36. Iri Sama Adik Baru

428 43 7
                                    

Dua hari menginap di rumah Garam, akhirnya Lin pergi, urusannya sudah selesai dan tentang anak yang lahir, ia juga sudah tahu kalau bayi itu bukan anak Law dan tidak mau terlalu dalam ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka.

Sebelum pergi, Lin bilang dia akan memberitahu Aram tentang kelahiran adiknya. Jadi mungkin sore nanti Aram akan datang bersama Law untuk menengok adik barunya.

Dan tentang Sun dan Moon, sampai dua hari ini mereka belum menemui adiknya. Mereka selalu menghindar, bahkan tak mau menunjukkan batang hidungnya.

Padahal Garam sudah pindah tempat tidur sementara di kamar mereka sampai bayinya berusia satu bulan. Tapi sayangnya Sun dan Moon malah tidur di ruang tamu.

San bilang, mereka iri dan itu memang sering terjadi pada anak-anak, mereka takut kalau kasih sayangnya akan terbagi, makanya mereka menghindar agar nampak kalau mereka benci kehadiran adiknya dan bisa di bilang mereka sedang mencari perhatian juga.

"Sssthh sayang." Garam sehari-hari tidak bisa bangkit dari kasurnya karena sang buah hati yang tidak bisa ditinggal sendiri, kadang dua bayi itu menangis gara-gara sebelah payudara Garam tak menghasilkan susu. Dua bayi kecilnya juga tak mau gantian, mereka serakah.

Dan sekalinya mengompol satu, ternyata mengompol semua. Garam menghela napasnya mengingat celana bayi dari tabib Lin habis sisanya di sembunyikan oleh kedua anak nakalnya.

Dari jendela Garam melihat kedua anaknya berlarian sambil memasang celana adiknya diatas kepala.

"Kalian ini! Kembalikan celananya!" teriak Garam lelah.

"Tidak mau!" teriak Sun.

"Moon?" Kini Garam bertanya pada anaknya yang sedikit lebih besar itu.

Moon hanya diam, ia tak mau memberikan celananya.

"Anak itu," gumam Garam bingung.

"Ayah adukan ini pada San ya ..."

"San, lihat kedua anakmu itu, hari ini mereka belum dimarahi, mereka berdua mengambil celana adiknya sendiri nih, mereka mengotori pakaian yang sudah kau jemur dengan susah payah~"

"DASAR ANAK SIALAN!" teriak San dari arah ruang tamu. Seketika kedua tubuh anaknya merinding, Sun dan Moon pun berlari ke dalam rumah untuk menyerahkan celananya.

Saat sampai berada di dalam kamar, kepala Sun dan Moon menunduk sambil memberikan celana yang sudah mereka curi, mereka tak mau menatap adiknya.

"Sun, kau tidak mau melihat adikmu?" tanya Garam. Ia menunjukan bayi perempuannya pada Sun dan meletakan satu bayi laki-laki didekat Moon. Moon sedikit tertarik untuk menyentuh bayi itu, tapi entah kenapa ia merasa ayahnya akan pilih kasih tak menyayanginya lagi gara-gara kehadiran adiknya.

Sedangkan Sun malah menghindar, ia semakin menunduk.

Meski menunduk sebenarnya dia melihat wajah adiknya sedikit, adiknya punya pipi merah bulat, mata hitam seperti lengkeng, rambut tipis, kulit merah, kedua tangan bayi itu mengepal, kakinya tak mau diam saat digendong sang ayah.

"Dia jelek," ucap Sun, sebenarnya dalam hati adiknya itu sangat lucu seperti koala diatas pohon.

Tak lama bayinya menangis. "Sssthh sayang cup cup, sepertinya adikmu ini tidak ingin dipanggil jelek."

"Kau ingin menggendongnya?" tanya Garam pada Sun.

"Aku masih berwujud serigala ayah," jawab Sun lesu.

"Sini dulu, bukankah kau sangat menantikan mereka?" tanya Garam lembut. Ia tak menyangka kalau anaknya akan sulit menerima adik kecilnya ini.

Garam menunjuk pangkuannya, ia menyuruh Sun duduk di sana.

[Femdom] Mencari Sang Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang