0.4 Lantas Seperti Kemarin-Kemarin:

196 35 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Handaru cuma bisa terdiam waktu rasakan ada atmosfir ketegangan yang mengudara di dalam kamar abang pertamanya. Duduk di atas ranjang dengan tenang sembari perhatikan bagaimana Damar mewanti Jatmiko dan Aryo yang duduk berlutut dengan wajah lebam menghadap ke lantai. Tak berkata apa-apa, cuma diam mendengarkan apa yang abang mereka katakan.

Tidak berniat membalas. Membungkam mulut dan pasang rungu dengan seksama demi menyimak bagaimana Damar memulai kemarahannya.

Katanya, "Pantas kalian saling olok? Apa ibu dan romo membesarkan kalian dengan makian?" 

Dingin.

Seperti tanpa ampun.

Pun direspon hening.

Baik Jatmiko juga Aryo tak ada yang berniat sahut abangnya. Membalas tanya Damar dengan kesunyian yang lantang.

Sampai suara, "Tidak, Mas," mengudara di dalam ruangan. Dari Handaru yang gemas mau berbicara. Tak tahan dengan diam yang menerpa keempatnya. Dia juga mau ikutan berkata, tapi tidak punya kuasa karena dia yang paling muda. Berniat untuk menasehati dua abangnya. Tapi tidak enak kalau nanti dia bersikap menggurui.

Mendengar jawab si bungsu, Damar mengangguk setuju, "Terima kasih, Ndaru." Sambil menatap yang paling muda; sedang tersenyum lebar di atas ranjang. 

"Ibu kita berbeda, Mas," jawab Aryo tanpa mendangak.  

Ditantang tatapan angkuh oleh Damar yang terkekeh remeh, "Diajari jadi kurang ajar panjenengan Aryo oleh Kangjeng Ibu?"

"Tidak, Mas," tanggapnya menggeleng sopan, "Tapi mungkin Bendara Ibu Tyas melakukan demikian. Apalagi anaknya sering diam-diam menemui beliau kendati peraturannya melarang mereka bertemu."

Perkataan Aryo undang Jatmiko untuk segera melirik ke arah dia. Menatap sengit sang saudara, dengan gigi bergemeletuk penuh kemarahan. 

"Ja-"

"Bendara Ibu Tyas tidak pernah mengajari Mas Miko untuk jadi kurang ajar kok, Mas!" lagi-lagi Handaru menjawab, buat presensinya jadi pusat perhatian, "Bendara Ibu Tyas orang baik, begitupula Kangjeng Ibu Mira, juga ibunya Ndaru! Ibu Mayu! Meski tidak pernah bertemu sih. Tapi aku yakin Ibu Mayu pasti wanita baik yang penyayang." Menghela, Handaru lanjut berkata, "Aku berani bersumpah kalau yang barusan dikatakan itu kenyataan."

"Berani membuktikannya?" tantang Aryo. 

Disahut anggukan dari Handaru dan timpalan pertanyaan berupa, "Dengan cara apa?" dari Jatmiko yang akhirnya membuka suara.

Buana Bumantara | J-Line Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang