Íkosi téssera

2.2K 215 10
                                    

Keesokan harinya, Azka memilih untuk tidak terlalu lama di acara kemarin. Jadi, saat jam 10 malam ia izin pulang lebih dulu karena lelah dan ingin beristirahat.

Dan benar saja, setelah pulang dari acara perpisahan kemarin malam ia seharian tidur di rumah tanpa berniat untuk bangkit dari kasurnya. Sebelum saja badai datang mengganggu ketenangan tersebut.

suara ribut, di mulai dari luar pintu rumah. Bela yang berbunyi sangat keras, sampai-sampai jika tetangganya ada kemungkinan mereka sudah marah besar. Kebetulan, tetangga azka merupakan orang pekerja yang selalu pergi ke kantor dengan waktu yang tepat.

Dengan perasaan geram dan kesal, Azka bangun untuk mengintip dari jendela kamarnya siapa gerangan yang membuat keributan di pagi hari, meskipun ini sudah jam 9.

“Azka, bangun cepetan!” teriak Reihan dari bawa.

Perasaan yang masih kesal, Azka memilih untuk segera turun dan kemungkinan ya memberi pelajaran untuk sang teman agar diam.

“lo bisa diem nggak?” tanya Azka setelah memberikan satu pukulan kuat pada perut sang teman.

Beginilah, sosoknya jika sudah marah. Ia benar-benar tidak segan untuk memukul temannya. Reihan mengadu kesakitan, dan menatap Azka dengan wajah memelas.

“gue di suruh bangunin lo sama mereka, kenapa lo nggak mukul mereka juga!” balas Reihan dengan menunjuk ke arah mobil.

Azka melirik. Hanya ada Barra dan Keisha di sana, tapi membuatnya sedikit bingung mengapa mereka pagi-pagi sudah keluar saja bahkan bertiga?

“Ayo liburan, puncak!” teriak Keisha dengan semangat.

“Ogah, kalian bertiga aja. Gue mau di rumah hari ini, besok, dan seterusnya.” sahut Azka dengan cepat.

“Iih, Azka mah. Masak nggak mau sih, ayo dong!”

“emang harus sekarang?” tanyanya balik dan dibalas anggukan oleh ketiganya.

“Keisha yang minta, dia aja bangunin kita lebih parah cuman buat ngajak ke puncak.” ucap Barra dengan raut wajah murung.

“Makanya jangan molor mulu, lagian juga udah pagi!” balas Keisha sambil menoyor kepala Barra agar tidak murung lagi.

Azka sejenak berpikir, membuat teman-temannya pasti sudah yakin ia akan ikut apalagi ada Keisha. “Haha, kalian aja. Gue nggak ikut, oh lagian gue baru inget ada janji hari ini.” ujar Azka.

“Janji sama siapa?”

“Kaila, dia minta temani buat kerja di cafe karena sendirian.” jawabnya tanpa beban.

Suasana hening seketika, membuat Azka yang tadi bersandar di depan pintu sambil menatap ke arah lantai halamannya kini melihat ke arah teman-temannya dengan wajah bingung.

“Ooh, adik kelas yang waktu itu buat masalah.”

Keisha turun dari mobil, dan berjalan mendekati reihan serta Azka. “Eh, tapi kan lo benci sama dia. Jadi penasaran juga gue, kok bisa ya kalian dekat?” tanya Keisha dengan salah satu alis yang naik, ia sungguh penasaran.

“Nggak ada sesuatu yang aneh, kita tetangga. Rumah dia itu, lo bisa lihat. Karena dia tetangga gue jadi ya kadang berangkat bareng, ” jawab Azka dengan jujur.

“oh? Lo sama dia sering berangkat bareng?! Wah, baru tau lo gue.” pekik Keisha.

Azka menghela nafasnya, reihan yang melihat tatapan Azka mulai berubah pun ingin bertindak tapi sebenarnya ia juga bingung dan penasaran.

“Gue siap-siap dulu, lo pada kalau mau nunggu di dalam masuk aja.” ujar Azka dengan menatap datar Keisha yang saat ini masih juga melihat dirinya.

“mau kemana? Janji?” tanya Keisha dengan nada seakan-akan merendahkannya.

“Oi, bentar. Gue mandi dulu ya,” ujarnya pada reihan dan Barra. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada Keisha.

*****

15 menit mereka menunggu Azka untuk bersiap-siapa dan membawa beberapa barang yang diperlukan.

“Oh, dah selesai?” tanya Barra saat melihat Azka sudah turun dari kamarnya.

“ayo berangkat, sorry lama.” sahutnya sambil meraih kunci mobil dan berjalan ke luar rumah.

Setelah semuanya keluar dari rumah, Azka mengunci rumah tersebut. Karena, ia tidak tahu apakah mereka akan menginap atau pulang hari itu juga.

“Siapa yang bareng gue?” tanya Azka saat ia sudah di dalam mobil.

“Keisha. Barra sama gue,” jawab Reihan seadanya dan Azka merespon dengan menaikan kedua alisnya, begitu juga anggukan kecil.

“Buruan Keisha, nanti kita lama di jalan. Macet soalnya,” bujuk reihan dan Keisha dengan emosi serta kesal akan sikap Azka pun memilih untuk mengalah.

Kedua mobil yang terparkir di depan halaman Azka pun kini berjalan untuk memulai liburan pertama mereka setelah usai sekolah. Azka tidak banyak berbicara, membuat Keisha sejujurnya sedikit takut mengenai sikap Azka yang diam seperti saat ini.

Tanpa mereka berempat sadari, jika ada seseorang yang lagi berjalan menuju rumah Azka.

“Loh, kak Azka pergi ya?” ujarnya ntah pada siapa.

Kaila, pagi ini berniat untuk membawakan sandwich sebagai sarapan. Karena tadi malam, ia melihat seniornya yang kelelahan dan sebagai ucapan terima kasih sudah membawanya ke acara yang cukup mengesankan.

“Yah, jadi ini gimana? Ohh kayanya bakalan pulang sih, atau aku letak aja di depan pintunya kali ya.” ucapnya dan berjalan masuk ke halaman rumah Azka sambil meletakkan tempat tupperware di depan pintu dengan sticky notes di atasnya.

“Selamat menikmati kak,”





Halo, selamat malam. Maaf bila kelamaan publish lanjutan chapternya yaa, semoga kalian tetap suka dengan cerita ini. Oh yaa, maaf bila ada kesalahan penulisan, happy reading!
—🥀

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang