Hari demi hari berlalu, tak terasa satu minggu sudah Zea tinggal di rumah bunda nya Aldi dengan kesedihan. Bagaimana tidak, karena tepat hari ini suami nya itu akan menikah lagi bersama dengan mantan kekasihnya.
Selama satu minggu itu juga, Zea sudah tidak mendapatkan perlakuan manis dari suami nya. Bahkan tidak jarang Aldi memarahi atau bahkan membentak Zea, tidak hanya itu, Aldi yang Zea kenal sekarang sudah menjadi lebih kasar. Aldi bahkan sering memukul Zea, menampar, dan tindakan kekerasan lainnya.
Zea ingin menyerah sekarang, tapi disisi lain ia juga bingung harus mengatakan apa kepada kedua orang tuanya. Bahkan saat pernikahan kedua Aldi, orang tua Zea tidak diberi tahu apapun.
Acara pernikahan ini terbilang tidak terlalu mewah, sama seperti pernikahan Zea dan juga Aldi satu bulan yang lalu.
Saat ini Zea sedang berada di kamar tamu, wajahnya pucat karena sudah dua hari belakangan ini tidak ada makanan apapun yang masuk ke dalam perutnya hingga membuat pipi Zea yang awalnya tembem kini sudah mulai tirus.
Saat sedang duduk di depan cermin, Zea melihat ada memar yang tercetak jelas pada bagian pipi nya dan juga lengan nya yang berwarna biru karena pukulan dari Aldi.
"Sayang", panggil seseorang yang tiba tiba masuk ke kamar Zea. Zea membalikkan badan nya dan melihat siapa yang datang, ternyata bunda nya Aldi.
Dengan segera, Zea berjalan ke arah bunda Aldi lalu memeluknya erat. Seolah menyalurkan rasa sakit hati nya pada mertua nya itu.
"Bunda, Zea gak kuat bunda", lirih Zea yang kini sudah menangis di dalam dekapan hangat mertua nya itu.
"Sayang jangan ngomong gitu, kamu pasti bisa nyingkirin Syifa sayang. Jangan nyerah dulu, bunda sayang sama Zea", bunda Aldi kemudian mengecup pucuk kepala menantunya itu dengan sayang.
"Gak bunda, Zea gak bisa"
"Jangan nyerah dulu sayang, kan kamu sendiri waktu itu yang bilang ke bunda kalau mau nyingkirin Syifa dari Aldi. Katanya Zea cinta kan sama Aldi? Jadi jangan nyerah sekarang ya nak?"
Bunda Aldi melepaskan pelukannya pada Zea kemudian mengelus pipi Zea yang sedikit berwarna biru itu.
"Bunda tau, Zea cinta banget kan sama Aldi? Jangan menyerah sekarang ya sayang, ayo bangkit lagi. Coba lagi ya, bunda disini selalu ngedukung Zea. Zea percaya kan sama bunda?"
Zea mengangguk, "Zea sayang sama bunda tapi Zea udah gak sanggup bunda. Zea nyerah, nanti setelah pernikahan mas Aldi selesai, Zea mau minta pisah. Sudah cukup rasa sakit yang Zea rasain bunda, Zea udah gak mau lagi"
"Jangan sayang, jangan. Bunda masih mau Zea disini, jangan nyerah dulu ya. Bunda mohon sama Zea"
"Gak bisa bunda, Zea udah gak bisa. Zea mau minta pisah aja sama mas Aldi bunda"
"ENGGAK!!", Suara pria tegas dari arah pintu langsung membuat keduanya menoleh.
Disana, terlihat Aldi dengan wajah marah nya serta kedua tangan yang mengepal seperti ingin memukul siapa saja yang menghalangi jalannya.
Aldi berjalan mendekat ke arah Zea dan juga bunda nya lalu kemudian menarik dagu Zea hingga membuat Zea mendongak menatap Aldi.
Air mata Zea jatuh semakin deras disaat rasa perih yang mulai menyerang area sekitar pipi nya.
"Lo gak boleh pergi dari hidup gue Zea, gue gak bakalan ngebiarin lo pergi gitu aja", Aldi berbicara sambil menatap tajam ke arah Zea.
"Le-lepash, sakit mas", ringis Zea sambil mencoba melepaskan cengkraman Aldi.
"ALDI LEPASIN, BUNDA GAK PERNAH NGAJARIN KAMU KASAR KAYAK GINI!", bentak bunda Aldi sembari mencoba membantu Zea untuk melepaskan pegangan Aldi pada rahang Zea.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND
Teen FictionAdzkiya Zea Aqeela seorang gadis cantik berusia tujuh belas tahun dan masih menginjak kelas XII MIPA 1, harus rela melepas masa single nya karena harus dijodohkan dengan anak dari sahabat ayah nya. (slow update) kalau ada kritikan dan saran bisa la...