Ada Apa Dengan Rama?

12.9K 1.1K 12
                                    

Hari sejak kejadian di mana Lavid memeluk Rama, ada hal aneh terjadi pada remaja dingin itu. Sebenarnya bukan hal aneh yang terlalu drastis, hanya saja anak itu seperti... Pendekatan dengan Lavid? Ah, entahlah.

Seperti misalnya, beberapa hari ini Rama sering datang ke kelas Lavid menjelang istirahat. Remaja itu datang dengan membawa makanan dan diberikannya pada Lavid.

Teman sekelas Lavid pun hanya bisa melongo heran atas kelakukan Rama. Apalagi Rama juga selalu menyempatkan diri mengusak rambut Lavid sebelum meninggalkan kelas.

Lavid sendiri juga heran, tapi ia menikmatinya. Hei, siapa yang tak menikmati jika mendapat makanan gratis? Bukan rakyat Indonesia jika menolak hal gratisan seperti itu.

Hari ini pun kembali terulang, Rama datang ke kelas Lavid tepat setelah bell istirahat berbunyi. Kali ini ia membawakan fruit salad, kebab, dan yogurt.

"Habiskan," Ucap Rama setelah menyerahkan makanan itu pada Lavid.

Lavid mengangguk antusias dan mengucapkan terima kasih, lalu memakan makanan itu dengan senang hati.

Rama tersenyum tipis yang tidak dilihat oleh Lavid, tetapi dilihat oleh kedua teman Lavid. Mereka bengong dan saling tatap seakan bertelepati.

'Bang Rama beneran senyum?'

Setelah menyempatkan diri mengusap rambut Lavid yang masih asyik makan, Rama langsung pergi meninggalkan kelas tersebut. Meninggalkan Lavid dan kedua temannya yang kini heboh.

"Lav! Lav! Lu tau nggak?! Tadi Bang Rama senyum, njir!" Pekik Gavriel mengguncang bahu Lavid.

"Buset Lav, lu apain tuh bocah sampe bisa senyum gitu?!" Sambung Agus.

Lavid hanya menatap bingung kedua temannya yang heboh sendiri.

•••

Hari ini baik David maupun Havid tak ada yang bisa menjemput Lavid pulang sekolah, karena mereka sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Lavid sendiri malah senang, karena itu artinya ia bisa main terlebih dahulu bersama kedua temannya. Meski sebenarnya ia sudah mendapat banyak wanti-wanti dari Havid, tapi namanya bukan Lavid jika begitu saja menuruti larangan Havid.

Hari ini ia nebeng dengan Gavriel, rencananya ketiga sahabat itu akan pergi ke basecamp.

Waktu itu Lavid tak bisa ikut ke basecamp untuk bertemu Fahas, jadi dirinya akan berkunjung sekarang. Kesempatan emas tak boleh dibuang begitu saja.

"Yakin mau kesana? Entar kalo abang lu pulang duluan sebelum lu, gimana? Gue nggak mau ya jadi samsak gratisan mereka." Cerca Agus dengan mata menyipit.

"Sans aja, mereka pasti pulangnya entar malem. Soalnya Bang David sibuk sama banyak berkas, kalo Bang Havid katanya ada praktek double." Jawab Lavid dengan begitu santainya, membuat Agus berdecih sinis.

Setelah melalui sedikit perdebatan, mereka pun segera berangkat menuju basecamp. Jarak dari sekolah ke basecamp bisa membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam.

Saat sampai di basecamp, suasananya begitu ramai. Menandakan jika perkumpulan yang dibentuk Fahas sedang berada di sana semua.

"Bang Fahas!" Panggil Lavid setelah turun dari motor Gavriel dan melihat Fahas yang tak jauh darinya.

Pemuda dengan rambut cepak yang tak lain adalah Fahas langsung tersenyum lebar dan merentangkan tangannya. Lavid berlari lalu menubruk tubuh besar Fahas, memeluknya dengan erat.

"Aaaaa! Kangen Bang Fahas!" Pekik Lavid yang membuat Fahas tertawa.

"Abang juga kangen sama si Comut ini!" Balas Fahas.

Lavid merengut, "Bang, udah deh, jangan panggil gue Comut lagi! Malu tau!"

Fahas tertawa kencang, "Lagian elu kan emang Comut, cowok imut!"

Lavid menggeleng keras tanda tak terima, "Gue itu Cogan, bukan Comut!"
"Iyain aja deh, Bang. Elu kudu ngalah sama bayi." Ejek Agus yang mendapat pelototan ganas dari Lavid.

"Bang, si Agus nakal, tuh!" Adu Lavid pada Fahas dengan nada merengek.

Fahas menggeleng melihat kelakuan Lavid. Ia sangat sayang dengan bocah nakal satu ini, bocah yang berhasil meluluhkan sifat keras dan dinginnya.

Ia tak akan pernah terima jika Lavid disakiti. Ia akan menjaga anak itu sama seperti dulu ia menjaga adiknya.

Lavid itu mirip dengan Renaldi, adiknya yang sudah meninggal karena kanker otak. Mereka sama-sama imut, yang membedakan adalah sifat Lavid yang bar-bar dan Renaldi yang cenderung pemalu.

"Udah nggak usah ribut, di kulkas ada es krim rasa alpukat, mau?" Tawar Fahas yang langsung mendapat anggukan antusias dari Lavid.

Lavid sangat suka dengan es krim rasa alpukat!

Fahas mengusak rambut halus Lavid dan langsung mengajaknya masuk ke basecamp.

Lavid And His Brothers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang