Jam sudah menunjukkan pukul 2 sore, yang artinya sekolah sudah usai. Lavid masih ada di basecamp Rama dan tengah menonton video kartun di hp Rama.
"Permisi."
Beberapa orang di basecamp menoleh ke arah pintu saat mendengar suara seseorang. Terlihat kepala Agus dan Gavriel menyembul di celah pintu yang terbuka.
"Masuk aja," suruh Elan yang dituruti oleh kedua teman Lavid itu.
Gavriel langsung ditarik oleh Abriel dan dipeluknya erat. Sedangkan Agus menghampiri Lavid yang masih fokus dengan tontonannya.
"Ayo pulang, kata Bang Havid lu pulang bareng gue." Ucap Agus.
Lavid mendongak dan menggeleng, "Gue mau nginep di rumahnya Bang Rama."
"Udah ijin sama Bang Havid?" Tanya Agus lagi yang dijawab gelengan kepala dari yang ditanya.
"Ijinin, ya?" Lavid memohon.
Agus menghela nafas dan mengangguk. Ia mengusak rambut Lavid dan menghampiri Gavriel yang tengah duduk di pangkuan kakaknya.
"Gue balik duluan." Pamit Agus yang ditanggapi anggukan kepala dari Gavriel.
"Ati-ati di jalan!" Seru Gavriel.Agus mengacungkan jempolnya, lalu keluar dari basecamp.
"Baby, mau pulang sekarang atau nanti?" Tanya Rama yang baru saja masuk. Ia tadi pergi ke toilet sekolah.
"Eum, sekarang." Jawabnya dan langsung berdiri menghampiri Rama.
Rama mengambil jaketnya yang ada di sofa dan memakaikannya pada Lavid karena cuaca yang dingin. Ia berbalik menatap ke arah teman-temannya.
"Gas, gue pinjem mobil lu. Nanti lu pake motor gue."
"Sip, boss." Jawab teman Rama yang bernama Fagas itu.
Mereka saling bertukar kunci kendaraan, setelahnya Rama menggandeng tangan Lavid keluar dari basecamp.
Setelah masuk ke dalam mobil, Rama pun mengemudikan mobil itu untuk pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan.
Sekian menit dalam perjalanan, kini mereka sampai di sebuah rumah minimalis tetetapi elegan dengan dominasi warna abu-abu. Terkesan suram dan misterius.
Setelah mobil terparkir di halam rumah, Rama turun dari mobil, begitu juga Lavid. Lagi-lagi Rama menggandeng tangan Lavid untuk memasuki rumahnya.
"Udah pulang, Dek. Ini siapa? Temenmu?" Tanya Nika yang duduk di sofa ruang tamu.
"Hmmm, adeknya Bang Havid." Jawab Rama seadanya.
"Oh, baru kali ini ketemu, ya? Namanya siapa, manis?" Tanya Nika dengan senyuman lembutnya.
"Lavid." Jawab Lavid malu-malu.
"Imutnya, sini duduk." Nika meraih tangan Lavid dan menariknya duduk di sebelahnya. "Namaku Nika, panggil aja Kak Nika. Temen kakakmu, Havid."
Lavid mengangguk canggung.
"Kak, dia harus ganti baju." Sela Rama dengan nada datar.
Nika terkekeh kecil, oh, adiknya ini cemburu rupanya?
Rama kemudian mengisyaratkan Lavid agar mengikutinya, dan Lavid hanya menurut. Ternyata Rama membawa Lavid ke kamarnya.
"Mandi dulu, aku siapin bajunya." Ujar Rama.
"Um!" Lavid mengangguk dan bergegas ke kamar mandi yang sudah Rama tunjukkan di dalam kamar itu.
Rama menuju ke lemari pakaiannya dan mencari pakaian yang sekiranya pas untuk Lavid. Pilihannya jatuh pada celana pendek selutut dan sweater yang sepertinya akan oversize jika dipakai Lavid.
Rama meletakkan pakaian yang sudah dipilihnya ke atas kasur. 15 menit kemudian Lavid keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe.
Rama mendekati Lavid dan memeluknya erat, menghirup aroma lemon yang menguar dari tubuh Lavid. Sangat menenangkan. Lavid agak kaget tapi tidak berontak sama sekali.
Rama melepaskan pelukannya dan mengusap rambut Lavid yang masih basah, "Cepat pakai pakainmu, setelah itu turunlah ke lantai bawah. Aku akan menyusulmu."
Lavid mengangguk paham. Setelah itu Rama masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Lavid memakai pakaian yang sudah Rama siapkan.
Selesai berpakaian, Lavid turun ke lantai bawah, sesuai dengan perintah Rama. Sampai di lantai bawah, ia melihat Nika baru saja memasuki rumah dengan membawa dua kantong plastik.
"Kak Nika bawa apa?" Tanya Lavid.
"Oh, ini," Nika mengangkat kantong plastik di kedua tangannya. "Delivery makanan, karena stok bahan di dapur habis, jadi makan malamnya kakak pesan antar. Nggak apa-apa kan?"
Lavid mengangguk. Ia justru merasa tidak enak.
Lavid lalu menawarkan Nika untuk membantu menata makanannya, dan tentu saja diterima senang hati oleh Nika.
Rama yang sudah selesai mandi dan baru saja turun ke lantai bawah langsung menyusul ke dapur saat mendengar suara di sana. Sudut bibirnya terangkat melihat Lavid dan Nika yang sedang menata makanan sambil tertawa dan bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavid And His Brothers (END)
Teen FictionLavid, si bungsu nakal tetapi nyalinya ciut jika sudah berhadapan langsung dengan dua kakaknya, David dan Havid. Hidupnya sering diatur. Sekalinya memberontak langsung dapat hukuman. Begitulah kehidupan Lavid bersama kedua kakaknya.