Triánta

2K 199 6
                                    

“Kak Azka!” panggil Kaila saat melihat Azka baru saja masuk ke dalam rumah.

Azka yang memang baru pulang dari urusannya di perusahaan sang ayah, pun menghampiri Kaila. Melihat yang paling muda sedang duduk di ruang tengah seorang diri.

“Kenapa?” tanyanya.

Kaila kini berdiri sambil tersenyum, “Besok sibuk?” tanya Kaila dan Azka menggelengkan kepala. Jawaban itu buat Kaila senang, pasalnya ia berniat mengajak Azka untuk pergi menemaninya.

“Besok bisa temani aku ke daiso? Ada yang mau aku beli,” ujar Kaila buat Azka mengerutkan dahi.

“Aku mau beli scrapbook kak, terus mau beli beberapa peralatan yang nggak aku punya untuk jurnal aku.” jelas Kaila dan Azka kini mengangguk paham.

seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Kaila kembali aktif belajar. Meskipun ia memutuskan untuk tidak lanjut sekolah, karena menyangkut dirinya memang tidak pantas untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas.

Jadi, orang tua Azka kini menggantikannya dengan homeschooling. Kaila juga sekarang lagi rajin melakukan scrapbook, membuat jurnal tentang kegiatannya sehari-hari dengan warna-warni stiker dan hal lain.

“Besok? Nggak mau sekarang aja, lagian nanti sore juga bisa gue temani. Jadwal gue sore kosong,” sahut Azka dan Kaila menggelengkan kepalanya.

“Kalo hari ini, Aurel belum pulang. Uang aku ada sama dia kak, jadi aku harus nunggu dia buat datang ke rumah kak Azka untuk kasih uangnya.” ujar Kaila.

“Uang? Aurel ada minjem uang lo?”

“Bukan gitu kak, yang ada mah kadang aku pinjem uang dia buat beli bahan cookies” sahut Kaila buat Azka memandangnya dengan wajah bingung untuk kesekian kali.

“Jadi aku buat cookies kemarin, terus minta tolong Aurel untuk bawa ke sekolah. Dan ternyata laku, banyak yang beli anak sekolahan. Terus yaudah deh, aku sekarang pengen jualan itu aja buat tambahan uang jajan.” jelasnya.

“Mama tau, lo jualan cookies?”

“ssst, tante nggak tau. Kak Azka jangan kasih tau juga, kalo tante tau nanti aku dilarang buat cookies. Lagian, aku nggak enak terus-terusan disediakan semua sama mama kak Azka. Masa uang jajan aku juga dikasih sama tante, padahal aku orang asing.” bisik Kaila.

“Ohh, nggak tau ya..” sahut Azka dan Kaila menganggukkan kepalanya dengan semangat.

“Mama! Kaila buat cookies semalam nghshsn—”

Kaila langsung menutup mulut Azka dengan kedua tangannya, ia berdiri di hadapan yang paling tua sambil menatap tajam.

“Di bilang jangan kasih tau!” kesalnya.

Azka hanya membalas ucapan itu dengan wajah menyebalkan dimata Kaila.

“Terus kalo mama tau lo buat cookies diam-diam, apalagi dijual gitu. Siapa yang bakalan di marahin? Gue!” balas Azka setelah melepaskan tangan Kaila agar ia bisa berbicara.

“Ya kalo ketahuan, tinggal aku jelasin aja. Lagian kak, aku segan tau. Aku udah dikasih tempat tinggal, terus di kasih kesempatan buat homeschooling juga, masa harus juga dapat uang bulanan dari tante?” sahut Kaila memelas.

“Uang bulanan tuh dari gue, bukan dari mama sebenarnya,” gumam Azka yang sudah berjalan menjauh menuju dapur.

“Apa, kak Azka ngomong apa?” tanya Kaila sambil mengikuti Azka yang berada di dapur.

“Nggak ada!” balas Azka dan kembali meneguk air minumnya.

Kaila berdecak sebal, dan menunggu Azka untuk menyelesaikan urusannya dengan air minum.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang