[25] The Rain

9 4 0
                                    


Malam tanpa bintang dan hanya menyiratkan awan mendung juga gerimis, sungguh sangat mewakili ku saat ini. Aku muak bila harus dalam situasi seperti ini dimana aku dan ayah selalu saja bertengkar.

Memang apa salahnya jika dia mengakui ku sebagai anaknya jika memang benar aku ini putranya, apa susahnya untuk membuka identitasku.

Bukan karena aku ingin mengambil ketenaran dibalik suksesnya Ayahku, tapi ini perihal seorang anak yang ingin mendapatkan nama Ayahnya. meskipun dia sudah berkali kali bilang padaku jika aku benar putranya.

tapi dia seakan akan tidak perduli dengan ku dan aku merasa seperti bukan bagian darinya.

Aku mengetahui Artikel tentang ayah ku yang dimana disana tertulis jika dia belum menikah dan belum punya anak, memang dasarnya egois. saat kecil dulu juga aku ingin bertemu dengannya bunda mengantarku harus diam-diam.

Bahkan Bang Jaehyun juga tidak ada yang mengetahui jika dia anak angkat dari Ayah, selain teman dekatnya. bahkan Ayah mengatakan untuk tidak menyebar luaskan tentang namanya yang ada diraport ataupun ijasa dan hal penting lainya yang menyangkut namanya.

Kaki ku melangkah menelusuri trotoar setelah aku berdebat dengan Ayah tadi. aku segera pergi dari kaffe dan melupakan me time bersamanya.
Aku menghentikan langkah ku ketika sampai dihalte karena malam yang gerimis ini, aku berniat untuk kembali kerumah Bunda.

Ku rogoh kantong celana ku mengambil ponsel untuk menghubungi Bunda. sungguh covernya saja seperti anak nakal tapi percayalah didalamnya sebenarnya aku ini lemah setiap ada masalah pasti akan mencari Bunda.

Cukup lama aku menunggu bunda menjawab panggilan ku akhirnya dia mengangkatnya.

[Jaemin, ada apa?]

Bunda memang selalu menggunakan nada khawatir setiap aku menelponnya, padahal diriku sedang baik-baik tapi tidak untuk sekarang.

[Aku pulang]

[Kenpa? kau dimana? Kau bertengkar dengan Ayahmu? Katakan kau dimana bunda akan menjemputmu?]

[Halte tak jauh dari toko eskrim]

[Kau diam disana bunda akan kesana jangan kemana-mana]

[Eoh]

Aku mendudukan bokong ku dikursih tunggu lalu mematikan sambungannya. hujan malam ini semakin besar dan deras membuat kaki ku enggan untuk melangkah mencari tempat berteduh yang lebih aman. Banyak orang lalu-lalang mencari tempat untuk berteduh.

_Balance_

Sudah cukup lama aku menunggu akhirnya bunda pun sampai, dia membuka pintu mobilnya lalu keluar menggunakan payung. wajahnya terlihat begitu khawatir dengan keadaan ku yang sedikit basah karena hujan.

"Jaemin kau baik-baik saja?" Aku bangkit dari tempat ku. "kita pulang." Pinta ku, Bunda lantas mengangguk, kamipun masuk kedalam mobil. "Ayah memarahi mu lagi? Dia menampar mu atau dia memukul mu?" Tanyanya beruntun dan serius dengan pertanyaannya.

"Dia itu egois dan hanya memikirkan kepentingannya saja." Wanita disampingku memperlambat laju mobilnya tangannnya terulur mengusap kepalaku yang basah.

"Dia memang seperti itu tapi dia sebenarnya menyayangimu. aku tidak akan pernah memaaf kannya bila dia menggunakan kekerasan lagi padamu."

Aku lantas menoleh menatap pahatan wajah yang sangat cantik diumurnya yang terbilang sudah kepala tiga, tapi terlihat seperti masih gadis. dia ibu ku panutan ku, kekuatan ku, dunia ku bahkan semestaku.

Balance | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang