Triánta Pènte

1.7K 181 8
                                    

Sekitar jam 8 malam, Azka dan Kaila benar-benar pergi ke Paris. Azka juga sudah izin pada orang tuanya dan mereka mengizinkan, bahkan akan menyusul setelah urusan di Canada selesai.

Ia juga berpesan pada pelayan yang bekerja di rumah, bila Paman nya datang tolong berikan kunci mobil di dalam lemari dekat ruang tv. Azka tidak lupa mengatakan pada Paman nya, untuk tetap menggugat pelaku seperti awal gugatannya. Untuk proses hukum selanjutnya, akan dilakukan setelah Azka dan Kaila pulang dari liburan mereka.

Kaila tatap Azka yang terlihat sedang sibuk ada tabletnya. Ada rasa tidak enak pada dirinya, saat melihat Azka benar-benar membawanya berlibur. Belum lagi, Azka memesan bangku di kelas bisnis. Yang Kaila tahu nominalnya sangat mahal sekali.

“Kak,” panggil Kaila buat Azka sekedar berdeham membalasnya. “Uang tabungannya pasti habiskan cuman buat beli tiket pergi,” bisik Kaila buat Azka tertawa pelan.

Ia meletakkan tabletnya dan kini agak memutar tubuhnya, agar dapat menatap ke arah Kaila yang juga masih melihatnya.

“Kenapa nanya gitu terus?” tanya Azka buat Kaila menundukkan kepalanya.

“Aku ngga enak kak, soalnya kak Azka udah ngehabisin banyak duit cuman buat ngehibur aku doang. Padahal duit kak Azka bisa aja buat modal kak Azka nanti.” jawab Kaila.

Azka mencondongkan tubuhnya, buat Kaila segera mundur. Azka tersenyum, Kaila diam senyuman Azka kali ini belum pernah ia lihat.

“Bukan urusan lo, tau uang gue gimana. Yang penting lo bahagia, udah gitu aja.” ujar Azka sambil menepuk-nepuk kepala Kaila.

Kaila tahan tangan Azka dengan wajah kesal, buat Azka tersenyum lagi dan kembali fokus mengerjakan sesuatu pada tablet nya. Sedangkan Kaila mencoba menyetel beberapa chanel untuk bisa ia tonton agar tidak bosan.

“Excuse me,” ujar seorang pramugari buat Kaila melihat ke arahnya. Ah, ternyata pramugari sedang mengantarkan menu makan malam yang memang dibagikan untuk seluruh penumpang.

“I heard that you are pregnant, so we separate a special meal menu for you.” ujar pramugari tersebut, sambil memberikan salad dan potongan steak pada Kaila.

Thank you,” ucap Kaila dan dibalas dengan rama oleh pramugari tersebut.

Kaila memperhatikan menu makan malam milik Azka yang memang berbeda dari miliknya. Sepertinya Azka diberikan menu dengan sup dan potongan daging salmon.

“Kenapa? Mau cicip?” tanya Azka dan Kaila menggelengkan kepalanya.

Mereka mulai makan, sesekali Kaila akan menonton acara dari tv yang memang disediakan dan merupakan fasilitas. Sedang Azka sesekali mengerjakan pekerjaan kantornya.

“Kak,” panggil Kaila buat Azka lihat ke arahnya. “N-ngga habis,” ujar Kaila sambil menundukkan kepalanya.

“Iya udah tau, karena itu gue tadi ngga makan malam di rumah.” sahut Azka sambil menarik piring milik Kaila dan memindahkan miliknya pada meja Kaila.

Kaila tersenyum senang, sambil tatap Azka yang kembali fokus pada layar tabletnya dan sesekali memakan steak miliknya.

*****

Setelah satu jam perjalanan, mereka harus transit di Singapore dan kembali berangkat di jam 1 dini hari. Saat berada di pesawat Kaila juga sudah mengeluh kepalanya sakit, dan perutnya mual. Beberapa kali ia juga sudah muntah.

“Mau minum sesuatu yang hangat-hangat kah?” tanya Azka khawatir, melihat wajah Kaila yang pucat.

Kaila tidak kunjung menjawab, ia masih mencoba lebih tenang setelah muntah yang sudah menguras tenaganya. Azka memilih untuk memberikan pijatan pelan pada bagian kepala Kaila yang katanya sakit. Buat Kaila memejamkan matanya.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang