"ALDI"
Tok tok tok
"ALDI WOY, ASSALAMUALAIKUM"
Reza yang sudah berdiri di depan rumah Aldi kini mencoba membuat sang pemilik rumah membukanya, tapi sudah hampir lima menit Reza berdiri disini sendirian dengan kedua tangan yang menenteng barang belanjaan, masih tidak ada satu orangpun yang membukanya.
"ALDI WOYY, ZEA ADA TAMU NIH", lagi lagi teriakkan Reza tidak mendapat sautan dari siapapun.
Reza mendengus kesal lalu kemudian ia mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang ada di luar rumah dengan camilan yang ia taruh di atas meja.
Sudah hampir setengah jam Reza menunggu di luar dengan mood yang begitu buruk tapi Aldi masih belum ingin membuka pintunya juga.
Akhirnya dengan kesal Aldi berdiri dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah pintu, tapi saat Reza hendak mengetuk pintu kayu itu, tiba-tiba saja seorang laki-laki dengan pakaian santainya keluar dari dalam rumah yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aldi.
Aldi menatap ke arah Reza sembari menunjukkan wajah senyumnya sedangkan Reza bahkan hendak menonjok Aldi karena saking kesalnya.
"Ck, lama banget asu", umpat Reza sambil langsung menyelonong masuk ke dalam rumah begitu saja, meninggalkan Aldi yang masih berdiri di ambang pintu serta tangan yang dipenuhi oleh makanan.
"Istighfar Za, gak boleh lo ngumpat ngumpat kaya begitu. Gak baik tau", kata Aldi yang kini sudah berjalan mendekat ke arah Reza yang sudah merebahkan tubuhnya di sofa.
"Ya lo pikir aja lah, udah hampir satu jam gw lumutan nungguin lo buka pintu eh lo nya ngga mau bukain. Udah gw gedor-gedor juga kagak mau keluar. Sebenarnya lo ngapain sih anjrit?", tanya Reza yang gedeg dengan tingkah Aldi.
"Gw habis nengok calon anak", jawab Aldi dengan santainya sembari menyerahkan minuman untuk Reza.
Reza yang saat itu kehausan pun langsung meminum minuman tersebut, tapi karena jawaban dari Aldi seketika air yang ada di dalam mulutnya nyembur ke luar.
"Woy woy, ah rumah gw basah", keluh Aldi saat melihat air yang ada di dalam mulut Reza nyembur membasahi seluruh lantai.
"Sorry sorry, gw gak sengaja. Salah lo sih ngomong gak di filter dulu", balas Reza santai.
"Btw itu udah gw beliin makanan yang dipengenin sama istri lo", sambung Reza sambil menunjuk ke arah kresek yang berada di atas meja.
Aldi mengangguk sekilas lalu mulai memanggil istri nya, "sayang"
"Iya mas", teriak Zea yang masih berada di dalam kamar.
"Ini Reza dateng bawain kamu makanan", ucap Aldi sambil mengecek kembali makanan yang dipesan oleh Reza, benar atau salah.
"Kenapa mas? Eh ada Reza juga?", Zea menatap ke arah Reza sambil tersenyum, tapi Reza bahkan tidak menunjukkan wajah bahagia nya, ia menunjukkan wajah kesalnya.
"Wahh apa itu?", Zea menunjuk ke arah makanan yang dikeluarkan oleh Aldi satu persatu.
Terlihat sungguh nikmat, batin Zea.
"Camilan pesenan kamu sayang, duduk sini", Aldi menepuk kursi samping nya yang kosong, dan dengan semangat Zea mendudukkan dirinya di samping Aldi sambil menatap ke arah meja, tempat dimana semua pesanannya diletakkan.
"Reza makasih ya", ucap Zea sambil menatap ke arah Reza.
"Sama sama Ze, yaudah kalau gitu gw balik aja ya? Mau berangkat ke kantor", tanpa menunggu jawaban dari para pemilik rumah, Reza langsung saja berjalan keluar.
"Hati hati ya Ja, makasih", teriak Zea dan dibalas oleh jempol dari Reza di ambang pintu.
"Ja? Ja siapa sayang?", tanya Aldi.
"Tuh temen kamu tadi, Eja kan?", balas Zea sambil membuka satu persatu bungkus makanan yang dibelikan oleh Reza.
"Reza sayang bukan Eja, kalau Eja itu terlalu manis"
"Gapapa lah lagian Eja juga manis"
"Nggak boleh sayang, aku cemburu", ucap Aldi sambil menciumi pipi Zea yang saat ini dipenuhi oleh makanan.
Zea terus menikmati makanan yang dibelikan oleh Reza hingga dirinya sendiri tidak sadar jika hampir menghabiskan setengah dari makanan tersebut.
Sedangkan Aldi? Ia tidak berniat untuk mengganggu istrinya yang sedang menikmati itu, yang dilakukannya hanya menatap Zea sambil sesekali tersenyum.
Zea yang merasa seperti sedang diperhatikan itu pun langsung menatap ke arah Aldi dan benar saja, Aldi menatapnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman.
"Jangan dilihatin gitu ih, malu", kata Zea kemudian menutup wajahnya menggunakan makanan yang ada di tangannya.
"Kamu cantik", ucap Aldi tiba tiba sembari menurunkan tangan Zea dari depan wajahnya.
Dapat Zea lihat tatapan yang begitu tulus keluar dari sorot mata Aldi, "kenapa suka ngelihatin aku kaya gitu?"
Aldi yang dilempari pertanyaan seperti itu pun hanya menggeleng kecil, "tidak ada, aku hanya ingin menikmati semestaku"
"Siapa? Aku?", tanya Zea bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya sayang, kamu. Udah dua bulan lebih kita menikah, kamu nggak mau mencoba terbuka buat aku? Maksudnya kamu nggak mau ceritain sedikit tentang hal yang masih belum aku tau?"
Zea terdiam menatap ke arah Aldi, "kamu mau tau apa tentang aku? Aku nggak punya kelebihan apapun untuk diceritain"
"Sayang, aku nggak minta kamu buat ceritain kelebihan kamu, tapi aku cuman minta ke kamu untuk lebih terbuka sama aku. Sekarang kamu udah punya aku, kamu boleh cerita apapun yang kamu mau. Kamu boleh bilang hal yang kamu suka sama yang kamu nggak suka, gunain aku sayang.
Aku tau kita dulu menikah hanya karena perjodohan tapi sekarang aku pengen jujur sama perasaan aku kalau aku udah cinta sama kamu, aku tulus, aku siap buat jadi apapun untuk kamu. Aku juga udah siapin telinga buat dengerin apapun yang mengganggu kamu, sayang kamu percaya kan sama aku?", Aldi mengusap rambut belakang Zea dengan lembut.
"Sayang, kalau sama aku kamu boleh ngeluarin apapun. Unek unek kamu, hal yang kamu suka dan kamu nggak suka, keluarin semua. Aku nggak mau kalau kamu nantinya mendem apa-apa sendirian, aku nggak mau kamu bersikap silent treatment"
"Kenapa sampai segitunya?"
"Ya karena itu semua penting sayang, dulu waktu aku sebelum menikah sama kamu, bunda pernah bilang kalau yang perempuan butuhkan itu nggak banyak, perempuan paling suka cerita, cerita tentang bagaimana hari-harinya pokoknya hal-hal kecil yang mereka rasain pasti bakalan diceritakan, jadi yang harus disiapkan untuk hal itu adalah belajar mendengarkan. Dan jauh sebelum aku nikah sama kamu, aku udah melatih itu. Dan aku berharap sampai kapanpun aku akan selalu menjadi pendengar yang baik buat kamu"
Zea sedikit tersentuh dengan ucapan Aldi, sungguh ia baru bertemu laki-laki seperti Aldi sekarang. Laki-laki yang terdengar begitu tulus dan juga lembut, Zea bahagia memiliki Aldi, sungguh.
"Mas, boleh peluk?"
"Of course, baby", Aldi merentangkan kedua tangannya dan langsung di serbu oleh Zea.
Tanpa ia sadari, satu bulir air mata turun dari manik mata indah milik Zea, "mas makasih", gumam Zea pelan.
Aldi mengangguk sambil mengeratkan pelukannya, "sama sama sayang, jangan pernah nyimpen apapun sendirian"
Beberapa kecupan Aldi berikan untuk Zea, sungguh ia bahagia memiliki istri seperti Zea. Dan Zea juga bahagia memiliki seorang suami yang perhatian seperti Aldi.
"Aduh, terharu banget gw"
Suara dari ambang pintu berhasil membuat sepasang suami istri itu terkejut, Zea melepaskan pelukannya pada Aldi begitu juga Aldi yang melepaskan pelukannya pada Zea.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND
Fiksi RemajaAdzkiya Zea Aqeela seorang gadis cantik berusia tujuh belas tahun dan masih menginjak kelas XII MIPA 1, harus rela melepas masa single nya karena harus dijodohkan dengan anak dari sahabat ayah nya. (slow update) kalau ada kritikan dan saran bisa la...