Íkosi Enniá

2.1K 185 4
                                    

"Jadi, kaila sekarang tinggal bareng orang tua lo?" tanya Barra pada sang teman, tentu saja Azka.

Mereka lagi kumpul di club milik orang tua Reihan. Niatnya tadi mau di cafe, cuman Reihan bilang dia nggak bisa ikut dan harus bekerja di club. Jadi Barra dan azka susul saja teman mereka itu dan datang ke club. Lagian udah lama nggak kumpul bersama lagi.

"Mama gue yang minta dia ikut, jadi ya seperti menurut lo sekarang." jawab Azka seadanya, sambil meneguk gelas minumannya.

"Lo bakalan lanjut kuliah di Universitas mana?"

Barra diam, saat melihat sang teman tampak diam dan tidak menjawab pertanyaannya. Buat ia jadi merasa bersalah, apa pertanyaan yang diajukan cukup mengganggu pikiran dari teman dekatnya ini.

"Gue, tahun ini nggak lanjut. Tapi, tahun depan. Kemungkinan begitu. Barra, lo tau kan niat gue buat kuliah masih sekecil ini." sahut Azka sambil menunjukkan ukuran seberapa kecil niatnya.

Barra tertawa, begitu juga Azka yang tampak santai tidak terganggu sama sekali. "Gue juga mager sebenarnya Ka, cuman lo tau sendiri kan bokap gue gimana." balas Barra.

Azka menganggukkan kepalanya paham, "Bilang aja sama mereka, kalo lo tetap diam gini gimana mereka mau tahu apa yang lo mau? Barra, lo tuh dah dewasa. Nggak semua kehidupan lo harus mereka yang atur," jawab Azka buat Barra tersenyum tipis.

"Anjir Azka, lo semenjak liburan kenapa jadi mirip Nazwa shihab. Kalimat lo tuh,"

"Kamfret lo! Sialan, ya gila aja gue jadi mbak itu. Jelas-jelas dia orang hebat anjir, yang ada dia kagak mau di mirip-miripin sama gue!" balas Azka buat Barra tertawa lepas.

Setelah asik bercanda satu sama lain, sambil menunggu Reihan selesai bekerja. Kini, Azka lebih dulu pamit untuk pulang. Karena Kaila sudah menghubunginya.

"Besok kita ke rumah lo ya, eh lupa maksudnya gue. Besok, kita bakalan bantuin pindahin barang-barang lo dari rumah sewa kemarin itu." ujar Barra dan Azka menganggukkan kepalanya.

"Heh, lo tadi nggak minum banyak kan? Soalnya lo bawa mobil!" sahut Reihan.

"Dia mau minum dua botol juga bakalan cuman sempoyongan bentar Han, nggak kaya lo." bisik Barra sambil tersenyum manis.

Enak sekali menggoda dan membuat temannya emosi, meskipun ia tau dirinya akan mengorbankan untuk tidak di antar pulang.

"Udah ya, gue balik dulu. Besok gue hubungi kalian, kalo emang mau ikut ke sana." pamit Azka dan dibalas anggukan oleh kedua temannya.

*****

Azka baru saja sampai di rumah orang tuanya. begitu masuk ke dalam rumah, ia dikejutkan dengan Kaila yang berdiri di dekat dapur sambil menatapnya.

"Astaga!" kaget Azka. "Lo, ngapain berdiri di sana. Mau buat gue kena serangan jantung, apa gimana?" tanya Azka yang masih terkejut.

Kaila tidak menjawab tapi mendekati Azka, buat yang di hampiri berjalan mundur dengan wajah kebingungan.

"Kenapa, kenapa? Kok lo tiba-tiba jadi marah gini. Tunggu, woi tunggu! Gue nafas dulu, baru sampe juga." cerca Azka.

Ia masih berjalan mundur dengan tangan yang mencoba menahan bahu Kaila. Pada akhirnya, Kaila berhenti sendiri sambil menatap Azka dengan wajah marah dan kesal.

"Lihat ini jam berapa, kenapa baru pulang sekarang? Tadi kemana aja, sama siapa? Terus kenapa lama banget main keluarnya!"

Azka menaikan kedua alisnya, dan berusaha untuk menahan senyuman di bibirnya. Ngomong-ngomong, ia sudah mundur terlalu jauh bahkan sampai ke ruang tengah. Dimana belakang tubuhnya itu sudah ada sofa, buat Azka duduk di sandarannya.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang