[27] Quiet Down

14 5 0
                                    


Jam istirahat telah hadir, membuat para penghuni kelas keluar untuk mengisi perut mereka yang tengah demo. begitupun dengan Jaemin, Haechan dan Renjun. Mereka berjalan layaknya preman pasar dengan seragam yang tak selalu rapih. tapi tidak dengan Renjun yang selalu mengancing bajunya itu.

"Haechana, itu susu pisang milik ku!!" Teriak salah seorang siswi yang minumannya diambil oleh Haechan.
"Tidak masalah, itu aku ngutang jadi kamu yang bayarin." Ucap siswi itu---Haechan tidak perduli.

Renjun memukul Haechan sambil menertawai kesongongannya itu entah apa yang lucu, mereka bertigapun duduk ditempat favorite mereka.

Semua orang menatapnya senyap dan hening, saat Jeno juga Jinyoung menghampiri meja Jaemin.

Dugh

Anak laki-laki pemilik pupy smile itu melempar satu kaleng cola, tepat dimeja, membuat mereka menatap bingung. "Maksud lo apaan? Kita nggak ada urusan yah?" Haechan berdiri tidak terima, karena sikap Jeno yang sudah keterlaluan. Begitupun Jaemin, ia ikut berdiri  menyuruh Haechan untuk tenang dan duduk.

"Gue emang nggak punya urusan sama lo, tapi gue punya banyak urusan sama dia." Tekan Jeno menunjuk Jaemin, namun segera ditepis oleh Renjun. "Calm Bro."

"Mau lo apa sebenarnya?" Tanya Jaemin datar, "gue tungguin lo sepulang sekolah." Mereka saling melontar tatapan dingin, semua orang disana dapat menyaksikan tanpa mau menengahi.

"Teruntuk Jaemin dan Jeno harap keruang konseling, karena telah merencanakan perkelahian setelah pulang sekolah nanti."

Mereka semua yang berada dikantin menoleh, mencari sumber suara yang ternyata berasal dari ruang konseling. "itu guru, telinganya aos pisan (tajem banget)." gumam Haechan yang menyadari suara itu.

Entah siapa yang melaporkan mereka keruang konseling itu, "Hei kalian para brandalan, Kun ssaem manggil tuh." Panggil Airi ternyata gadis itu yang melaporkannya.

_Balance_

"Jeno, Jaemin lagi, bosen saya." Cletuk Kun ssaem saat dua anak itu sudah berada dihadapannya, "saya juga bosen, ngeliat Kun ssaem nggak nikah-nikah." Cletuk Jaemin membuat Kun melotot dengan ucapan Jaemin.

"Hei, kau tenanglah. jika saya sudah dapat lampu ijo dari emak, bapaknya shi jeuni, nanti saya bakal undang deh."

Jeno menyimak pembahasan unfaedah mereka, "jadi, kami mau dikasih hukuman apa lagi?" Tanya Jeno mempercepat waktu, "hukuman apa yang belum kalian lakuin?" Tanyanya.

"Nyapu halaman sekolahan udah, ngosrek wc udah, beberes kelas udah, scorsing udah, beresin bola dilapangan olahragapun udah. bahkan bersihin gentengpun udah." Jelas Jaemin membuat Kun menggaruk rambutnya frustasi.

"Baiklah-baiklah, berhubung hukuman sudah kalian coba, jadi saya cuma mau ngingetin." kun menarik nafas terlebih dahulu lalu melepas lega.

"Kalian itu suadaraan, jadi jangan pernah untuk berkelahi atau saling memusuhkan, jatuhnya tidak baik. jika kalian punya masalah atau dendam kesumat, alangkah baiknya jangan. tapi jika punya selesaikan dirumah, oke."

Jaemin dan Jeno terdiam mendengarkan nasehat Kun, "Baiklah ssaem, terimakasih kami akan memikirkannya dirumah terimakasih." Mereka berduapun pergi begitu saja meninggalkan Kun.

"Kepalaku sampai mau pecah mengurusi mereka berdua, Donghae hyung, Gongmin hyung. mengapa putramu menyusahkan ku." Geram Kun memukuli kepalanya dengan buku absen, karena geram dengan kelakukan Jeno juga Jaemin.

Kedua siswa laki-laki itu keluar dari ruang konseling dan berjalan saling mendahului, tidak-tidak bukan mendahului. tapi memang Jaemin sudah berjalan didepan lebih dulu. Jeno menatap punggung Jaemin, sesakali bergumam dengan yang ia pikirkan tentang adiknya itu.

Balance | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang