28. Aram Tidak Mau Adik

407 55 3
                                    

Ucap seseorang, San pun muncul dari balik gorden dengan kepala yang di ikat pita, ia sebenarnya tidak mau ditandadani seperti ini jika bukan karena perintah alpha yang lebih berkuasa darinya.

Garam menganga dengan kehadiran San. Alpha wanita itu langsung tersenyum kecil melambaikan tangannya pada sang omega.

"Jangan menangis, kau tidak boleh stres," ucap San.

"San!!" Kedua anak Garam langsung berlari memeluk San. Mereka melompat-lompat menggapai punggung San yang tinggi.

"Mana panggilan mamanya? Kalian selalu menyebut namaku," protes San pada kedua anaknya.

Garam masih heran dengan kehadiran San, ia bertanya pada Law kenapa San tahu padahal belum diberitahu.

"Aku yang memanggilnya, seketika kau diantar alphamu kepadaku bahkan sebelum kau ke sini, San sudah membicarakan semuanya bahkan tentang kehamilanmu, itu alasan kenapa aku tak terlalu terkejut saat tahu kau hamil ya walau aku harus pura-pura terkejut," jawab Law jujur.

"Hamil?" Sun dan Moon mendengar itu, mereka langsung memperhatikan perut ayahnya.

Garam menyentuh perutnya. "Ada bayi di sini, mereka akan tumbuh menjadi seperti kalian," ungkap Garam.

Sun memiringkan kepalanya. "Bayi? Maksud ayah kita akan punya adik lagi?!" teriak Sun terkejut. Astaga ia sudah punya adik lemah mental dan fisik seperti Aram, Sun tidak bisa bayangkan akan bertambah satu adik yang akan merepotkan melebihi Aram.

"Apa aku akan punya adik selain Aram?" tanya Sun sekali lagi.

Garam mengangguk.

"Kapan kita menunggu perut ini menetas?" tanya Moon yang masih memperhatikan perut ayahnya.

Mendengar itu Garam tertawa. "Menetas? Kau kira perut ayah telur?" tanya Garam terhibur.

"Aku akan menyambutnya, kira-kira kapan?" tanya Moon sedikit senang.

"Tergantung kondisi, kalau wujud ayah berubah-ubah dan dominan menjadi serigala berarti empat bulan kemudian kita akan menyambut bayi, tapi kalau ayah tak berubah-ubah dan tetap menjadi setengah manusia, kita akan menunggu sampai sembilan bulan lamanya tidak apa-apa kan?" jelas Garam sekalian bertanya.

Law masih di sana ia mengetuk-ngetuk jarinya didagu. "Baiklah aku sepertinya akan menyumbang nama mereka nanti," gumam Law.

"Aram pasti senang," gumam Law sekali lagi.

****

Ekspektasi ternyata tak sesuai realita, setelah Law mengajak Aram bertemu ayahnya lagi, Aram tidak senang dengan kabar itu.

Aram bahkan menyuruh Law dan semua penjaga yang mengawalnya keluar, kini hanya ada Aram, Sun, San, Moon dan Garam di dalam rumah itu.

"Apa? Adik?" Aram membelalakkan matanya, ingatan buruk bertubi-tubi menghantam pikirannya. Ingatan buruk masa lalu, ingatan tentang Garam yang jatuh, Garam yang terluka, Garam yang ditangani Lin, Garam yang tak bangun-bangun dan masih banyak ingatan buruk lainnya.

"Aku tidak mau punya adik, TIDAK MAU!!" teriak Aram histeris.

"Tidak ayah, ayah tidak boleh hamil lagi, tidak ayah! TIDAK!!" Aram histeris lebih kencang, ia marah pada ayahnya.

"Tidak ayah, tidak," gumam-gumam Aram sambil meremas rambutnya. Aram menangis histeris mengingat semua kejadian buruk masa lalu.

"Aram, hei tenang Aram!!" Garam langsung melepaskan rambut Aram yang terus ditarik-tarik.

"Ayah tidak boleh punya anak lagi, ayah tidak boleh!" pekik Aram tak suka.

"Bagaimana kalau ayah jatuh lagi, ayah pingsan, ayah tidak akan bangun, ayah berdarah, ayah keguguran, ayah sedih, ayah sendiri, semuanya meninggalkan ayah." Aram menjauhkan tubuhnya dari Garam, ia mundur dan mundur.

'Aram harusnya tidak tahu waktu itu aku hamil juga dan keguguran tapi kenapa dia tahu? Seberapa banyak dia tahu?' batin Garam khawatir. Ia berpikir mungkin saat ia tak sadarkan diri beberapa hari setelah jatuh dari tebing Lin memberitahu Aram, anak sekecil itu.

'Apa Lin memberitahunya? Atau dia memang selalu ada ketika aku ditangani Lin.' Garam cemas.

Sun berusaha menenangkan Aram. "Jangan menangis, kau ini alpha, mana ada alpha yang sering menjatuhkan air matanya seperti ini, kau tidak boleh kalah dariku, aku yakin ayah baik-baik saja."

Aram semakin emosi.

"Tutup mulutmu! Kau tidak tahu apa-apa, tahu apa kau? Yang kau tahu hanya ribut dengan ayah saja tanpa mengerti perasaannya, yang selalu meledek ayah murahan dan selalu membuat ayah menangis dengan permintaanmu yang selalu menginginkan daging rusa," sindir Aram.

Sun pun langsung diam, ia jadi ingat kejadian di goa saat itu.

"Aram hentikan itu!" sentak Moon tak ingin mereka berdua ribut.

"Apa?! Kakak jenis apa yang malah memilih ikut dengan San dan meninggalkan ayah, KAU TIDAK TAHU KALAU SAAT ITU AYAH DISERANG ALPHA DAN JATUH!" sindir Aram pada Moon.

Moon juga langsung ikut diam.

"Jangan ribut Aram." Kini San yang berbicara, Aram oun langsung menyindirnya.

"Cuih! Apa? Bukti apa yang kau lakukan sebagai penebus penyesalanmu? TIDAK ADA!" ucap Aram emosi.

"Mana perlawananmu ayah, harusnya ayah benci dia seumur hidup ayah! Untuk apa kita jadi pemaaf, enak sekali." Aram menunjuk-nunjuk San.

Aram memarahi semuanya, Garam susah sangat khatam dengan sifat-sifat anaknya ini, ia hanya mendengar kemarahan Aram dan meminta San, Moon, Sun duduk dilantai sambil menundukkan kepalanya. Sebenarnya Garam cukup puas melihat San tidak bisa melawan dan merasa bersalah.

Setelah satu jam lamanya Aram pun diam dan naik ke atas bangku tempat ayahnya duduk.

"Sudah puas?" tanya Garam penasaran. Ia akan membuka telinganya lebar-lebar kalau Aram belum puas memahami mamanya dan dua kakaknya.

Aram mengangguk sambil memainkan kakinya.

San menghela napas lega dan langsung membaringkan tubuhnya diatas lantai diikuti oleh Sun dan Moon yang sama lelahnya dimarahi oleh Aram.

"Jangan sakiti ayah ya adik kecil jangan buat ayah lemah," ucap Aram memeluk perut Garam.

"Ayah dia tidak bergerak," tanya Aram yang hatinya sudah tenang.

"Dia belum tumbuh, wujudnya mungkin masih ngumpalan, sebesar kacang polong," jawab Garam.

"Kecil sekali ...." Aram mengelus-elus perut ayahnya, meski ada kekhawatiran tentang keselamatan sang ayah, Aram tak bisa munafik kalau dia senang dengan adik kecil diperut ayahnya.

Lama terdiam Aram malah tertidur pulas, tangannya masih diatas perut Garam, anak itu benar-benar menanti kehadiran adiknya.

"Garam, kenapa tiba-tiba sepi," tanya San bangun dari posisinya. Ia menghampiri Aram, anaknya yang satu ini tidur setelah mengomel-ngomel.

"Sssttt dia tidur." Garam menutup mulut San dengan telunjuknya.

"Anak kembar merepotkan juga," ucap San sambil iseng mencubit hidung anaknya.

"Lihat, dia tersenyum sepertinya dia puas memarahi ibunya habis-habisan hahahah," ucap Garam.

Dalam tidurnya Aram tersenyum.

Garam hanya tertawa pelan.

Dibalik semua itu, Luna mendengar semua keributan di sana bahkan sang penjaga, mereka diam memperhatikan interaksi antara alpha dan omega itu dari balik tembok.

"Lebih baik jangan ikut campur urusan mereka."

Bersambung

Thor up suka-suka ye <( ̄︶ ̄)↗

[Femdom] Mencari Sang Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang