluk Chenle.

Saat ini didalam hanya ada Chenle, aku dan Airi, sementara Ayah dan Ibunya sedang kembali kerumah untuk mengambil beberaba baju milik Chenle, karena anak itu akan dirawat beberapa hari.

"Aku tidak akan bisa mengikuti turnamen bulan depan, aku tidak bisa jalan lagi." Ucapannya begitu pilu dan nampak putus asa, "tidak, kau akan jalan kembali hem. bukannya kamu ingin jadi pebasket hebat seperti idola mu itu." Suara Airi bergetar saat melihat adiknya menangis.

Balance | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang