dío

5.1K 337 2
                                    

Eska yang berada di dalam ruangan PKS, tiba-tiba merasa pusing karena melihat banyak sekali siswa ataupun siswi yang melanggar peraturan sekolah, banyak macamnya. Namun yang paling parah ketahuan membawa rokok, dan kebanyakan dari angkatan 12.

"Kak Eska, kami disuruh minta surat pernyataan sama kak Azka," ujar salah satu dari anak kelas 11 B. Eska menatap mereka bingung, mengapa banyak sekali yang minta surat pernyataan.

"Apa masalah kalian?" tanya Eska bingung.

"Kami main hp saat jam pembelajaran, dan kak Azka lihat itu," jawab mereka membuat Eska memejamkan matanya.

"Nanti aku kasih suratnya salah satu dari kalian buat bagi, sekarang kalian balik ke kelas, bentar lagi Azka datang bakalan lebih marah, makanya kalo udah Azka yang periksa tuh jangan sampe ketauan main hp dia paling nggak suka," ujar Eska membuat adik tingkatnya mengangguk paham.

Benar saja, bahkan sebelum mereka balik ke kelas. Azka sudah datang dengan tatapan tajam, dan emosi yang sangat terlihat. Masuk ke dalam ruangan dengan menutup pintu sedikit agak kasar. Eska menelan ludahnya, temannya satu ini kalo sudah emosi yang bakalan begini, makanya dia malas ikutan buat melakukan kegiatan pemeriksaan.

"Aduh, ini suratnya kamu bagi ke teman-teman yang membutuhkan. Kalo bisa secepatnya udah ditanda tangani oleh orang tua, biar hp kalian di kembalikan." ujar Eska pelan.

"Selain siswi bernama Kaila, dia harus nemuin kepala sekolah setelah ini," sahut Azka tanpa melihat ke lawan bicaranya. Eska yang mendengar itu langsung menatap Azka bingung.

"Azka, kenapa?" tanyanya membuat Ketua mereka memberikan tatapan tajamnya.

"Dia udah langgar peraturan, juga mau bohongin anak PKS," jawabnya sambil memberikan tatapan itu pada sosok siswi bernama Kaila. Eska menghela nafasnya, ikut melihat ke arah siswi tersebut.

"Dek, kamu temuin kepala sekolah dulu ya. Habis itu datang lagi ke sini, buat minta maaf ke Azka. Kalo nggak gitu, masalah kamu nanti rumit, kenapa sampe harus bohongin anak PKS sih, apalagi Azka." ujar Eska pelan pada Kaila yang menundukkan kepalanya.

"Lo ngapain ngomong panjang lebar sama dia, urus yang lain dulu!" bentak Azka membuat Eska terburu-buru menuju pekerjaannya yang lain. Sedangkan siswa/i yang sudah mendapatkan kepentingannya pamit pergi.

~'🌺'~

"Azka mana?" tanya Barra ketika kembali ke ruangan PKS, setelah berbincang dengan kepala sekolah atas masalah siswa yang membawa rokok ke sekolah.

"Basket, dia lagi emosi jadi milih main basket di lapangan," jawab Eska buat Barra menatapnya dengan bingung.

"Jadi, tadi di kelas 11 B ada anak yang bawa hp, cuman pas di minta Azka antar hpnya ke dia, itu siswi kagak mau dan malah rencana bohongin Azka. Lo tau sendiri, gimana Azka kalo udah dibohongi orang," Barra menganggukkan kepalanya.

"Ia benci itu," jawab Barra dan Eska mengangguk setuju. "Jadi sekarang dia main basket?" tanya Barra dan lagi Eska mengangguk.

"Lihat aja ke lapangan sana, kayaknya yang lain juga udah di lapangan. Dia beneran tanding btw, lo aja sih nggak percaya alasan dia." sahut Eska buat Barra memilih untuk melihat langsung.

Di lapangan basket, sudah banyak orang berkumpul untuk menonton pertandingan basket seperti biasa. Hanya untuk latihan, namun ya tetap saja banyak yang melihat, lagi pula sedang jam istirahat.

"Itu kak Azka, kan?" Aurellia mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan temannya. "Cakep ya, tapi sayang sombong banget." sahut mereka.

Sedangkan Aurellia memilih diam tidak peduli, ia mengenal Azka dan tau bagaimana Azka sebenarnya. Lagian meskipun mereka sepupu, Aurelia sangat jarang berbicara dengan Azka.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang