Spek Pohon Mangga Vs Pohon Toge

6K 611 5
                                    

Gavriel bersenandung kecil sambil melangkah menuju lapangan basket, untuk melihat pertandingan antar kelas. Meski kakaknya tidak ikut bermain, tapi ia masih harus mendukung tim Elan yang ikut pertandingan.

Saat sampai di tribun, ternyata bangkunya sudah penuh. Gavriel mengeluh.

"Anjirlah, telat gue." Dumelnya.

Ia mengedarkan pandangannya, seketika senyum cerahnya terbit melihat sisi kiri lapangan yang ditumbuhi pohon dan ada beberapa kursi di sana. Ia mengarahkan langkahnya menuju area kiri lapangan tersebut.

Di tempat itu hanya ada sekitar 6 orang saja, mungkin juga mereka tidak mendapatkan tempat di tribun. Ia duduk di kursi panjang yang masih kosong dan menyenderkan punggungnya pada pohon di belakangnya.

Agus dan Lavid masih ada bimbingan untuk olimpiade sains bersama Bu Nadia, jadilah Gavriel menonton sendirian.

"Hei, gue boleh duduk di sini?"

Suara cowok yang datang dari arah belakangnya membuat Gavriel sedikit terkejut. Ie menoleh ke belakang dan memasang wajah masam saat tahu siapa cowok itu.

Karena Gavriel tidak merespon, cowok yang tak lain adalah Tino itu segera mendudukkan dirinya di sebelah Gavriel. Gavriel menghela nafas panjang.

Bahkan dalam posisi duduk pun Tino masih terlihat lebih unggul darinya. Rasanya seperti pohon toge yang tumbuh berdampingan dengan pohon mangga.

Menyebalkan!

Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Gavriel menatap lurus ke depan, ke arah tim basket Elan yang sedang pemanasan.

"Err—" Tino bergumam canggung, Gavriel melirik sekilas dari ekor matanya.

"Ehhh, gua ada salah sama lu, ya? Kok kayaknya lu nggak suka banget sama gue." Celetuk Tino.

Gavriel mengepalkan kedua tangannya, ia berdiri tepat di depan Tino yang masih duduk dan menunjuknya dengan jari.

"Iya! Gue nggak suka sama lu! Gue nggak suka karena fisik lu jauh lebih keren di bandingkan gue! Gue iri dengki! Puas lu!" Ketus Gavriel lalu pergi dari sana dengan langkah bedebum.

Sedangkan Tino malah terkekeh geli. Ternyata apa yang Lavid bilang ada benarnya, cowok itu iri dengan fisik orang lain yang lebih keren.

"Imut banget sih, tapi kayak cabe rawit." Gumam Tino, gemas.

Dari dulu Tino ingin memiliki adik cowok yang imut dan galak, seperti Gavriel itu misalnya. Sayangnya, Mama Tino divonis tidak bisa hamil lagi.

"Woy, Tino, sendirian aja!!" Teriak Elan dari sisi lapangan.

Tino hanya membalasnya dengan kepalan tangan, "Semangat tandingnya! Sorry gak bisa nonton, gue ada urusan, bye!"

Tino langsung ngacir, meninggalkan lapangan basket dengan Elan yang menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Dari jaman masih main bola sambil nyeker, sampai sekarang main bola udah pake spatu sport, tuh tetangga satu emang banyak banget alesannya." Gumam Elan.

•••

Gavriel yang masih kesal memilih untuk pergi ke perpustakaan. Bukan untuk membaca, tapi untuk mengadu pada Abriel yang tengah belajar di perpustakaan. Kakaknya itu terpilih untuk mewakili lomba debat bahasa antar kabupaten.

Sampai di depan perpustakaan, Gavriel membuka pintu dengan kasar dan langsung masuk ke dalam. Tidak peduli dengan tatapan tajam dari penjaga perpustakaan.

"Kakak~" Gavriel merengek dan memeluk tubuh Abriel dari belakang.

Abriel yang mendapati Gavriel menyambanginya pun menggeser buku yang tengah dibacanya. Ia berbalik dan mendapati wajah cemberut Gavriel dengan mata berkaca-kaca.

"Why, Baby?" Tanya Abriel lembut.

"Hiks... Gavriel mau jadi ganteng dan keren kayak Tino si muba itu! Huaaaa."

Lavid And His Brothers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang