21. Minta Maaf Lagi

438 57 14
                                    

Nama-nama yang San suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nama-nama yang San suka

****

Awal bulan telah tiba, Garam berdiri didepan jendela sambil menggendong anaknya yang demam, ia melihat mentari mulai muncul, salju-salju mencair dan bunga bermekaran.

Perubahan cuaca ini ternyata membuat anaknya sakit. Sun yang tak pernah sakit pun malah kena. Garam bingung harus bagaimana, tabib sudah memberikan obat tapi panasnya belum turun, Sun juga tidak heat, feromonnya tidak menguar.

"Mulai musim semi," gumam Garam.

"Apa anak-anak masih belajar?" Garam memanggil pelayan karena hatinya sangat gelisah, ia takut anak yang lain sakit juga.

"Tadi sudah selesai karena Aram sakit," jawab pelayan yang ada di sana.

"Sakit? Kenapa kau baru memberitahuku!" omel Garam. Hatinya semakin gelisah, ia takut anaknya kenapa-napa. Garam pun berlari kecil ke ruangan Aram diikuti pelayan.

Sambil menggendong Sun Garam bergumam, "Kenapa mereka sakitnya kompak sekali."

"Padahal kemarin baik-baik saja," gumam Garam sedih. Ia takut sangat takut. Bagaimana kalau ia kehilangan anaknya? Semuanya? Anak-anak yang berusaha ia jaga sebaik mungkin.

****

Di kamar Aram, pemilik kamar itu terus menangis merasakan kepalanya yang pusing dan terus menerus memanggil Garam. Ia tak tahan, rasanya tak nyaman.

Tak lama Garam masuk mengecek Aram, ia meletakkan telapak tangannya diatas kening sang anak. Demamnya tinggi, wajahnya merah.

"Mau di gendong ayah, aku ingin ayah, ingin ayah," isak Aram berusaha menggapai ayahnya. Garam langsung meletakkan Sun diatas kasur dan mengendong Aram yang terus menangis.

"Ssststhhh, cup cup." Garam menepuk-nepuk pelan punggung Aram sambil mengelusnya.

"Kakakmu mana?" tanya Garam. Bukannya menjawab Aram malah menangis semakin kencang. Tubuh Aram semakin panas, ia sepertinya sedang tidak bisa ditanya dulu, kepalanya mungkin sakit.

"Kepala aku pusing," keluh Aram sedih.

"Pusing ayah ...." keluhnya sekali lagi.

Garam kembali mengelus-elus punggung Aram, matanya berkaca-kaca mendengar anaknya menangis kesakitan. "Sssthh, tidak apa-apa bentar lagi sembuh."

Karena anaknya terus menangis pada akhirnya Garam membawa anaknya tidur di kasur sambil menepuk-nepuk pantat anaknya. Garam ikut berbaring di atas kasur sambil bersenandung.

Setelah menemani satu jam pada akhirnya anaknya tertidur.

"Pelayan, tolong kompres mereka dan panggil tabib," titah Garam. Ia pun bangun dari posisinya. Ia harus mencari Moon takut dia sakit juga, karena anaknya kembar mereka pasti punya ikatan batin dan bisa merasakan keadaan satu sama lain.

[Femdom] Mencari Sang Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang