7. Yang Lemah Akan Mati Dan Di Tinggalkan

744 75 1
                                    

"Ayah menangis?" Aram melihat ayahnya sepanjang jalan dengan mata yang berkaca-kaca. Garam lebih banyak diam, berjalan lurus sambil mengigit pakaiannya, cukup merepotkan.

"Kenapa harus menangis?" tanya Aram sekali lagi.

Garam masih diam memfokuskan matanya setiap jalan yang ia lewati.

"Ayah ...." lirih Aram sedih.

"Ayah lihat salju!" ucap Aram berusaha menghibur, ia melihat salju-salju mulai berjatuhan sedikit demi sedikit. Salju itu mendarat di kepalanya Aram pun menggeleng-gelengkan kepalanya kedinginan.

"Cepat sekali ...," lirih Aram sambil menatap salju yang turun. Tak biasa karena salju turun di bulan yang lebih cepat, bulan november.

"Teruslah berjalan Aram," titah Garam dingin.

"Kita akan pergi jauh dari tempat ini, kita akan pergi agar San tidak menemukan kita jika dia menyesal suatu hari ini," ucap Garam kesal. Ia tak akan kembali lagi pada alpha itu, Garam tak suka.

"Bagaimana jika San tak menyesal? Dan tak akan pernah kembali ataupun mencari kita." Aram berucap seperti itu karena mengingat San adalah Alpha dan mungkin saja jika San memiliki kawanan baru, dia akan menikahi omega di kawanannya agar memiliki banyak anak.

Garam tak menjawab, dia malah berhenti di suatu tempat di dekat bebatuan lalu menggali tanah di sisinya. Garam melihat angin yang mulai kencang tak beraturan dan cuaca gelap, Garam yakin sebentar lagi akan badai.

"Kita akan istirahat di sini sampai badai reda," ucap Garam. Ia menggali tanah kebawah dengan kukunya.

Aram pun membantu. "Ayah jawab," pinta Aram.

"Hmmn?" Garam pura-pura tak mengerti.

Anaknya pun mengulangi perkataannya lagi. "Bagaimana jika San tak kembali?"

"Jika San tak pernah kembali kita akan menjalani hidup seperti manusia, berburu, membajak sawah, menanam ubi, memiliki rumah, mencari uang dan tak perlu berburu daging," jawab Garam enteng. Setelah selesai menggali ia pun masuk lubang mengukur tubuhnya muak atau tidak.

"Aku akan menunggu sampai kau merubah wujudmu seperti aku lalu setelah itu kita akan memasuki kehidupan manusia," ucap Garam yang masih mengukur tubuhnya, ternyata lubangnya tidak muat, ia pun kembali menggali.

"Usia berapa ayah bisa berubah?" tanya Aram penasaran.

"Ayah sejak kecil dilahirkan sudah berwujud setengah manusia, ayah bisa berubah menjadi serigala saat usia lima tahun," balas Garam.

"Ibuku manusia dan ayahku seorang serigala alpha, ayah tak pernah membuat koloni setelah menikah dengan ibu, dia memutuskan hidup bersama manusia dan menyembunyikan identitasnya sebagai serigala," ucap Garam ingat-ingat lupa memukul-mukul kepalanya.

"Di mana mereka tinggal?" tanya Aram penasaran. Aram seakan menggali terus, rasa ingin tahunya tinggi.

"Ada sebuah negeri yang dijuluki negara rusak, mereka mungkin masih tinggal di sana," balas Garam selesai menggali lubang ia pun menarik Aram ke dalam.

"Kita pergi ke sana menemui mereka saja!" Ide Aram.

Garam menghela napas. "Tidak semudah itu, mereka sepertinya sudah berganti pemimpin dan orang asing sudah tidak bisa keluar masuk ke sana."

"Aku juga sudah tak mengakui mereka sebagai orangtua begitupun sebaliknya," ucapan Garam berubah pelan. Mengingat masalah hidupnya dengan keluarga, Garam sudah tak mengharapkan apa-apa lagi.

"Kenapa?" tanya Aram malah makin penasaran.

"..."

Garam tak menjawab ia memilih memejamkan matanya lalu menarik Aram agar tidur didekat perutnya. Garam masih berwujud serigala, ia meringkukan tubuhnya lalu menjepit Aram untuk mendapatkan kehangatan dan memberikan kehangatan.

[Femdom] Mencari Sang Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang