[21] Lonely Boy

11 6 0
                                    


Malam ini sunyi sama seperti sunyinya hidup ku, angin berdesir menyapu rambut ku. sama harapnya seperti menyapu kesendirian ku. diatas roftof kaffe ini, aku duduk sendiri menikmati terangnya cahaya lampu disetiap rumah rumah.

Aku tengah menerawang betapa hangatnya di dalam rumah itu, ada keluarga penuh canda tawa dan kehangatan. sama halnya aku dan keluarga ku dulu.

Keadaan memaksa ku untuk menjadi seperti ini padahal aku tidak ingin seperti ini. aku seorang remaja sialan yang tengah membutuhkan kehangatan sosok seorang ibu yang aku harapkan.

aku tidak pernah merasakan kasih sayang ibu kandung ku, karena dia sudah lebih dulu pergi keatas langit. tapi pada akhirnya, tuhan telah memberikan ibu pengganti yakni Bunda. Bunda yang amat sayang kepada anak anaknya, Bunda memiliki hati bak seorang malaikat.

Kenyataanya memang benar bunda menyayangiku, tapi entah kenapa aku malah berubah sikap padanya.

Semuanya terjadi karena kecemburuan ku pada Jaemin putranya, padahal aku dan Jaemin sudah bersama-sama sejak umur kami empat tahun. kami selalu melakukan hal baru bersama kemanapun bersama.

Jaemin adalah orang yang paling sensitif terhadapku, dimana aku merasa kesulitan dia akan selalu ada. bahkan saat ayah memarahi ku, Jaemin balik memarahi Ayah, hanya untuk membela ku dan berakhir kami dihukum bersama.

Apapun kesukaan Jaemin pasti aku juga akan ikut menyukainya, meskipun pada kenyataannya aku tidak menyukainya, Jaemin sudah seperti adik ku sendiri.

bahkan kami seperti terlahir dari rahim yang sama dan memiliki aliran darah yang sama, karena kami memiliki sikap yang hanya beda tipis.

Namun kebahagiaan itu seketika sirna saat kami beranjak remaja dan saat kami memasuki SMA, kami satu sekolah tapi berbeda kelas.

semua perubahan sikap kami berawal dari ketika Ayah mulai membanding-bandingkan ku dengan Jaemin akibat sebuah nilai raport.

Dimana aku mendapatkan nilai rata-rata sementara Jaemin diatas rata-rata. Kami bertengkar dan tidak mengobrol selama satu minggu, bahkan seterusnya seperti itu. ditambah sikap Ayah yang selalu memihak Jaemin dari pada aku. Sedangkan bunda dia juga sama halnya seperti Ayah.

Aku menatap sebuah foto lama yang masih tersimpan digaleri fotoku,
Dimana saat ini aku dan dia tengah merusuhi bunda yang tengah memasak. foto ini diambil oleh Ayah saat kami masih SMP.

"Tapi semuanya seakan akan berhenti pada pijaknya, bahkan aku sendiri tidak menyangka jika sikap Jaemin akan berubah sederastis ini." Aku sedikit Gumam, aku menggeser beberapa foto digalery ku.

"Terkadang aku gengsi untuk menerima sikap bunda yang selalu memanjakan ku, memperhatikan ku. tapi bunda tidak mempermasalahkan itu, karena mungkin dia tau jika aku berubah dingin seperti ini karena sebuah alasan." Aku meneguk kopi yang akhir akhir ini membuat ku nyaman.

Beruntunglah hanya kopi yang membuat ku candu, bagaimana jika minuman alkohol? C'mon man, Mungkin ayah sudah memenggal kepalaku hingga putus.

Aku kembali menikmati malam ini sendirian ditemani cahaya rembulan, percuma aku pulang kerumah karena pastinya rumah itu sepi.

Ayah yang belum pulang dan bunda yang masih bekerja dikamarnya menyelesaikan desainnya lalu Jaemin--- mungkin dia tengah bermain bersama teman-temannya atau mungkin dia pergi kerumah Ayahnya.

Aku mengingat dimana kejadian saat Ayah memarahi ku, karena melihat nilai raport ku yang sangat beda jauh dengan Jaemin waktu itu. aku tertawa sendiri melihat kekoyolan dan kebodohan ku, karena saat itu aku sedang gila-gilanya bermain game.

 aku tertawa sendiri melihat kekoyolan dan kebodohan ku, karena saat itu aku sedang gila-gilanya bermain game

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Balance | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang