Falsity 2.7

355 51 5
                                    

°
°

Malam sebelum Taehyung koma

Jungkook duduk diam menghadap jendela kamar rawatnya. Ia tak tau sekarang pukul berapa, tapi ia tau ini sudah malam dan ia terbangun tiba-tiba.

"Kau terbangun?", tanya Jieun sembari mengelus pelan pundak suaminya

Jungkook berdehem pelan dengan tatapan masih lurus ke depan

"Apa yang mengganggu pikiranmu Kookie?"

Terdengar helaan nafas pelan dari mulutnya sebelum ia bertanya "Siapa yang mendonorkan matanya untukku noona?"

"Aku tak tau Jungkook.", balas Jieun pelan

"Kau bohong. Kau pasti tau tapi tak mau memberitahukannya padaku kan?"

"Jeon.. Bukan be--"

"Aku sudah tahu. Tak perlu menutupinya dariku. Taehyung yang menjadi pendonor bukan?"

"Jungkook.."

"Aku ingin ke kamar rawatnya.", ucap Jungkook dengan nada datar

"Tapi Jungkook-ahh ini sudah malam.", lirih Jieun

"Aku perlu bicara dengannya noona."

"Aku disini.", ucap seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat nya, Kim Taehyung.

Jieun menatap sendu Taehyung yang berjalan sedikit tertatih, bisa Jieun lihat pria itu tengah menahan rasa sakit. Tanpa pikir panjang ia menghampiri Taehyung dan memapahnya menuju samping ranjang Jungkook lalu mendudukan nya di kursi.

"Terimakasih Jieun-ssi.", ucap Taehyung

"Noona maaf, tapi bisakah kau tinggalkan aku dengan Taehyung? Aku butuh bicara berdua dengannya."

Jieun melirik sebentar pada Taehyung lalu pergi menjauhi keduanya.

Sepeninggalan Jieun kedua pria itu masih terdiam, belum ada yang berniat memulai pembicaraan.

"Mengapa kau melakukannya?", tanya Jungkook yang duduk membelakangi Taehyung

Taehyung tersenyum tipis, lalu berkata "Entahlah.. Aku hanya ingin melakukannya."

Jungkook mendecih pelan mendengar balasan dari mulut Taehyung

"Kau berpikir akan mati? Kau menyerah semudah ini? Kau memotivasi ku tapi kau sendiri menyerah."

"Aku tak menyerah. Mendonorkan mata padamu tak akan membuat aku mati."

"Tapi dengan begini kau semakin tak punya harapan.", ucap Jungkook dengan sedikit penekanan

"Kau bisa mewujudkan harapanku Jungkook..", ucap Taehyung sembari berlalu pergi tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya lagi

Begitu keluar matanya langsung bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya sendu. Beberapa detik keduanya saling bertatapan sampai akhirnya Taehyung memilih memutus tatapannya lalu berjalan melewati nya.

"Taehyung tunggu!", seru Jieun sembari berjalan menghampiri Taehyung

"Apa kau benar-benar serius ingin menjadi pendonor untuk Jungkook?"

"Aku sudah mengisi formulir dan juga menandatangani nya, apa menurutmu aku hanya bercanda?"

"Kenapa? Kenapa kau melakukannya?"

"Apa kau sakit Taehyung?"

Taehyung diam, ia tak berniat menjawab pertanyaan dari wanita di depannya.

Jieun menghembuskan nafasnya pelan, Taehyung pasti tak mungkin memberitahunya. Lebih baik saat ini ia mengantar pria ini ke kamar nya.

"Biar ku antar, wajahmu pucat dan badanmu juga lemas, aku takut kau pingsan di perjalanan menuju kamarmu."

"Jangan menolak.", ucap Jieun yang berhasil membuat mulut Taehyung tertutup kembali

Sepanjang lorong rumah sakit keduanya hanya diam, Taehyung sibuk dengan pikirannya dan Jieun setia mengantar Taehyung selamat sampai kamar rawatnya.

"Terimakasih Jieun-ssi.", ucap Taehyung yang dibalas anggukan pelan juga senyum hangat dari wanita di depannya

Jieun masih berdiri menunggu Taehyung masuk ke kamarnya, sedangkan Taehyung masih berdiri di sana menunggu Jieun kembali ke kamar Jungkook. Mereka berdua berdiri saling menunggu.

"Kau tak kembali?", tanya Taehyung sedikit canggung

"Eoh? Ahh aku menunggu kau masuk.", jawab Jieun dengan wajah polos nya

Taehyung berdecak pelan lalu membuka pintu dan berjalan masuk menuju ranjangnya. Lalu Jieun berjalan kembali menuju kamar Jungkook.

***
Hari ini operasi antara keduanya dilaksanakan. Sudah satu jam operasinya berjalan di dalam sana. Kedua keluarga menunggu dengan sabar di luar ruangan, berharap semoga operasinya berjalan dengan lancar sesuai keinginan.

Beberapa jam kemudian operasinya selesai dan berjalan dengan lancar. Setelah itu terlihat beberapa orang mendesah lega dan adapula yang menahan tangis nya.

Salah satu keluarga menghampiri pria yang berdiri dengan tubuh yang masih bugar walaupun usia nya tak lagi muda.

"Terimakasih.. Kami akan menjaganya dengan baik.", ucapnya sembari menepuk pelan pundak pria di depannya

Pria tersebut hanya mengangguk pelan dengan memejamkan kedua matanya sembari merangkul sang istri yang menangis pilu menyebut nama anaknya berkali-kali.

Tak ada orang tua yang baik-baik saja ketika ditinggal pergi oleh sang anak yang hanya satu-satunya. Hatinya hancur membayangkan anak yang begitu mereka kasihi dan sayangi sejak kecil kini pergi meninggalkan mereka.

Dilain sisi seorang perempuan berusaha sekuat tenaga menahan tangis nya. Ia sudah berjanji tak akan menangis, ia sudah berjanji akan selalu tersenyum, ia sudah berjanji namun air mata ini mengkhianati semua janjinya. Ia tak bisa menahan tangisnya ketika sebuah ranjang melewatinya.

Tubuhnya lemas, ia jatuh terduduk dengan air mata yang terus menerus menetes membasahi pipinya. Hancur. Rasanya dunia nya kini sudah hancur. Rasa sesak juga penyesalan mendatanginya.

"Harusnya aku bisa menahanmu..", lirih nya begitu menyesakkan

°
°
tbc

What do you think about this part?

Terimakasih telah membaca falsity🙆‍♀️

Terimakasih telah membaca falsity🙆‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para suami🐣🐣

Falsity [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang