17. Saling Iri

506 62 9
                                    

Garam langsung menghadap kepada Law dan permaisuri yang sedang duduk berdua di singgasananya, ucapan dia tak bohong, dia benar-benar meminta aju banding kepada Law.

Tubuh Garam membungkuk memberi hormat.

Law mengerutkan keningnya, sedikit keberatan dengan permintaan Garam.

"Aju banding? Kenapa kau lakukan ini? Mendekam sebulan dikamar itu bukan masalah, Hikimori semua orang melakukan hal itu apalagi untuk anggota kerajaan, sebenarnya hukuman ini paling ringan," ucap Law. Ia tak marah hanya saja Garam tak tahu kalau hukuman yang Aram berikan itu juga telah ia bandingan bersama luka yang permaisuri dapatkan.

Awalnya hukumannya bukan itu, namun lebih parah.

"Aram bukan seratus persen manusia, Aram terbiasa tinggal di alam liar, jika dia terlalu lama mendekam di kamar dia akan stres, bulunya akan rontok," bela Garam.

Ucapannya sangat masuk akal, Law menopang dagunya sambil berpikir kemudian melirik istrinya.

"Tanyakan pada istriku," ucap Law.

Sontak saja permaisuri itu langsung melirik Garam dengan wajah ketusnya.

"Itu bukan hal sepele, kau tahu? Aku terluka," balas permaisuri kesal. Luka yang Aram berikan masih ada meski pakai obat sekalipun.

"Tapi semua saksi bilang, kau yang memukulnya lebih dulu," bela Garam.

"Aku cemburu," jawab permaisuri cepat.

"Tapi itu anakku? Kalau kau marah padaku ya sudah kau pukul saja aku? Kenapa harus Aram," bela Garam sekali lagi.

Hal itu ternyata malah membuat dua omega itu saling cekcok. Mereka merasa diri mereka benar hingga di keributan itu tak ada yang mau mengalahkan satu pun. Awalnya hanya perdebatan biasa, lama-kelamaan tangan Garam mencengkeram kedua pipi permaisuri, tak terima dengan perlakuan itu ia langsung mendepak tangan Garam dari pipinya.

"Tidak sopan!" ucap wanita itu ketus.

"Untuk apa sopan hah?!" Garam menginjak kaki permaisuri, Law langsung melototi omega itu dan memisahkannya. Astaga, serigala liar seperti Garam sangat berbahaya jika dibiarkan.

"Garam!" bentak Law kesal. Ia menyingkirkan Garam dari hadapan permaisuri lalu memeluk wanita omega itu. Garam melototi Law dan Law masih saja membalas pelototan itu.

Tangannya lalu memberikan isyarat pada Garam untuk segera pergi, jangan membuat keributan.

"Tenang, bicara baik-baik, kau mengerti?" ucap Law.

"Keputusan dipegang oleh permaisuri." Law melirik permaisuri. Istrinya menggelengkan kepalanya tak mau memberikan keringanan.

"Anak itu masih harus dihukum," jawab Permaisuri tersebut.

Garam melotot tak percaya. "Apa?! Harusnya kau juga dihukum karena telah memukul anakku!"

"Kalau gitu kau juga harusnya dihukum karena telah memukul Aram juga," balas wanita itu tak mau kalah.

Law hanya diam memperhatikan hingga suara Garam membuat Law menghela napasnya.

"Kau! Kenapa kau tak membela aku," ucap Garam menatap tajam alpha di depannya itu. Sang alpha tak menjawab, dia bingung, kalau dia membela Garam nanti istrinya marah.

"Tentu saja karena aku istri sahnya," sambung Permaisuri itu.

"Aku tak setuju dengan banding ini," tambahnya sekali lagi.

Kedua mata Gara langsung memelas meminta pertolongan pada alpha di depannya itu. "Law," ucap Garam melas.

"Garam, pergi," titah Law. Ia tak ingin ada keributan.

[Femdom] Mencari Sang Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang